DPRD Kota Cirebon
Geger Anak Coba Akhiri Hidup Gegara Tak Bisa Sekolah, DPRD Kota Cirebon: Tamparan untuk Pemerintah
Subagja menengok remaja yang mencoba mengakhiri hidup karena tak bisa melanjutkan sekolah.
Penulis: Eki Yulianto | Editor: taufik ismail
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki
TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON - Kisah tragis dialami MM (17), seorang gadis cerdas asal Cirebon yang nyaris mengakhiri hidupnya karena tak sanggup melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA akibat keterbatasan ekonomi.
Anggota DPRD Kota Cirebon, Subagja, menyebut peristiwa ini sebagai tamparan keras bagi pemerintah.
Ia menyampaikan hal itu seusai menjenguk MM yang tengah dirawat di salah satu rumah sakit di kawasan Kesambi, Kota Cirebon, Senin (9/6/2025).
"Ya, saya mendengar berita ini sangat prihatin sekali. Saya sangat perhatian sekali dengan apa yang terjadi di kota atau kabupaten Cirebon tentang dunia pendidikan."
"Ini sangat luar biasa sekali jika anak miskin ini tidak bisa sekolah," ujar Subagja.
Menurutnya, kondisi ini menunjukkan masih adanya penyekatan sosial dalam dunia pendidikan, di mana anak dari keluarga kurang mampu terhambat untuk melanjutkan sekolah karena biaya.
"Nah ini satu catatan besar bagi pemerintah, baik daerah, provinsi maupun pusat ya."
"Bahwa di sini ada penyekat-penyekatan seolah-olah masyarakat miskin tidak bisa sekolah, karena sekolah yang seharusnya dibiayai oleh pemerintah justru anak yang ingin sekolah memikirkan bagaimana berapa biaya-biayanya," ucapnya.
Subagja juga menyoroti sistem zonasi dan kebijakan pendidikan lainnya yang dinilai mempersulit masyarakat miskin.
Ia mendesak pemerintah provinsi hingga pusat untuk menelaah kembali kebijakan tersebut.
"Nah dengan kejadian ini, saya minta dari pihak gubernur atau pusat bisa menelaah lebih jernih bahwa sekolah itu harus dipermudah tanpa memikirkan biaya."
"Karena hukumnya, berdasarkan undang-undang, wajib belajar selama 9 tahun untuk anak bangsa ini," jelas dia.
Ia juga mendorong agar kewenangan pengelolaan sekolah menengah kembali ke daerah.
"Harapan saya, sistem penanganan sekolah menengah dikembalikan lagi ke daerah. Kewenangannya itu harus di daerah, bukan di provinsi. Ini yang akan mempersulit kami," katanya.
Sebagai wakil rakyat, Subagja menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan hak MM agar tetap bisa bersekolah.
"Saya akan koordinasi dengan Pak Wali Kota, KCD, Dinas Pendidikan, dan Komisi 3 DPRD. Ini akan saya bahas, akan saya lanjutkan."
"Saya akan terus perjuangkan anak ini untuk sekolah. Harapan saya, ini adalah cambuk bagi pemerintah itu sendiri," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, seorang gadis cerdas asal Cirebon, berinisial MM (17), nyaris mengakhiri hidupnya sendiri karena terjebak dalam tekanan ekonomi yang membuatnya tak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA.
Aksi nekat itu dilakukan lantaran ia depresi memikirkan biaya sekolah yang tak sanggup dipenuhi, meskipun sudah bekerja keras.
Kuasa hukum MM, Ahmad Faozan mengungkapkan, bahwa kliennya mengalami depresi berat karena tidak mampu membayar biaya pendaftaran sekolah.
"Ya, saya Faozan selaku kuasa hukum membantu MM, anak dari Nono Charlie. Dia korban dari depresi karena kemiskinan, dia tidak bisa melanjutkan SMA-nya," ujar Faozan saat diwawancarai di tengah jenguk MM di salah satu rumah sakit di kawasan Kesambi, Kota Cirebon, Senin (9/6/2025).
MM diketahui pernah menjadi santri di sebuah pesantren dan memiliki kemampuan berpidato dalam bahasa Inggris.
Namun, keterbatasan ekonomi membuat masa depannya seolah terhenti.
"Sesungguhnya, klien kita ini adalah anak yang pintar dan solehah."
"Tapi karena kemiskinan, akhirnya tidak dapat melanjutkan pendidikan," ucapnya.
Menurut Faozan, MM sempat bekerja sebagai penjaga toko buah di Kalitanjung, Kota Cirebon.
Ia tinggal di toko tersebut dan hanya menerima upah Rp 20 ribu per hari.
Namun, penghasilan itu tak cukup untuk biaya pendaftaran SMA yang akan dibuka dalam waktu dekat, seperti membeli seragam, emblem sekolah, hingga kebutuhan hidup lainnya.
"Dia bekerja sebagai tukang buah sekitar 10-15 harian."
"Tapi karena merasa uang yang dikumpulkan tidak cukup, dia depresi dan akhirnya nekat mencoba mengakhiri hidup," ujar dia.
Aksi itu sendiri terjadi pada Jumat (6/6/2025) sekitar pukul 23.30 WIB.
Beruntung, seorang temannya datang sekitar tengah malam dan langsung membawanya ke rumah sakit di kawasan Kesambi, Kota Cirebon.
"Alhamdulillah temannya datang jam 00.00 dan bisa menyelamatkan dia," katanya.
Faozan juga menyebut, bahwa sebelumnya MM sempat bersekolah di salah satu SMA negeri di wilayah Tengah Tani, Kabupaten Cirebon.
Namun hanya bertahan satu semester karena tidak mampu membayar biaya hidup dan sekolah.
Bahkan, ia sempat diusir dari kos dan barang-barangnya masih tertinggal di sana.
"Dia lulusan tahun 2024. Tapi karena tidak memiliki biaya, dia akhirnya keluar. Kos diusir dan di sekolahnya juga sempat mendapat perlakuan berbeda. Akhirnya tidak bisa melanjutkan," ujar Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bapeksi Kota Cirebon itu.
Saat ini, MM tinggal di wilayah Pamitran, Kelurahan Kejaksan, Kota Cirebon.
Faozan berharap pemerintah bisa memberikan perhatian khusus terhadap gadis cerdas itu.
"Kita paham bersama, bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tanggung jawab pemerintah, baik daerah maupun pusat."
"Saya memohon, penegakan pembukaan Undang-undang Dasar itu dijalankan sebenarnya," ucap Faozan.
Faozan berharap, ada intervensi dari pemerintah agar MM bisa mendapatkan tempat di SMA sesuai dengan bakat dan kecerdasannya.
Kontak Bantuan
Bunuh diri bisa saja terjadi saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.
Jika memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Layanan konseling bisa menjadi pilihan untuk meringankan keresahan yang ada.
Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:
https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/
Baca juga: Nestapa Gadis Asal Cirebon, Tak Punya Biaya Lanjutkan Sekolah ke SMA, Nekat Coba Akhiri Hidup
Tinjau Langsung Proses Pengelolaan MBG di SPPG Larangan, Komisi III DPRD : Sudah Berjalan Baik |
![]() |
---|
Komisi III Minta Wali Kota Tegas Soal Stadion Bima, Dispora Harus Buat Master Plan |
![]() |
---|
Terkait Stasiun Cirebon, DPRD Fasilitasi Pertemuan Manajemen PT KAI, BT Batik Trusmi & Pegiat Budaya |
![]() |
---|
DPRD Kota Cirebon Minta Pemkot Perhatikan Keterbatasan Personel Satpol PP |
![]() |
---|
Komisi III DPRD Kota Cirebon Tinjau Sekolah Rakyat, Pastikan Program Berjalan Optimal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.