Naskah Khutbah Jumat 14 April 2023, Tips Menjaga Konsistensi Ibadah Selama Ramadhan

Materi khutbah Jumat menjaga konsistensi ibadah selama Ramadhan. Ini beberapa tipsnya.

Editor: taufik ismail
Tribuncirebon.com/Handhika Rahman
Suasana pelaksanaan salat tarawih di Masjid Islamic Center Indramayu, Rabu (22/3/2023). 

Al-Ghazali menyebut, “Orang yang makan terlalu kenyang saat berbuka puasa tak ubahnya arsitek andal yang membangun gedung megah dengan susah payah, tapi kemudian ia robohkan sendiri.” Gedung megah yang dimaksud adalah ibadah puasa. (Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Iḫyā Ulūmiddīn, 2016: juz I, h. 318-319).

Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.

Upaya yang bisa lakukan untuk mewarat semangat ibadah selama Ramadhan adalah dengan mengakhirkan sahur. Salah satu keistimewaan agama Islam adalah anjuran sahur bagi orang yang hendak berpuasa. Umat Yahudi dan Nasrani juga memiliki syariat puasa, tapi tidak punya anjuran ini.

Salah satu hikmah adanya anjuran sahur adalah menjaga stamina tubuh dari pagi sampai sore agar tetap kuat dalam beribadah. Lebih dianjurkan lagi jika sahur dilakukan pada sepertiga malam terakhir atau menjelang waktu imsak. Sebab, semakin diakhirkan maka stamina tubuh bisa bertahan lebih lama. Rasulullah SAW bersabda,


بَكِّرُوْا بِالإفْطَارِ وَأَخِّرُوْا السَّحُوْرَ


Artinya, “Segerakanlah berbuka dan akhirkanlah sahur.” (HR Ibnu ‘Addi).

Terkait berapa jarak waktu antara sahur dan subuh yang dianjurkan, Nabi menyampaikan kurang lebih setara dengan waktu untuk membaca 50 ayat Al-Qur’an. Dalam satu hadits diriwayatkan,


عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: تَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ، قُلْتُ: كَمْ كَانَ بَيْنَ الأَذَانِ وَالسَّحُوْرِ؟ قَالَ: قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً


Artinya, “Dari Zaid bin Tsabit RA, dia berkata, ‘Sekali waktu kami sahur bersama Rasulullah SAW, kemudian beliau beranjak untuk melaksanakan shalat.’ Zaid bertanya, ‘Berapa jarak waktu antara adzan subuh dengan sahur?’ Nabi menjawab, ‘Kurang lebih setara lama waktu membaca 50 ayat Al-Qur’an.” (HR Bukhari).

Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.

Upaya berikutnya adalah menjauhi perbuatan maksiat. Dosa-dosa yang kita perbuat akan menjadi beban spiritual sehingga menjadikan malas beribadah. Imam al-Ghazali menjelaskan, orang yang gampang melakukan maksiat akan membuat hatinya keras dan dijauhkan dari rahmat Allah.

Hal inilah yang akan membuat dia malas beribadah. Al-Ghazali kemudian mengutip kisah seorang laki-laki yang mengadu kepada Hasan al-Bashri karena susah bangun malam untuk melakukan tahajud.

Laki-laki itu berkata, “Wahai Abu Sa’id (Hasan al-Bashri), semalaman aku dalam keadaan sehat, lalu aku ingin melakukan shalat malam dan aku telah menyiapkan kebutuhan untuk bersuci, tapi mengapa aku tidak dapat bangun?” Hasan al-Bashri menjawab, “Dosa-dosamu telah mengikatmu.”

Al-Ghazali juga mengutip kisah penyesalan Sufyan ats-Tsauri karena tidak bisa shalat tahajud gara-gara melakukan satu dosa. Sufyan ats-Tsauri pernah berkata, “Aku tidak mampu shalat malam selama lima bulan gara-gara satu dosa yang pernah aku lakukan.” Sufyan lalu ditanya, “Memang dosa apa yang telah kau perbuat.” Sufyan menjawab, “Sekali waktu aku melihat seorang laki-laki menangis, lalu aku membatin bahwa laki-laki itu hanya pencitraan (riya). (Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Iḫyā ‘Ulūmiddīn, 2016: juz I, h. 466.

Ibnu Abbas juga pernah menyampaikan terkait pengaruh perbuatan maksiat, salah satunya membuat tubuh malas beribadah. Ia berkata,

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved