Berita Indramayu

Kisah Pasutri Hidup di Rumah Gubug Reyot Bersama 2 Anaknya yang Masih Kecil di Pusat Kota Indramayu

rumah yang ditinggali Tomi sekeluarga bahkan lebih memprihatinkan dari bagian dalam. Dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu itu bolong-bolong

Penulis: Handhika Rahman | Editor: dedy herdiana
Tribuncirebon.com/Handhika Rahman
Kondisi rumah Tomi di Kelurahan Paoman, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Minggu (6/11/2022). 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman

TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Di tengah pusat Kota Indramayu tampak berdiri sebuah rumah gubug di Indramayu kota, Kelurahan Paoman, Kecamatan/Kabupaten Indramayu.

Rumah tersebut memang sudah terlihat memprihatinkan.

Kondisinya reyot dan nyaris roboh, serta kumuh.

Di rumah tersebut merupakan tempat tinggal Tomi (41) bersama istri dan kedua anaknya.

Keluarga kecil mereka diketahui sudah tinggal di sana sejak tahun 2017 lalu.

Kondisi rumah Tomi di Kelurahan Paoman, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Minggu (6/11/2022).
Kondisi rumah Tomi di Kelurahan Paoman, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Minggu (6/11/2022). (Tribuncirebon.com/Handhika Rahman)

"Saya tinggal di sini bersama istri dan dua anak saya. Semuanya laki-laki, yang satu usia 7 tahun, yang satu lagi 15 bulan," ujar dia kepada Tribuncirebon.com, Minggu (6/11/2022).

Pantauan Tribuncirebon.com di lokasi, rumah yang ditinggali Tomi sekeluarga bahkan lebih memprihatinkan dari bagian dalam.

Dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu pun tampak bolong-bolong di hampir seluruh bagian rumah.

Rumah tersebut juga masih beralaskan tanah.

Baca juga: Rumah dan Puluhan Kambing Milik Pasutri Lansia di Indramayu Ini Hangus Terbakar, Banyak yang Peduli

Baca juga: Nenek 91 Tahun Hidup Sebatang Kara di Rumah yang Nyaris Roboh di Sumedang, Perlu Bantuan Pemerintah

Pada kesempatan itu, Tomi juga menunjukan kondisi kamar mandi rumahnya untuk keperluan mandi cuci kakus (MCK).

Namun, kamar mandi tersebut sudah tidak memiliki atap dan dinding.

Hanya menyisakan kloset saja.

Tomi juga tidak memiliki dapur.

Untuk memasak, ia membuat kompor alami dengan menggunakan batu yang ditumpuk dan kayu bakar untuk perapian.

Kondisi rumah tersebut, diakui Tomi sendiri cukup membuatnya sedih.

Namun, karena kondisi himpitan ekonomi, ia mengaku tidak bisa berbuat banyak.

Tomi menyampaikan, sehari-hari ia hanya bekerja sebagai pengamen.

Sesekali ia juga bekerja sebagai buruh serabutan bilamana ada yang meminta bantuan tenaganya.

"Kalau dirata-rata dapat mungkin Rp 50 ribu sehari. Penghasilan segitu dibilang cukup ya enggak, dibilang enggak cukup juga enggak. Saya syukuri saja alhamdulillah masih ada rezeki," ujar dia.

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved