Idul Adha 2025

Teks Khutbah Idul Adha 2025/1446H: Kepedulian Sosial dan Keadilan Melalui Qurban

Berikut ini contoh teks khutbah Idul Adha 2025/1446H resmi dari Kemenag, NU dan Muhammadiyah.

tribun
KHUTBAH IDUL ADHA - Berikut ini contoh teks khutbah Idul Adha 2025/1446H resmi dari Kemenag, NU dan Muhammadiyah. 

Dari hadits di atas kita menjadi paham bahwa berqurban pada hari Idul Adha merupakan amalan yang paling dicintai oleh Allah. Berqurban bukan hanya tindakan menyembelih hewan, namun sesungguhnya merupakan simbol pengorbanan diri yang tulus kepada Allah, menunjukkan keikhlasan dan niat yang murni. Darah hewan qurban yang diterima oleh Allah sebelum menyentuh bumi menandakan betapa dihargainya ibadah ini dan kedekatan yang tercipta antara hamba dengan Tuhannya. Selain itu, berqurban membersihkan jiwa, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, serta mengajarkan kepedulian sosial dengan berbagi daging kepada fakir miskin. Hewan qurban yang akan datang pada hari kiamat menjadi bukti betapa pahala yang yang kita terima sungguh berlipat ganda.

Jamaah Idul Adha rahimakumullah

Di Hari Raya Idul Adha, kita memang disunnahkan untuk memotong hewan qurban seperti unta, sapi, kerbau ataupun domba pada tanggal 10, 11, 12, dan 13 Dzul Hijjah. Lahiriahnya kita menyembelih hewan qurban, namun hakikatnya adalah kita harus menyembelih segala bentuk kecintaan kita pada duniawi yang dapat mengurangi bahkan menghalangi kadar kecintaan kita kepada Allah. Ketika kecintaan duniawi melebihi cinta kepada Allah, membuatnya serakah, menghalalkan segala cara, zalim, dan menindas orang lain. Ibadah qurban melatih diri agar tidak tertawan oleh cinta duniawi. Karenanya bagi kita yang memiliki kemampuan, maka mari kita berqurban karena Allah. Sebab, bukanlah darah dan daging itu yang akan mengundang keridhaan Allah, tetapi hanya ketakwaannya yang dapat mencapainya. Allah SWT berfirman:

لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِن يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنكُمْ : كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَلَكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ

"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS Al-Hajj:37).

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Jamaah Idul Adha Rahimakumullah

Idul Adha adalah salah satu ritual keagamaan yang kaya akan makna simbolis dan metaforis, dan sepatutnya ditafsirkan dalam konteks nilai-nilai universal Islam. Ada banyak pesan dan pelajaran penting yang bisa dipetik dari perayaan ibadah qurban ini. Salah satunya adalah keberhasilan Nabi Ibrahim AS dan Siti Hajar AS dalam proses mendapatkan, mendidik, dan mengasuh anak mereka, Ismail AS, menjadi generasi yang kuat nan tangguh. Mari hayati sejenak ayat berikut ini:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يُبُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَابَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّبِرِينَ

"Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, 'Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!' Dia (Ismail) menjawab, 'Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; in syaa Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar."

Hadirin, 

Mari kita kita bahas sedikit, tentang pola asuh yang diterapkan Nabi Ibrahim dalam mendidik putranya. Coba kita perhatikan redaksi:

يُبُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى

"Wahai anakku, aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, bagaimana pendapatmu?"

Nabi Ibrahim telah melibatkan putranya dalam dalam musyawarah untuk memecahkan persoalan yang sangat pelik dan pahit. Padahal Ismail baru berusia 13 tahun. Ini menunjukkan betapa Ibrahim sangat menyadari pentingnya mempersiapkan anaknya untuk menghadapi kenyataan hidup yang tidak selalu mudah. Dengan melibatkan Ismail dalam diskusi mengenai perintah Allah untuk pengorbanan, Ibrahim mengajarkan bahwa hidup penuh dengan tantangan yang memerlukan keberanian, kesabaran, dan keimanan yang kuat.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved