Jamaah Islamiyah Bubarkan Diri
Wawancara Khusus Abu Fatih Eks JI, Bahas Tentang Pengiriman ke Afghanistan dan Pemboman di Indonesia
Tribun mendapat kesempatan eksklusif mewawancarai Ustad Abu Fatih alias Abdullah Anshori di sebuah tempat di dekat Kota Solo.
T : JI menyatakan diri bubar dan ini menerbitkan pertanyaan kalau begitu JI memang benar-benar ada selama ini. Sebab sebelumnya ada bantahan-bantahan organisasi ini tidak ada?
Jadi tahun 1993 akhir, itu saya bebas dari penjara Cipinang dalam kasus usroh yang kemudian mungkin agak nyerempet peristiwa Tanjungpriok. Sekitar seminggu setelah bebas, ada teman yang datang ke rumah menyampaikan ustad (Abdullah Sungkar) mau telepon, dan silakan. Beliau telepon dan saya yang megang telepon berikutnya. Saya lalu komunikasi langsung dengan ustad Abddullah Sungkar.
Beliau intinya bilang, “yai, saya kangen sama antum. Tapi kondisi saya belum memungkinkan untuk pulang. Jadi tolonglah antum usaha untuk bisa mengunjungi saya di sini (Malaysia)”. Saya jawab inshaalalah, saya usahakan. Saya usaha bikin paspor di Jaktim, tiga hari selesai. Seminggu kemudian saya berangkat sendiri lewat Singapura, lalu naik kereta ke Malaysia. Ketemulah saya dengan ustad Abdullah Sungkar.
Pada waktu itu beliau menjelaskan, “yai, antum sudah denger bahwa saya melepas baiah (baiat) saya pada NII. Kemudian sejak bulan Januari 1993, saya mendirikan Al Jamaah Al Islamiyah. Kemudian keperluan saya panggil antum ke sini, itu saya mau minta tolong. Bantulah saya. Adik antum itu, maksudnya Abdurochim (adik Abu Fatih), dia seorang guru yang baik yang tulus ikhlas, tapi dia murni guru, pendidik. Yang saya perlukan itu yang bisa mengelola. Jadi satu, gantikan adikmu itu. (Abdurochim saat itu diserahi memimpin JI wilayah Indonesia. Nama aliasnya Nuaim alias Abu Irsyad).”
“Kedua, bantulah ana (Abdullah Sungkar) memiliki (membangun) pondok pesantren itu 100 jumlahnya.” Saya ketawa. Saya katakan, saya bukan ahli pondok ustad. Beliau menukas, nanti saya jelaskan teknis-teknisnya. Satu lagi, kata Abdullah Sungkar, bantulah saya melanjutkan program yang dulu dirintis sama antum, maksudnya hal-hal terkait kaderisasi askari”.
Sebelum masuk penjara saya waktu itu sudah melaksanakan kaderisasi, pengiriman ke Afghanistan, seperti Abu Tholut, Abu Rusydan. Itu yang saya kirimkan sampai angka 59 orang, baru saya ditangkap (di Jakarta).
Saya diambil dan masuk Cipinang karena memimpin halaqoh-halaqoh. Waktu itu belum terdeteksi kalo saya melakukan pengiriman kader askari ke Afghanistan.
Akhirnya saya pulang, saya temui adik saya, pengurus dikumpulkan dan menjelaskan misi yang dibawa. Saya waktu itu intinya mengatakan, untuk pengelolaan yang dulu namanya majelis dahiliyah, diganti jadi majelis qiyadah mantiqiyah. Itu saya bilang sekarang pekerjaan kita untuk qiyadah mantiqiyah adalah konsolidasi ke dalam.
Artinya kiita akan merumuskan konsep yang jelas. Kedua, kita harus membenahi persoalan pembinaan personal dari dakwah, tarbiyah, tandfid, rekrutmen, dan itu sudah harus terpikirkan detailnya. Kemudian pembinaan selanjutnya apakah diklat atau apa kita pikirkan matang.
Lalu persoalan tandzim, itu kan amanahnya tandzim siri (rahasia), artinya kita tak perlu open, kita jalankan apa yang bisa kita lakukan. Kira-kira itulah. Sebelumnya (tandzim askari) juga sudah dilakukan, oleh namanya Broto, dia NII. Tapi kan Ustad Abdullah Sungkar sudah melepas baiat atau pisah dengan NII. Akhirnya kan terbelah alumninya, ada yang ke NII ada yang ikut JI. Tak lama setelah itu Broto meninggal, dan karena saya sudah di luar, saya tidak ikut ngurus yang NII.
Saya mengurus di JI dan apa yang kita rintis muaskar ke Filipina, di Mindanao. Tapi tahap awal kita tidak memanfaatkan fasilitas itu.. Kita tawarkan membantu tadrib mujahidin MILF dipimpinan Syekh Selamat Hasim. Waktu itu sampai tahun kedua, sudah meluluskan alumnus muaskar dan mujahidin sana sudah 1.500 sampai 2.000 muqotil atau petempur.
T : Saat pertama bertemu Ustad Abdullah Sungkar, apa waktu itu dijelaskan detil organisasinya JI seperti apa, strukturnya dan lain-lain?
AF: Nggak, kan waktu itu ibaratnya masih embrio. Jadi yang di pusat ada 11 orang sebagai pencetus, saya bukan termasuk pencetus, tapi sebagai pelaksana di mantiqoh taniah mulai tahun kedua. Jadi baru masa itu ada yang terekrut ikhwan alumni pondok sekira 2.000. Dari dua ribu itulah modalnya yang kami olah dan kami sisir, mana jadi mualim, dai, murobi, mana yang tamqis atau penyeleksi.
T : Pengiriman ke Afghaistan apa masih berlangsung?
AF : Sudah tidak karena diputuskan kia tidak punya tempat. Tapi saya masih agak silap, waktu itu masih memelihara hubungan, masih menempatkan perwaklan tapi pengiriman sudah tidak.
Jamaah Islamiyah Bubar, Bagaimana Nasib Anggota dan Pesantrennya? Begini Kata Mantan Amir JI |
![]() |
---|
Wawancara Khusus, Jamaah Islamiyah Bubar, Abu Mahmudah: Kami Berangkat dari Kejujuran |
![]() |
---|
Melihat Bekas Rumah Persembunyian Terakhir Noordin M Top, Dindingnya Penuh Lubang Bekas Tembakan |
![]() |
---|
Sejarah Jamaah Islamiyah, Dari Abdullah Sungkar Hingga Bubar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.