Derita Peternak Sapi di Majalengka di Tengah PMK, Omzet Menurun, Tak Paham Prosedur Pengiriman Hewan

Editor: Mumu Mujahidin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Potret Peternak Sapi di Pasar Ternak Bojong Pakuwon Majalengka, Jumat (17/6/2022).

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA - Sejumlah peternak di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat terus mengalami penderitaan di tengah wabah kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) yang kini makin masif terjadi.

Mereka mengaku kebingungan memenuhi pesanan hewan kurban dari luar kota, karena kini pengirimannya terhambat.

Hal itu berkaitan banyaknya aturan serta surat-surat yang harus dipenuhi.

Sementara mereka belum memahami prosedur yang harus ditempuh dan dari mana surat diterbitkan.

Seperti yang dialami peternak asal Desa Girimukti, Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka, Edi (55).

Potret sapi milik warga bernama Rosyadi yang dipastikan terpapar PMK di Kelurahan Babakan Jawa, Kecamatan/Kabupaten Majalengka (Tribuncirebon.com/Eki Yulianto)

Edi menyebut, akibat terkendala aturan tersebut, kini omset penjualan mereka menurun.

"Jika biasanya sebulan menjelang Idul Adha sudah bisa melakukan pengiriman sapi ke Cipinag dan Kalideres, Bogor serta sejumlah kota lainnya hingga dua bahkan tiga kali pengiriman, kini belum pernah sama sekali. Padahal pesanan dari relasi sudah cukup banyak.

"Pastinya omzet menurun, bayangkan saja biasanya sudah megang uang hasil pengiriman, sekarang belum ngirim karena terkendala prosedur," ujar Edi saat berbincang, Jumat (17/6/2022).

Pria yang kesehariannya berjualan hewan di Pasar Ternak Bojong Pakuwon Majalengka itu mengaku, hingga kini baru mampu menjual 4 sapi saja.

Padahal biasanya sebulan menjelang Idul Adha sudah puluhan sapi yang terjual.

Baca juga: Puluhan Sapi di Kuningan Mati Terkonfirmasi Kena PMK, Dokter Hewan Dinas Peternakan Jelaskan Begini

“Sekarang pesanan sudah banyak dan relasi sudah meminta untuk segera di kirim."

"Di kalideres, Cipinang memiliki dua lapak, biasanya  untuk sapi saja bisa mengirim hingga 70 ekor, domba mampu terjual hingga 300 ekor."

"Sekarang malah belum pernah mengirim barang, tidak tahu harus bagaimana, karena biasanya kalau mengirim cukup dengan surat jalan," ucapnya.

Tingginya penjualan sapi ke Kalideres atau Cipinang, menurut Edi, karena di wilayah tersebut banyak masyarakat yang membeli hewan kurban lewat arisan.

Halaman
123

Berita Terkini