KISAH Pilu Nur Fadhilah Yang Lumpuh, Suami Kabur, Menggoreng Kerupuk Untuk Dijual Sambil Tengkurap

Nur Fadhilah (32), warga Desa Bagok Panah, Kecamatan Darul Aman, Kabupaten Aceh Timur, mengalami lumpuh total

(Foto Akun Facebook Sulaiman
Nur Fadhilah menggoreng kerupuk sambil telungkup di rumahnya Desa Bagok, Kecamatan Nurussalam, Aceh Timur. 

TRIBUNCIREBON.COM- Nur Fadhilah (32), warga Desa Bagok Panah, Kecamatan Darul Aman, Kabupaten Aceh Timur, mengalami lumpuh total namun tetap berusaha bekerja menggoreng kerupuk melinjo di rumahnya.

Janda dua anak ini menggoreng kerupuk sambil tengkurap. Badannya tak bisa digerakkan dengan mudah. Hanya tangan cekatan.

Trio Terdakwa Kasus Ikan Asin Dijerat Pasal Berlapis, Terancam Hukuman Maksimal 12 Tahun Penjara

Pedangdut Jenita Janet Gugat Cerai Alif Hedi, Tulis Pesan Menohok Begini, Sindir Sang Suami?

Tubuhnya bak mati. Tak bisa bergerak. Sembari telungkup itulah, dia menggoreng kerupuk. Tungku ditempatkan di bawah.

Sedangkan Nur Fadhilal menelungkup di atas balai. Tak mudah baginya menggoreng kerupuk itu. Sangat sulit. 

Dilansir Kompas.com, kisah ini pun dibagikan Sulaiman, seorang netizen asal Aceh Timur lewat akun media sosial Facebook.

Sulaiman menyatakan, kondisi fisik itu tak menghalangi Nur Fadhilah bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Rumahnya tanpa dinding. Hanya atap rumbia saja. Dua anaknya telah duduk di kelas enam dan tiga bangku sekolah dasar.

Soeharto Lakukan Hal Ekstrem Untuk Kerahkan Pasukan ABRI Tumpas Begal, Banyak Mayat Tergeletak

Untuk keduanyalah Nur Fadhilah bekerja. Upah menggoreng kerupuk itu hanya Rp 20.000 per liter.

Dia berkisah, lumpuh total itu dialami ketika melahirkan anak kedua di salah satu rumah sakit di Aceh Timur.

Bak jatuh tertimpa tangga, sang suami pun meninggalkannya. Pergi entah ke mana.

Sadar akan keterbatasan fisik, Nur Fadhilah tak mau bersedih. Seluruh kesedihan telah dirasakannya. Saatnya wanita ini bangkit.

“Saya bertahan semampu saya, sekuat tenaga, buat dua anak saya,” ujarnya. 

Anggota Polisi Gadungan Memeras Wanita Dengan Sebarkan Video Panas, Ditangkap Saat Video Call Mesum

Di akun media sosial Sulaiman, kisah itu telah dibagikan 1.978 kali, dikomentari 298 orang dan disukai oleh 1.900 kali.

Kisah Pilu Casuni

Casuni (19) mama muda asal Blok Song Tengah, Desa Pabean Udik, Kecamatan/Kabupaten Indramayu meninggal akibat penyakit mematikan dan sakit batin tinggal pergi orang-orang tercintanya.

Casuni meninggal pada hari ini, Selasa (3/12/2019) sekitar pukul 06.00 WIB.

 74 Tahun Indonesia Merdeka, Warga Seko Baru Melihat Alat Berat Stum dan Merasakan Jalan Aspal

Sepupu Casuni, Surtini (32) mengatakan, sepupunya itu didiagnosa oleh dokter mengidap penyakit TBC (Tuberkulosis) dan paru-paru.

"Kejadiannya pasca melahirkan anak pertamanya saja, 11 bulan yang lalu," ucap dia kepada Tribuncirebon.com di rumah duka, Selasa (3/12/2019).

 Penyakit Diabetes Bisa Sembuh dengan Mengonsumsi Petai Cina, Ternyata Termasuk Obat Mujarab

Kondisi itu pun turut diperparah karena Casuni memaksakan diri untuk bekerja.

Dikisahkan Surtini, dua puluh hari pascamelahirkan itu, Casuni nekat pergi ke Bandung untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Padahal kondisinya belum pulih.

Adapun alasan Casuni bekerja saat itu untuk memenuhi biaya anaknya yang diketahui diambil paksa oleh mertuanya.

 BPBD Majalengka Beri Edukasi dan Simulasi Penanggulangan Banjir & Penyelamatan Korban Tenggelam

"Kalau kata orang jawa itu namanya keloas, gak boleh sebelum 40 hari melahirkan sudah bekerja," ujar dia.

Berdasarkan mitos yang berkembang di masyarakat Jawa, disebutkan Surtini, jika seorang ibu bekerja sebelum 40 hari setelah melahirkan akan mendatangkan penyakit.

Hal itu dikarenakan kondisi rahim belum tertutup secara sempurna dan dikhawatirkan akan menimbulkan penyakit.

"Dia bekerja itu cuma 2 bulan, terus pulang karena sakit," ucapnya.

Anak Casuni diambil paksa

Sepupu Casuni, Surtini (32) mengungkapkan alasan lain sepupunya itu tidak diizinkan bertemu anak kandungnya sendiri oleh mertuanya hingga akhirnya meninggal dunia.

Casuni diketahui meninggal dunia pada Selasa (3/12/2019) sekitar pukul 06.00 WIB tadi.

Surtini mengatakan, hubungan Casuni (19) dengan suaminya itu tidak mendapat restu dari orang tua suaminya.

 Casuni, Mama Muda Ini Setiap Hari Menangis Menunggu & Ingin Bertemu Sang Anak Yang Diambil Paksa

"Mereka juga nikah dini mas sekitar 3 tahun yang lalu," ujar dia saat ditemui Tribuncirebon.com di rumah duka di Blok Song Tengah, Desa Pabean Udik, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Selasa (3/12/2019).

Dikisahkan Surtini, Casuni beserta suaminya bahkan sempat bersembunyi di kediamannya hanya karena takut dipisahkan oleh mertuanya itu.

Casuni juga meminta untuk tidak memberitahukan keberadaannya kepada keluarga suaminya bahwa mereka tengah bersembunyi di rumah Surtini.

 Casuni, Mama Muda Ini Setiap Hari Menangis Menunggu & Ingin Bertemu Sang Anak Yang Diambil Paksa

"Mungkin karena cinta sih ya mas," ucap dia.

Meski demikian, pasca melahirkan anak pertamanya pada 11 bulan yang lalu sikap suaminya mulai berubah.

Ia meninggalkan Casuni dalam keadaan sakit parah. Oleh dokter, Casuni didiagnosa menderita penyakit TBC (Tuberkulosis) dan paru-paru.

Penderitaan Casuni juga ditambah dengan diambil paksanya anak yang baru ia lahirkan itu oleh ibu mertuanya.

Ibu mertua Casuni beralasan, jika dirawat oleh Casuni, penyakitnya akan menular kepada cucunya tersebut.

 Curhatan di Buku Prakarya Bongkar Aksi Cabul Ayah Tiri ke Anaknya yang SMP, Disetubuhi Depan Ibunya

Casuni (19) warga Blok Song Tengah, Desa Pabean Udik, Kecamatan/Kabupaten Indramayu.
Casuni (19) warga Blok Song Tengah, Desa Pabean Udik, Kecamatan/Kabupaten Indramayu. (ISTIMEWA)

 KISAH Tragis Casuni, Mama Muda di Indramayu Ini Meninggal Akibat Sakit Keras dan Sakit Batin

Semenjak kejadian itu, kondisi Casuni terus menurun. Tubuhnya kian kurus dan hanya menyisakan tulang dan kulit.

Casuni juga tidak bisa berbaring. Sepanjang hari dia hanya terduduk jongkok memeganggi kedua lututnya.

Di rumah kecil itu, Casuni hanya dirawat oleh neneknya yang sudah sangat tua serta bibinya yang tunawicara.

Faktor ekonomi membuat Casuni tidak bisa mendapat perawatan kesehatan yang maksimal untuk menyembuhkan penyakit keras yang dideritanya.

 VIRAL, 3 Bocah Berboncengan Naik Skuter Listrik di Jalan Layang Pasupati Bandung, Ini Kata Grab

"Gak bisa berbaring mas, itu kakinya juga sudah tidak bisa diluruskan lagi. sempat dirawat di rumah sakit bantuan dari Dinsos, tapi tidak lama, di sana tidak ada yang nungguin, neneknya sudah tua, bibinya kan tunawicara, jadi dirawatnya di rumah," ucap dia.

Sepanjang hari, Casuni juga hanya bisa menangis. Ia menitikan air mata setiap kali teringat anaknya.

"Nangis terus, air matanya sampai habis matanya juga kaya mau copot gitu," ujar dia.

Selain teringat anak kandung yang hingga sekarang belum pernah dilihatnya, Casuni juga kerap menanyai keberadaan ayah kandungnya yang sudah sekitar 15 tahun tidak pulang.

Ayahnya itu diketahui bekerja di Batam sebagai nelayan.

Hingga menghembuskan napas terakhir, rupanya keinginan Casuni untuk bertemu anak dan ayahnya tetap tidak bisa terwujud.

Ironisnya, di hari meninggalnya Casuni, suaminya juga tidak hadir menyaksikan prosesi pemakaman.

"Masih sah suami istri padahal, tapi sudah lama juga tidak menafkahi, seribu pun tidak," ujarnya.

 Ingin bertemu anak & ayahnya

Keinginan Casuni (19), ibu muda asal Blok Song Tengah, Desa Pabean Udik, Kecamatan/Kabupaten Indramayu melihat buah hatinya rupanya tidak bisa terwujud.

Pasalnya, hingga menghembuskan napas terakhir, Casuni tetap tidak bisa bertemu dengan anak semata wayangnya tersebut.

 KISAH Tragis Casuni, Mama Muda di Indramayu Ini Meninggal Akibat Sakit Keras dan Sakit Batin

Sepupu Casuni, Surtini (32) mengatakan, sepupunya itu menderita penyakit TBC (Tuberkulosis) dan paru-paru.

Ia menderita penyakit itu semenjak melahirkan anak pertamanya pada 11 bulan yang lalu.

Saat itu, anak kandung Casuni diambil paksa oleh ibu mertuanya karena khawatir penyakit Casuni menular ke buah hatinya.

"Sekarang kan dia sakit, dirawat di rumah sakit, cuma sempet dibawa pulang, sekarang kritis seperti begini pengen ketemu anaknya gak kesampean," ujar dia kepada Tribuncirebon.com di rumah duka, Selasa (3/12/2019).

 Sempat Ditutup Akibat Ada Ledakan, Monas Kini Kembali Dibuka Untuk Umum

Diceritakan Surtini, ia bahkan sempat meminta bantuan dari pemerintah desa untuk mewujudkan keinginan Casuni bertemu anaknya dengan harapan kondisi sepupunya itu bisa membaik.

Namun, usaha tersebut tetap tidak membuahkan hasil karena larangan dari mertua Casuni.

"Sampai sekarang meninggal baru didatengin anaknya oleh mertuanya," ujarnya.

Pantauan Tribuncirebon.com, mertua Casuni sempat hadir di rumah duka saat jenazah Casuni tengah disalatkan. Ia juga membawa anak sematang wayang Casuni.

Meski demikian di rumah duka tidak tampak suami dari Casuni.

Surtini menyampaikan, seumur hidup hingga pada hari ini meninggalnya Casuni, dirinya belum pernah melihat anaknya tersebut.

 Lucinta Luna Tampil Berhijab Dengan Busana Serba Putih, Sedang Foto Pre-Wedding?

Begitu pula sebaliknya, anak kandung Casuni pun baru pertama kali melihat ibu itu setelah menjadi almarhum.

Bayi berusia 11 tahun itu juga terlihat terus menangis dipangkuan ibu mertuanya sepanjang warga menyolatkan Casuni di rumah duka.

"Semenjak keluar dari rumah sakit (pascamelahirkan) sampai meninggal, almarhum belum ketemu anaknya," ucap dia.

Selain ingin bertemu anaknya, disampaikan Surtini, Casuni juga berpesan sebelum meninggal ingin bertemu dengan ayah kandungnya.

Ayah kandungnya itu sudah sekitar 15 tahun tidak pulang, ia bekerja di Batam sebagai nelayan.

"Sudah dikabari keluarga ayahnya di Batam, tapi katanya sedang di laut, minggu depan baru pulang, jadi sampai sekarang belum tahu almarhum sudah meninggal," ucapnya.

 

Sakit keras & Sakit batin

 Kisah tragis mesti dialami Casuni (19) warga Blok Song Tengah, Desa Pabean Udik, Kecamatan/Kabupaten Indramayu.

Hingga akhir hayatnya ia mesti berjuang melawan sakit TBC dan paru-paru serta merasakan sakitnya batin ditinggal anak, suami, serta orangtua.

 Sempat Ditutup Akibat Ada Ledakan, Monas Kini Kembali Dibuka Untuk Umum

 LINK LIVE STREAMING Persib Bandung vs Persela Lamongan di Indosiar, Kick Off 18.30 WIB

Sepupu Casuni, Surtini (32) mengatakan, semasa hidupnya, Casuni selalu menanyai kabar orang-orang yang dikasihinya itu, terutama anak dan ayah kandungnya.

"Dia sakit, pesan-pesan terakhir dia cuma ingin bisa ketemu anak sama ayah kandungnya," ujar dia kepada Tribuncirebon.com di rumah duka, Selasa (3/12/2019).

 Mitos - Fakta, Konsumsi Nanas dan Durian Bisa Sebabkan Keguguran untuk Ibu Hamil? Nih Penjelasannya

Disampaikan Surtini, sepupunya itu meninggal tadi pagi sekitar pukul 06.00 WIB.

Kondisinya pun kian diperparah dengan tekanan batin kehilangan orang-orang yang dikasihinya tersebut.

Anaknya, disampaikan Surtini dibawa pergi oleh ibu mertuanya sejak dilahirkan 11 bulan yang lalu, sedangkan ayah kandungnya pergi bekerja di Batam sebagai nelayan dan tidak pernah pulang sekitar 15 tahun lamanya.

 ZODIAK BESOK Rabu 4 Desember 2019: Scorpio Lebih Optimis, Sagitarius Jadi Populer

Adapun suami Casuni, disampaikan Surtini tidak diketahui secara pasti mengapa pergi meninggalkan Casuni.

"Memang mereka itu sebenarnya gak disetujui sama mertuanya itu. Sekarang juga suaminya gak tahu kemana, tidak ke sini, katanya sih lagi kerja di sawah, padahal istrinya hari ini meninggal," ujarnya.

Diceritakan Surtini, kondisi Casuni sebelum meninggal sangat mengkhawatirkan, tubuhnya kurus kering dan hanya menyisakan tulang dan kulit.

 Faktor Usia, CEO Persija Ferry Paulus Serahkan Keputusan ke Bepe dan Ismed Sofyan, Bakal Pensiunkah?

Casuni juga tidak bisa berbaring. Sepanjang hari dia hanya terduduk jongkok memeganggi kedua lututnya.

Di rumah kecil itu, Casuni hanya dirawat oleh neneknya yang sudah sangat tua serta bibinya yang tunawicara.

Warga saat menyolatkan Casuni (19) di rumah duka di Blok Song Tengah, Desa Pabean Udik, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Selasa (3/12/2019).
Warga saat menyolatkan Casuni (19) di rumah duka di Blok Song Tengah, Desa Pabean Udik, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Selasa (3/12/2019). (Tribuncirebon.com/Handhika Rahman)

Faktor ekonomi membuat Casuni tidak bisa mendapat perawatan kesehatan yang maksimal untuk menyembuhkan penyakit keras yang dideritanya itu.

"Gak bisa berbaring mas, itu kakinya juga sudah tidak bisa diluruskan lagi, sempat dirawat di rumah sakit bantuan dari Dinsos. Tapi tidak lama, di sana tidak ada yang nungguin, neneknya sudah tua, bibinya kan tunawicara, jadi dirawatnya di rumah," ucap dia.

 Giorgio Chiellini: Ballon dOr Harusnya Diberikan kepada Cristiano Ronaldo, Ronaldo Sudah Dirampok

Selain itu, diceritakan Surtini, sepanjang hari Casuni hanya bisa menangis. Ia menitikan air mata setiap kali teringat anak dan ayahnya.

Sepanjang waktu pula Casuni meminta agar bisa dipertemukan dengan anak dan ayah kandungnya.

Ia meminta sembari menangis sampai air matanya itu tidak lagi bisa keluar. Akibat sering menangis pula disebutkan Surtini, bola matanl Casuni seolah-olah seperti akan keluar.

Sementara itu, Surtini menyampaikan, sakit yang diderita Casuni berawal saat dirinya melahirkan anak pertamanya tersebut.

Saat itu dokter mendiagnosa Casuni menderita penyakit TBC dan paru-paru. Karena khawatir menular, anak Casuni dibawa paksa oleh ibu mertuanya.

Pantauan Tribuncirebon.com di lokasi, prosesi pemakaman Casuni berlangsung sangat sederhana.

Seluruh prosesi mulai dari memandikan, menyolatkan hingga mengukurkan hanya dibantu oleh sepupu, tetangga, dan aparat pemerintah desa setempat.

"Saya ikut sedih, campur aduk. Tidak nyangka saja akan seperti ini kan," ujarnya.  (Tribuncirebon.com/Handhika Rahman)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved