Festival Gotong Rumah di Majalengka

MENGULIK Sejarah Wakare di Kampung Wates, Festival Gotong Rumah Jadi Napak Tilas Warga Majalengka

Mengulik Sejarah Wakare di Kampung Wates, Festival Gotong Rumah Jadi Napak Tilas Warga Majalengka

TribunCirebon.com/ Adim Mubaroq
Festival Gotong Rumah di Majalengka, Warga Kampung Wates Angkat Dua Gubuk Bambu di Jatiwangi  

Laporan Kontributor Adim Mubaroq

TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA – Suasana Desa Jatisura, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, tampak meriah pada Sabtu sore (16/8/2025). Ratusan warga berbondong-bondong berkumpul di ruas jalan Jatiwangi-Ligung, bukan untuk sekadar pawai biasa, melainkan untuk mengarak rumah bambu berukuran besar dalam sebuah perhelatan yang dinamakan Festival Gotong Rumah.

Pemandangan unik tersaji sejak awal arak-arakan. Sejumlah ibu-ibu dengan pakaian tradisional berwarna cerah berjalan berbaris sambil membawa perlengkapan sederhana.

Beberapa di antaranya menyeimbangkan barang di atas kepala, bahkan ada yang memikul pengeras suara untuk mengiringi jalannya rombongan. Senyum sumringah dan tawa renyah menambah hangat suasana sore itu.

Baca juga: MENGINTIP Festival Gotong Rumah di Majalengka, Warga Kampung Wates Angkat Dua Gubuk Bambu

Tak kalah semarak, barisan bapak-bapak tampak gagah memanggul hasil bumi. Ada singkong, kelapa, hingga umbi-umbian yang dibungkus rapi dengan anyaman bambu. Mereka melangkah penuh semangat, seakan ingin menunjukkan bahwa hasil tani masih menjadi napas kehidupan masyarakat desa.

Namun yang paling menyedot perhatian adalah rombongan warga yang bergotong royong mengangkat dua rumah bambu berukuran besar.

Dengan kekuatan belasan orang, gubuk itu dipanggul dan diarak sejauh setengah kilometer. Sorak-sorai penonton di pinggir jalan menambah meriah suasana, seakan mendukung perjuangan warga yang bahu-membahu memikul rumah tersebut.

Baca juga: AMBRUK PARAH, Harga Emas Antam Hari Ini 18 Agustus 2025 di Bandung dan Cimahi Anjlok Segini

Tradisi ini bukan sekadar atraksi. Festival Gotong Rumah digelar untuk mengenang peristiwa wakare yang terjadi pada tahun 1943. Kala itu, warga Kampung Wates terpaksa meninggalkan rumah dan kampung halaman mereka karena lokasi yang berdekatan dengan konsentrasi tentara Jepang di Ligung, wilayah yang kini menjadi Lanud S. Sukani.

Menurut cerita tokoh masyarakat Kampung Wates, Dikdik, wakare dilakukan atas inisiatif Kuwu Sayim. Warga yang khawatir akan menjadi korban peluru atau bom dari pasukan Jepang akhirnya mengungsi ke Dukuh Pusing, hanya beberapa ratus meter dari kampung asal. Uniknya, ada warga yang benar-benar memindahkan rumah mereka dengan cara digotong, sebuah tradisi yang kini dihidupkan kembali.

“Gotong rumah ini simbol perjalanan leluhur kami. Saat berangkat menggambarkan wakare, dan saat kembali menggambarkan warga yang pulang setelah Jepang menyerah,” ujar Dikdik.

Baca juga: MENGINSPIRASI Bupati Eman Suherman Langsung Beri Bantuan ke Pedagang Cimin yang Suka Berbagi

Festival Gotong Rumah kini menjadi napak tilas sejarah sekaligus sarana edukasi bagi generasi muda. Dengan peragaan ini, anak-anak diajak memahami bahwa leluhur mereka pernah menghadapi masa sulit, hingga harus memindahkan rumah demi keselamatan keluarga.

“Supaya generasi penerus mengetahui bahwa karuhun kita pernah sepahit itu. Semangat gotong royong yang dulu jadi cara bertahan hidup, sekarang bisa jadi cara menjaga persatuan,” pungkas Dikdik. 

 


 
 
 4 Lamp

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved