Bupati Ungkap Banyaknya Pelajar Terlibat Perang Sarung di Majalengka Selama Ramadan

Bupati Majalengka, Karna Sobahi mengungkapkan banyaknya pelajar yang terlibat dugaan aksi perang sarung selama lima hari memasuki bulan Ramadan.

Penulis: Eki Yulianto | Editor: dedy herdiana
Tribuncirebon.com/Eki Yulianto
Bupati Majalengka, Karna Sobahi 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA- Bupati Majalengka, Karna Sobahi mengungkapkan banyaknya pelajar yang terlibat dugaan aksi perang sarung selama lima hari memasuki bulan Ramadan.

Diketahui, dari catatan kepolisian, ada sebanyak 50 pelajar dari tiga kecamatan di Majalengka yang terlibat perang sarung.

Beruntung, semuanya hanya diberi peringatan dan pembinaan serta langsung dikembalikan ke orangtuanya setalah membuat surat pernyataan.

Baca juga: Baru Hari Kelima Ramadan, Sudah Ada 50 Pelajar Majalengka yang Hendak Perang Sarung Diamankan

Ditemui usai sosialisasi pencegahan tawuran dan perang sarung tingkat pelajar oleh Dinas Pendidikan (Disdik) di Gedung Yudha Pendopo Majalengka, Karna menyebut, ada sejumlah faktor yang mempengaruhi banyaknya anak di bawah umur di Majalengka yang melakukan aksi tak terpuji itu.

Ketiganya, yakni faktor lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat.

Orang nomor satu di Majalengka itu menyebut, lemahnya koordinasi dari ketiga elemen itu menjadi penyebab.

"Nah teori pendidikan yang Disdik kembangkan bagaimana memperkuat di lingkar 3 pendidikan, sekolah, keluarga dan masyarakat."

"Ini sebetulnya sumber persoalan di 3 sumber itu, sekolah, keluarga dan masyarakat. Apa yang lemahnya, yaitu dikoordinasinya," ujar Karna, Senin (27/3/2023).

Kendati demikian, pemerintah daerah melalui Disdik akan lebih menekankan sisi internalnya demi menekan angka kenakalan remaja tersebut.

Upaya itu akan diimplementasikan dengan cara, membuat program yang akan dipusatkan di sekolah.

Sehingga, ruang pelajar di luar sekolah untuk bermain diminimalisir sedikit mungkin.

"Tadi sudah disampaikan bahwa Disdik akan berkoordinasi dengan teman-teman untu membuat wadah-wadah yang bisa mengalihkan perhatian pelajar," ucapnya.

Di sisi lain, Karna masih meyakini, sejatinya para pelajar di Majalengka tidak memprogramkan bahwa perang sarung menjadi rutinitas yang dilakukan.

Perang sarung terjadi secara spontan, layaknya sebuah permainan di kalangan pelajar.

"Perang sarung juga sebenarnya hanya modus saja, ada anak pakai sarung dijadikan senjata begitu, tidak sengaja mau perang begitu."

"Ada aturan sekolah sendiri kalau itu, dan tadi Pak Kapolres juga akan melakukan pendekatan persuasif," jelas dia.

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved