Demo Mahasiswa
Hadang Demo Mahasiswa, Polisi Pasang Beton Pembatas dan Kawat Berduri
ksi demo tersebut bertepatan dengan rapat paripurna terakhir anggota DPR periode ini. Untuk itu, pihaknya akan mengawal dan tetap menyampaikan penolak
"Kami tetap fokus agar Presiden mengeluarkan Perppu KPK. Soal RKUHP itu ditunda, sekalipun itu bahasanya politis. Yang pasti ini momentum tepat karena DPR akan menggelar paripurna terakhir," ujar dia.
Berkaca pada aksi Senin (23/9), massa mahasiswa dari Telkom University terbilang banyak dibanding dari kampus lain. Aksi mereka juga berlangsung hingga malam hari tapi berakhir ricuh.
Polisi pun menyemprotkan air dari water canon dan gas air mata. "Untuk besok kami masih akan total. Meminta agar pemerintah mengabulkan tuntutan kami. Jika tidak, kami akan duduki Gedung Sate," ujar Yusuf.
Yusuf mengakui kericuhan pekan lalu tidak lepas dari kelompok tak dikenal yang menyusup kemudian melakukan pelemparan batu ke arah polisi. "Untuk aksi besok kami akan lebih solid, lebih total lagi," ujar Yusuf.
Disinggung soal seruan aksi di media sosial Instagram yang banyak beredar sepanjang Minggu (29/9) dan masih dengan isu yang sama seperti pekan lalu, Yusuf mengatakan pihaknya tidak menyebarkan seruan tersebut.
"Dari kami tidak menyebarkan seruan untuk unjuk rasa di media sosial. Hingga kini kami masih terus konsolidasi penguatan massa mahasiswa," ujar dia. (*)
Harus Lebih Sabar
PIMPINAN Pondok Pesantren Daarut Tauhid, Abdullah Gymnastiar, menyarankan kepada para aparat kepolisian harus jauh lebih sabar. Terlebih lagi saat melakukan tugas pengamanan unjuk rasa yang dilakukan masyarakat.
Hal itu dikatakannya saat dikonfirmasi mengenai kondisi bangsa Indonesia saat ini oleh Tribun melalui pesan singkat, Minggu (29/9).
Sejumlah unjuk rasa akhir-akhir ini berujung ricuh di beberapa daerah. Bentrokan sering terjadi antara massa aksi dan pihak kepolisian yang bertugas mengamankan demo.
"Saran untuk aparat, kami mengetahui tugas yang sangat berat menjaga keamanan, maka harus jauh lebih sabar, jauh lebih patuh pada SOP," kata pria yang akrab disapa Aa Gym itu.
Karena beratnya tugas polisi, Aa Gym meminta polisi saat bertugas jangan sampai melakukan tindakan yang di luar prosedur pengamanan. Hal itu dimaksudkan agar pengamanan bisa benar-benar menjadi bagian dari solusi dan tidak menimbulkan masalah lainnya.
Apalagi bila ada oknum yang bertindak tidak sesuai prosedur, maka menurut Aa Gym akan sangat merusak kredibilitas serta bisa menimbulkan antipati terhadap Polri.
"Kalau diketahui oleh masyarakat, akan sangat merusak citra polisi, sangat bisa mengurangi kepercayaan dan bisa menimbulkan kekurangsukaan," ucapnya.
Tidak hanya mengingatkan pihak kepolisian, Aa Gym meminta masyarakat yang melakukan unjuk rasa untuk tetap dalam koridor yang benar saat menyampaikan pendapatnya.
Meski ada perbedaan pendapat yang tajam, kata Aa Gym, kearifan dan kebijaksanaan harus tetap dikedepankan agar jadi teladan bagi generasi yang akan datang.
Para pengunjuk rasa, kata Aa Gym, juga jangan sampai memusuhi polisi yang bertugas mengamankan demonstrasi. "Karena aparat kepolisian juga adalah saudara kita semua. Kita patungan menggajinya. Apalagi jangan sampai ada fasilitas umum yang dirusak karena itu pun jerih payah kita bersama," ujar dia.
Ia berharap ada solusi paling baik bagi bangsa Indonesia agar negara ini bisa kembali adil, lebih tenteram dan makmur. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Polisi Tutup Jalan Menuju Depan DPR Pakai Separator dan Kawat Berduri 4 Lapis, Tak Bisa Jalan Kaki", https://megapolitan.kompas.com/read/2019/09/30/10034691/polisi-tutup-jalan-menuju-depan-dpr-pakai-separator-dan-kawat-berduri-4?page=all.
Penulis : Walda Marison
Editor : Sandro Gatra