'Kampung Mati' di Majalengka Ternyata Masih Dihuni Padahal Rawan Bencana, Ini Alasan Warga
Seorang warga mengungkapkan alasan mengapa kembali menghuni Kampung Mati di Sidamukti, Majalengka.
Penulis: Eki Yulianto | Editor: taufik ismail
"Tempat relokasi sudah ada sejak peristiwa pergerakan tanah itu terjadi, sebanyak 200 rumah disiapkan," ucap dia.
Seorang warga yang masih menempati wilayah tersebut, Kuswadi (59) mengaku, ia sudah tiga tahun terakhir kembali balik ke lokasi rawan bencana tersebut.
Sudah memiliki anak yang berkeluarga, menjadi alasan rumah yang diberikan pemerintah di tempat relokasi diberikan kepada anaknya.
"Jadi gimana ya, kalau dulu kan anak saya belum menikah, sedangkan sekarang sudah menikah, otomatis harus beda rumah."
"Nah saya mengalah, rumah relokasi itu saya kasihkan ke anak dan saya kembali lagi ke sini (Dusun Tarikolot)," kata Kuswadi.
Di Kampung Mati tersebut, sejatinya Kuswadi mengkhawatirkan bencana pergerakan mematikan jiwanya.
Namun, rumah yang ditempatinya saat ini diangggap masih jauh dari pinggiran tebing yang pernah terjadi pergerakan tanah.
"Khawatir mah ada, tapi rumah saya insya Allah aman, karena berada di barat, sedangkan biasanya pergerakan tanah ada di timur," ujarnya.
Baca juga: Masuki Musim Penghujan, Kampung Mati di Majalengka Kembali Masuk Daftar Rawan Pergerakan Tanah