Khutbah Jumat

Naskah Khutbah Jumat Sambut Rabiul Awal: Menumbuhkan Rasa Cinta dan Syukur atas Kelahiran Sang Nabi

Pasalnya dalam hari tersebut, setiap muslim yang balig diwajibkan untuk mengerjakan shalat Jumat.

tribun
Naskah Khutbah Jumat Sambut Rabiul Awal: Syukur atas Kelahiran Sang Nabi 


Hadirin Rahimakumullah,

Alhamdulillah, saat ini kita berada di bulan Rabiul Awwal, bulan Maulid, bulan di mana manusia termulia akhlaknya dilahirkan, yakni Rasulullah saw. Maka sudah sepantasnya, kita sebagai umatnya, wajib untuk bersyukur dan bergembira atas kelahirannya, karena hal tersebut merupakan nikmat yang agung.


Pamannya saja, Abu Lahab, ketika mendengar Rasulullah dilahirkan, ia sangat bergembira hingga memerdekakan seorang budaknya. Ini merupakan salah satu bukti cintanya kepada Nabi Muhammad saw, meski di kemudian hari, ia yang paling terdepan memusuhi Islam.


Hadirin Rahimakumullah,

Pada bulan Maulid ini, di antara bentuk mensyukuri atas kelahiran Nabi Muhammad saw, adalah dengan bergembira. Hal ini sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 58:


قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ  


Artinya: Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmat-Nya hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari pada apa yang mereka kumpulkan (QS Yunus: 58).


Lalu apakah yang dimaksud dengan rahmat dalam ayat ini? Apakah bentuk rahmat itu? Abdullah Ibnu Abbas menafsirkan ayat tersebut dengan cukup jelas:


وأحرج أبو الشيخ عن ابن عباس فى الأية قال: فضل الله العلم ورحمته محمد صلى الله عليه وسلم : قال الله (وما أرسلنك إلا رحمة للعالمين)  


Artinya: Bahwa yang dimaksudkan dengan karunia Allah swt sekaligus ilmu dan rahmat-Nya adalah Nabi Muhammad saw. Allah swt telah berfirman (Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam) (QS al-Anbiya: 107).


Maka menjadi jelas bahwa Rasulullah saw diciptakan oleh Allah sebagai rahmat bagi semesta alam. Ketika kita bergembira atas lahirnya manusia mulia tersebut, berarti kita juga bergembira atas rahmatnya.


Hadirin Rahimakumullah,

Dalam kitab Al-Hawy Lil Fatawa, Juz I, halaman 189-197 disebutkan cara kita bisa merayakan hari kelahiran Nabi dengan benar:


 أنَّ أصْلَ عَمَلِ الْمَوْلدِ الَّذِى هُوَ اِجْتِمَاعُ النَّاسِ وَقِرَاءَةُ مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ. وَرِواَيَةُ الأخْبَارِ الوَارِدَة فِى مَبْدَءِ أمْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا وَقَعَ فِى مَوْلِدِهِ مِنَ الآيَاتِ ثُمَّ يَمُدُّ لَهُمْ سِمَاطٌ يَأكُلُوْنَهُ وَيَنْصَرِفُوْنَ مِنْ غَيْرِ زِيَادَةٍ عَلَى ذَلِكَ مِنَ الْبِدَعِ الْحَسَنَةِ الَّتِى يُثَابُ عَلَيْهَا صَاحِبُهَا لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ قَدْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاِظْهَارِ الْفَرَحِ وَالاِسْتِبْشَارِ بِمَوْلِدِهِ الشَّرِيْفِ.  


Artinya: Bahwa asal perayaan Maulid Nabi Muhammad, yaitu manusia berkumpul, membaca Al-Qur’an dan kisah-kisah teladan kemudian menghidangkan makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu termasuk bid’ah hasanah. Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan derajat Nabi, menampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad yang mulia (Al-Hawy Lil Fatawa, Juz I, h. 189-197). 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved