Khutbah Jumat

Materi Khutbah Jumat Akhir Bulan Syaban: Persiapan Menyambut Bulan Ramadhan di Bulan Syaban

Tema khutbah jumat kali ini spesial karena menyambut bulan Ramadhan berjdul Persiapan Ramadhan di Bulan Syaban.

istimewa
Kini, selama menjalani cuti, Syahrul Faidzin aktif menjadi Khatib shalat Jumat di Cirebon. 

TRIBUNCIREBON.COM - Berikut terdapat Naskah Khutbah Jumat 31 Januari 2025/31 Rajab 1446 Hijriah.

Salah satu rukun pada hari Jumat adalah penyampaian khutbah oleh sang khatib.

Islam menganjurkan supaya khutbah tidak disampaikan terlalu panjang agar jemaah tidak bosan.

Sekedar informasi ajuran untuk menyampaikan khutbah secara singkat terdapat di dalam sebuah hadits riwayat Muslim dan Ahmad berikut ini.

Artinya: "Dari Ammar Ibn Yasir (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Sesunggunguhnya panjangnya sholat dan pendeknya khutbah seorang khatib adalah tanda kepahaman seseorang tentang agama. Oleh karena itu panjangkanlah sholat dan persingkatlah khutbah; sesungguhnya dalam penjelasan singkat ada daya tarik." (HR Muslim dan Ahmad)

Tema khutbah jumat kali ini spesial karena menyambut bulan Ramadhan berjdul Persiapan Ramadhan di Bulan Syaban.

Baca juga: Teks Khutbah Jumat 31 Januar 2025: Peristiwa Isra Miraj dan Penghamabaan Umat Islam

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لله على نعمه فى شهر شعبان، الذى جَعَلَنَا مِنَ المسلمين الكاملين، وَأَمَرَنَا بِاتِّبَاعِ سَبِيْلِ المُؤْمِنِيْنَ، اَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Waktu terus mengalir dan tak terasa kita menghabiskan hampir separuh bulan Sya'ban. Bulan suci Ramadhan pun kian dekat dan memberikan suasana batin tersendiri bagi masing-masing orang. Ada yang bergembira dengan kehadiran bulan suci ini. Ada pula yang biasa-biasa saja: Sya'ban dan Ramadhan dinilai tak jauh berbeda dari bulan-bulan lainnya.

Sikap kedua ini bermasalah karena menjadi indikasi tentang tidak sensitifnya hati kita kepada kemuliaan-kemuliaan waktu khusus yang tertuang dalam ajaran Islam. Umumnya, suasana "biasa saja" itu bukan karena sikap ingkar melainkan karena terlalu padatnya kehidupan seseorang dengan aktivitas duniawi sehingga menganggap perjalanan bulan Rajab, Sya'ban, dan kemudian Ramadhan tak ubahnya rutinitas belaka.

Islam tidak menganjurkan demikian. Imam Al-Ghazali dalam Ihya' Ulumid-Din menyebut adanya hari-hari utama (al-ayyam al-fadhilah). Hari- hari utama ini dapat ditemukan pada tiap tahun, tiap bulan, dan tiap minggu. Terkait siklus bulanan, Imam Al-Ghazali memasukkan bulan Sya'ban ke dalam kategori bulan-bulan utama (al-asyhur al-fadhilah) di samping Rajab, Dzulhijjah, dan Muharram.

Ada hal yang istimewa dalam bulan Sya'ban. Ia menjadi jembatan menuju bulan yang paling diagung-agungkan. Itulah sebabnya mengapa bulan ini dikatakan "sya'ban". Sya'ban yang berasal dari kata syi'ab bisa dimaknai sebagai jalan setapak menuju puncak. Artinya, bulan Sya'ban adalah bulan persiapan yang disediakan oleh Allah untuk hambanya dalam menapaki, memantapkan diri, sebagai persiapan menyongsong bulan puncak bernama 'Ramadhan'.

Jamaah shalat Jum'at hadâkumullah,

Lantas, apa yang mesti dipersiapkan? Sudah lazim kita menyaksikan bahwa Ramadhan sebagai fenomena tahunan memberikan efek ekonomi dan peralihan budaya yang cukup signifikan. Menjelang bulan puasa, kita jumpai pasar-pasar kian ramai, pusat-pusat perbelanjaan semakin menunjukkan gairahnya, hingga televisi pun menyesuaikan sajian tayangan kepada masyarakat yang mulai berubah semakin relijius. Untuk menghadapi ini semua, kita butuh persiapan. Tapi ini persiapan fisik dan material. Karena Ramadhan memang membawa dampak material, juga bulan sesudahnya, yakni lebaran atau Syawal.

Akan tetapi, persiapan yang kita maksud sekarang adalah persiapan secara spiritual. Sebagai "jalan menuju puncak", seyogianya Sya'ban menjadi momen bagi umat Islam untuk memperkuat mental, menata batin, dan membenahi perilaku untuk menyambut bulan puasa: puasa dari makan dan minum maupun puasa dari sikap untuk selalu menuruti ego pribadi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved