Kisah Mantan Pecandu Narkoba di Bandung, dari Mulai Ditipu Puluhan Juta Hingga Jadi Petani Sukses
Tak hanya sekali, Ade sampai dua kali menjalani rehabilitasi untuk mengatasi kecanduannya.
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin
TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG BARAT - Ade Rukmana (39) seorang pria mantan pecandu narkoba terlihat telaten saat merawat tanaman sayuran di sebuah lahan di kawasan pegunungan Bukit Tunggul, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Memakai topi berwarna hitam dan jaket tebal, pria berkacamata asal Kampung Cijero Kaso, RT 1/17, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang itu terlihat tampil cukup modis saat bertani di lahan pertanian tersebut.
Saat memasuki tempat kerjanya, Ade terlihat mencolok karena penampilan dia tak seperti petani lain, sehingga dengan tampil beda seperti itu, sekilas Ade tak seperti seorang petani yang setiap hari harus bekerja keras.
Secangkir kopi hitam dan sebatang rokok menemaninya saat dia sedang beristirahat dan bercengkrama dengan petani lain di sebuah bangunan permanen sambil memilah dan mengemas sayuran hasil panen yang akan dipasarkan.
Dalam kesempatan itu, Ade menceritakan kehidupannya yang kelam karena pernah menjadi pecandu narkoba hingga awal mula dia terjun sebagai seorang petani dari mulai merasakan kesulitan hingga menjadi petani sukses.
"Sejak SMP saya sudah menjadi pecandu narkoba hingga sekolah juga badung (nakal), jadi SMA juga saya enggak selesai," ujarnya saat ditemui di Lembang, Minggu (26/2/2023).
Saat itu Ade tidak bisa lepas dari dunia gelap narkoba jenis sabu jarum suntik, hingga akhirnya dia terjangkit HIV, sehingga kehidupan dan masa depannya tak karuan karena stigma negatif pecandu narkoba melekat pada dirinya.
Singkat cerita, Ade pun harus menjalani rehabilitasi di Rumah Cemara, Kota Bandung selama 2 tahun pada tahun 2005.
Kemudian setelah selesai dia pulang ke kampung halamannya di Lembang dengan menjalani kehidupan yang lebih baik.
Hanya saja setelah menjalani rehabilitasi itu, dia belum insyaf, malah kembali mengonsumsi narkoba hingga akhirnya dia pun harus kembali menjalani rehabilitasi di Rumah Cemara pada tahun 2007.
"Jadi, selain menjadi pecandu (narkoba), saya positif HIV. Saya menjalani rehabilitasi dua kali, pertama tahun 2005, terus setelah keluar masuk lagi tahun 2007," kata Ade.
Jalan agar Ade tidak kembali menjadi pecandu narkoba akhirnya mulai terbuka pada tahun 2008 karena dia tidak diizinkan pulang oleh pengurus Rumah Cemara, hingga akhirnya menjadi penghuni tetap di komunitas panti rehabilitasi itu.
"Di situ saya jadi tahu kehidupan yang benar seperti apa karena poin-poin filsafat hidup digali satu per satu, saya didoktrin dan diubah menjadi orang yang lebih baik," ucapnya.
Setelah menjalani rehabilitasi yang kedua, Ade diangkat menjadi staf umum, lalu menjabat data manajer, dan terakhir menjadi seorang konselor adiksi atau petugas yang melaksanakan layanan rehabilitasi bagi pecandu narkoba.
"Paling lama jadi konselor adiksi selama 5 tahun pegang klien (pecandu narkoba). Jadi, yang tadinya saya diobati menjadi mengobati, akhirnya soal masalah psikologis, saya jadi tahu banyak dari sana," ujar Ade.
Kemudian pada tahun 2013, Ade mengundurkan diri dari pekerjaan di Rumah Cemara dan mencoba untuk menjadi petani sayuran di Lembang, hanya saja usahanya tak berjalan mulus karena saat itu dia pernah tertipu oleh bandar dan pekerja.
"Saya mengundurkan diri, terus terjun ke pertanian, tapi tabungan dari kantor Rp 75 juta habis, dibohongi bandar dan pekerja karena saat itu saya masih bodoh di dunia pertanian," katanya.
Setelah itu Ade belajar lebih keras dan bertekad untuk menjadi petani yang sukses serta bisa memberdayakan orang lain.
Akhirnya, dia bisa memiliki usaha packing house pertanian sekaligus kantor Koperasi Desa Tani.
Saat ini sudah ada 27 buruh tani, perambah hutan yang bergabung dengan Koperasi Desa Tani yang digarap Ade untuk menaman kangkung, bayam, selada, dan lainnya di lahan milik PTPN VIII seluas 10 hektare, lalu hasil panen dipasarkan ke pasar premium kalangan menengah atas.
"Tiap anggota Kelompok Desa Tani diberi lahan garapan seluas 1.250 meter persegi dengan rincian 1.000 meter untuk lahan pertanian konvensional dan 250 meter persegi untuk green house," ujar Ade.
Selain diberi lahan, kata dia, mereka juga terlibat dalam sub-bisnis yakni rumah packing, rumah semai, dan tempat pengolahan pupuk, sehingga rata-rata mereka mendapatkan penghasilan Rp 1,5 hingga Rp 2,7 juta per bulan.
Dengan begitu, Ade dinilai warga sekitar sebagai petani sukses dan ke depannya dia ingin membuat rumah kompos, rumah ternak, rumah edukasi petani, dan program Srikandi Tangguh guna mengajari para janda untuk mengelola green house.
"Kami menjaring petani yang terlilit utang dan korban rentenir, jadi bisa membantu mereka untuk melunasi utang secara bertahap. Kemudian bekerja sama dengan lembaga filantropi zakat, sehingga petani yang bergabung harus bagaian dari 9 asnaf zakat," katanya.
Baca juga: Anji Kini Jalani Rehabilitasi Dulu, Sambil Menunggu Pemberkasan Kasusnya Rampung
| Kecelakaan di Cimareme Bandung Barat, Truk Lindas Motor Hingga Remuk, Begini Kondisi Korban |
|
|---|
| Update Keracunan MBG di Cibodas Bandung Barat, Total Ada 133 Korban, 103 Pasien Sudah Pulang |
|
|---|
| Update Kasus Keracunan MBG di Cibodas, Belasan Siswa Masih Jalani Perawatan di RSUD Lembang |
|
|---|
| 115 Siswa di Desa Cibodas Lembang Diduga Keracunan MBG, Alami Gejala Mual Hingga Muntah |
|
|---|
| Penyebab Keracunan MBG di Lembang Bandung Barat, Puluhan Siswa Alami Pusing Hingga Muntah |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/cirebon/foto/bank/originals/Ade-Rukmana-Mantan-Pecandu-Jadi-Petani-Sukses.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.