Virus Corona Kuningan
Omzet Penjualan Daging Sapi di Pasar Tradisional Kuningan Turun 60 Persen: Tidak Ada Daging Babi
Masa pandemi covid-19, kata dia, pemotongan hewan sapi berkurang dari jumlah biasanya.
Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Mumu Mujahidin
Laporan Kontributor Tribuncirebon.com, Ahmad Ripai
TRIBUNCIREBON.COM, KUNINGAN – Akibat penerapan Pembataasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pedagang di pasar tradisonal Kuningan, kontan mengalami penurunan omset dalam berjualan.
“Omset turun hingga 60 persen,” ungkap Saepudin salah seorang pedagang daging sapi di Pasar Kepuh Kuningan, Kamis (14/5/2020).
Penurunan omset itu akibat sejumlah pelanggan tidak membeli barang dagangannya.
”Apalagi tukang baso banyak yang gak dagang dan hanya separonya saja yang masih bertahan,” ujarnya.
Kendati demikan, dirinya berkomitmen tidak merubah atau menggantikan barang jualannya dengan daging lain.
“Saya jamin untuk Kuningan tidak ada peredaran daging lain. Ini murni daging sapi lokal,” kata dia.
Sebagai tukang daging sapi, Udin kapsul mengaku setiap hari harus menghabiskan beberapa ekor sapi.
• Mak Ijah Berusia 85 Tahun, Terima Bantuan Tunai Langsung Kebingungan Lihat Uang Kertas Rp 100 Ribu
• INI Doa Setelah Sholat Tarawih dan Witir, Mohon Ampunan dan Kesehatan, Dilengkapi Bacaan dan Artinya
“Tiap hari saya motong sapi dan jenisnya sapinya pun lokal,” katanya.
Masa pandemi covid-19, kata dia, pemotongan hewan sapi berkurang dari jumlah biasanya.
Sebelumnya ebanyak dua ekor per hari, namun sekarang hanya satu ekor dengan bobot 3,40 kuintal.
Kemudian jenis sapi lokal, menurutnya, sangat cocok bagi konsumen di Kuningan.
"Seperti jenis daging sapi metal, limosin dan brahma,” katanya.
Udin mengatakan, untuk harga jual daging sapi segar ini memiliki kualitas dan hargnya pun berbeda.
• MUI Jabar Desak Ridwan Kamil Segera Umumkan Daerah Yang Bisa Gelar Sholat Idul Fitri atau Tidak
• VIRAL Geng Motor Tawuran dengan Kelompok Remaja Masjid di Waktu Sahur, Satu Orang Dilaporkan Tewas
“Untuk perkilogram daging nomor satu seharga Rp 120 ribu, kemudian daging iga dan daging kepala harganya Rp 70 ribu,” ujarnya.
Terpisah pengusaha sapi di Kuningan Yayan mengatakan bahwa konsumen daging sapi di Kuningan sangat apik.
Di samping itu, para pedagang daging sapi selalu menjaga kualitas barang jualannya.
“Sebab ini menyangkut kepercayaan juga,” ujarnya.
Di sisi lain, kata Yayan, tidak banyak peredaran daging datang dari Negara luar.
“Itu disebutnya daging impor dan biasanya dari negara India. Namun bukan daging sapi, melainkan daging kerbau,” katanya.
Kemudian untuk Negara importir lainnya, kata dia, yakni Australia dan Selandia.
“Namun jenis barang impornya bukan daging. Melainkan tulang daging, seperti iga dan tulang leher sapi,” katanya.
• Gadis Bone Ini Prank Tenaga Medis Pura-pura Kena Covid-19, Ditangkap Polisi dan Jadi Tersangka
• Ini Tanda-tanda Anda Mendapatkan Malam Lailatul Qadar, ketika Beribadah Dirasakan Begitu Nikmat
Daging impor tersebut, kata dia, tentu dalam paketan tertutup dan legal dijual belikan.
“Hargnya memang tidak sama dengan daging segar atau daging sapi lokal,” katanya.
Sebagai edukasi kepada masyarakat, Yayan berharap konsumen bisa meneliti dan bisa membedakan.
”Terutama daging sapid dan daging babi,” kata dia.
Daging sapi pada umumnya lebih segar jika dilihat dari warna merahnya, persis darah begitu.
”Kemudian kalau non daging sapi itu seratnya sangat jauh berbeda,” katanya.
Yayan berharap konsumen jangan ragu saat membeli daging sapi di pasar Kuningan.
“Kuncinya tinggal bertanya apakah daging ini asli sapi atau bukan dan yang utama sesuai keyakinan kita,” ungkapnya. (*)