'Menggapai Potensi Tanpa Batas’: Ceritakan Cara Pemuda Papua dan Aceh Bangun Negeri

Buku 'Menggapai Potensi Tanpa Batas’. Menceritakan cara pemuda Papua dan Aceh membangun negeri.

Penulis: Adhim Mugni Mubaroq | Editor: taufik ismail
Tribuncirebon.com/Adim Mubaroq
Buku Pemberdayaan Ekonomi Pemuda: Menggapai Potensi Tanpa Batas karya Adhim Mugni Mubaroq. 

Ia kemudian menyebut sosok Made Kartikajaya sebagai contoh nyata pemimpin yang tidak hanya menyusun konsep perencanaan, tapi juga hadir dan bekerja di lapangan bersama masyarakat Papua

“Made bukan hanya bicara bagaimana membangun Papua, tapi menunjukkan bagaimana caranya benar-benar bersama masyarakat Papua di sana,” tulis Adhim.

Bahkan Simon Tabuni, Ketua Umum PYCH, menyebut Made sebagai teladan dalam bersikap, berucap, dan bertindak. Simon menyebut, Made mampu menjembatani antara semangat negara dan kenyataan masyarakat Papua dengan cara sederhana yaitu hadir dan bekerja bersama dengan mereka. 

Pendamping yang Mengubah Pola Pikir

Adhim menilai, keberhasilan PYCH bukan semata karena fasilitas yang lengkap, tetapi karena pendampingan yang berkarakter. “Made menanamkan budaya disiplin, kejujuran, dan kerja keras tanpa kehilangan rasa hormat terhadap kearifan lokal. Ia datang bukan membawa label ‘penolong’, tapi semangat ‘kita tumbuh bersama’,” tulisnya.

Filosofi itu tercermin dalam cara Made memimpin: tidak kaku, tidak hierarkis, tetapi penuh dialog, keteladanan dan tegas. Ia membiarkan anak muda Papua belajar mengambil keputusan sendiri, mencoba, gagal, lalu tumbuh. Pendekatan seperti ini melahirkan bukan ketergantungan, melainkan kemandirian. Kini anak-anak muda Papua mengelola usaha sendiri: kopi, produk digital, industri kreatif, teknologi, pertanian, peternakan, perkebunan hingga UMKM. Mereka bukan lagi peserta pelatihan, tapi pelaku ekonomi baru di tanah kelahirannya.

Dari pengalamannya selama observasi sekitar dua tahun lebih melakukan peliputan di Papua, Adhim menganalisis yang dibutuhkan Papua bukan sekadar infrastruktur, melainkan pendamping berjiwa fasilitator, orang yang tahu kapan memimpin, kapan mendengar, dan kapan ikut bekerja.

“Butuh sosok-sosok seperti Made Kartikajaya. Orang yang tidak hanya bisa menjelaskan strategi, tapi juga mengimplementasikannya. Tidak hanya memahami konsep, tapi juga membumikan nilai-nilainya,” tulis Adhim. 

Menurutnya, pembangunan sejati di Papua diukur bukan dari banyaknya proyek, tetapi dari banyaknya manusia yang bangkit dan berdiri di atas kakinya sendiri.

“Pendekatan Made adalah bentuk pendampingan ideal untuk Indonesia masa depan. Ia tidak membangun menara gading, tetapi membangun jembatan antara kebijakan dan kehidupan di dalamnya,” tutur figur yang lebih dari tujuh tahun mengabdi di dunia jurnalistik tersebut. 

Refleksi Pembangunan Berbasis Manusia

Melalui Menggapai Potensi Tanpa Batas, pengurus Korps Alumni HMI (KAHMI) Jawa Barat ini menegaskan, pembangunan sejati adalah tentang manusia, bukan hanya infrastruktur. Kisah sukses anak muda Papua dan Aceh dalam buku ini menjadi bukti bahwa ketika negara hadir dengan empati, bukan hanya instruksi, maka perubahan sosial bisa tumbuh dari akar yang paling dalam.

Metode yang dipakai di PYCH maupun AMANAH Aceh dinilai bisa direalisasikan di seluruh daerah di Indonesia dengan konteks pembangunan wilayah masing-masing. 

Buku ini tak hanya layak dibaca oleh akademisi, peneliti, aktivis, maupun pejabat pemerintah, tetapi juga oleh siapa pun yang percaya bahwa masadepan Indonesia dimulai dari anak muda yang diberdayakan.

Baca juga: Pemkab dan KNPI Majalengka Peringati Hari Sumpah Pemuda di Kaki Gunung Ciremai, Ini Pesan Bupati

Sumber: Tribun Cirebon
Halaman 2/2
Tags
Papua
Aceh
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved