Khutbah Jumat

Teks Khutbah Jumat 6 Oktober 2023: Dua Sifat Pembunuh Rasa Syukur

Sifat iri akan menjadikan seseorang tidak mensyukuri nikmat yang telah dianugerahkan Allah

Tribunjabar.id/Firman Suryaman
Solat gaib untuk Eril di Masjdi Agung Kota Tasikmalaya berlangsung khusyu. 

Kedua sifat ini sangatlah berbahaya, karena selain merugikan diri sendiri, juga merusak harmoni dalam masyarakat.

Sebagai umat Islam, kita dituntut untuk menjauhi sifat-sifat buruk ini dan menggantikannya dengan sifat-sifat yang lebih mulia.

Sebagai gantinya, mari kita tingkatkan rasa syukur kepada Allah atas segala yang telah Ia berikan kepada kita.

Kita harus belajar untuk merasa bahagia atas kesuksesan dan keberuntungan orang lain tanpa merasa iri atau dengki.

Kita harus berusaha untuk membantu dan mendukung saudara kita dalam kebaikan, bukannya menghalangi atau merendahkan mereka.

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,

Dalam rangka menghindari sifat iri dan dengki, kita perlu memahami bahwa setiap individu telah mendapatkan takdir dan pemberian dari Allah yang berbeda-beda sesuai kadarnya masing-masing.

Dengan memahami ini, kita dapat merasa lebih tenang dan puas dengan apa yang telah Allah berikan kepada kita. Jika iri dan dengki tetap bercokol dalam diri kita, maka lambat laun sikap syukur akan pupus karena iri dengki merupakan pembunuh rasa syukur.

Contoh kecil saja saat seseorang tiba-tiba memberi kita uang Rp100 ribu di saat kita memang membutuhkannya. Apa yang akan kita rasakan? Pastilah kita akan merasa senang dan bersyukur.

Namun, apa yang selanjutnya akan terjadi ketika di waktu yang sama orang tersebut memberikan Rp500 ribu kepada orang lain? Jika iri dan dengki bersemayam lebih kuat dalam diri kita, maka rasa bahagia dan syukur karena telah mendapatkan Rp100 ribu pun akan cepat pupus.

Sekali lagi, iri dan dengki adalah pembunuh rasa syukur sehingga sudah seharusnya harus kita hilangkan.

Imam Al-Ghazali, menyebut bahwa iri dan dengki memiliki 3 tahap yaitu pertama, tahap menginginkan agar kenikmatan orang lain itu hilang dan ia dapat menggantikannya.

Tahap kedua adalah menginginkan kenikmatan orang lain itu hilang, walaupun ia tak dapat menggantikan nikmat tersebut dengan merasakan mustahil untuk mendapatkannya.

Dengan kata lain, ia merasa gembira dengan melihat kejatuhan orang lain. Iri dan dengki ini menurut Imam Ghazali lebih jahat dari yang pertama.

Dan yang ketiga adalah tahap merasa tidak ingin jika kenikmatan orang lain hilang, tetapi ia benci jika orang lain mendapat nikmat lebih darinya.

Sumber: Tribun Cirebon
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved