Keraton di Cirebon

Menyingkap Asal-Usul Nama Panjang Jimat di Keraton Kanoman Cirebon, Ada Kaitan dengan Pertapa Suci

Salah satu keraton di Cirebon yang menggelar tradisi Panjang Jimat pada tahun 2021 adalah Keraton Kanoman.

Editor: dedy herdiana
Tribuncirebon.com/Ahmad Imam Baehaqi
Iring-iringan tradisi Panjang Jimat di Keraton Kanoman, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Selasa (19/10/2021) malam. 

TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON - Tradisi Panjang Jimat kerap dilakukan di keraton-keraton yang ada di Cirebon.

Salah satu keraton di Cirebon yang menggelar tradisi tersebut pada tahun 2021 adalah Keraton Kanoman.

Tradisi Panjang Jimat biasanya dilaksanakan dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Baca juga: Menengok Benda Pusaka Peninggalan Kerajaan Padjadjaran di Keraton Kacirebonan

Nama acara budaya yang sudah menjadi tradisi ini cukup unik, apa makna dan alasannya tradisi ini dinamakan Panjang Jimat?

Juru Bicara Keraton Kanoman, Ratu Raja Arimbi Nurtina, ketika itu mengatakan, istilah Panjang Jimat berasal dari kata panjang yang merupakan sebuah piring pusaka.

Menurut dia, piring pusaka itu berbentuk bundar dan berukuran besar yang diberikan pertapa suci bernama Sanghyang Bango dari Gunung Siangkup.

"Istilah Jimat yaitu benda apa pun yang memiliki nilai sejarah dan nilai pusaka, yang harus dijaga," ujar Arimbi Nurtina saat ditemui di Keraton Kanoman, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Selasa (19/10/2021) malam.

Baca juga: Peringatan Maulid Nabi, Panjang Jimat Keraton Kanoman Cirebon Digelar Terbatas, Tak Ada Pasar Rakyat

Prosesi sembah bakti Patih Keraton Kanoman, Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran, kepada Sultan Anom XII, Sultan Raja Muhammad Emirudin, dalam rangkaian tradisi panjang jimat di Keraton Kanoman, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Selasa (19/10/2021) malam.
Prosesi sembah bakti Patih Keraton Kanoman, Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran, kepada Sultan Anom XII, Sultan Raja Muhammad Emirudin, dalam rangkaian tradisi panjang jimat di Keraton Kanoman, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Selasa (19/10/2021) malam. (Tribuncirebon.com/Ahmad Imam Baehaqi)

Ia mengatakan, istilah jimat sebenarnya mengacu pada sebutan nasi yang dalam prosesnya ketika masih gabah dikupas satu-persatu setiap butirnya sambil melantunkan selawat kepada Nabi Muhammad Saw.

Selanjutnya beras tersebut disucikan atau dipesusi di sumur bandung sambil diiringi lantunan selawat oleh rombongan ibu-ibu yang menjaga wudunya suci dan salah satunya adalah perawan sunti.

Bahkan, saat beras itu ditanak menjadi nasi juga diiringi lantunan selawat sehingga nasinya yang selesai dimasak disebut sebagai nasi jimat.

"Jimat yang dimaksud adalah selawat yang dipanjatkan kepada Rasulullah Saw, karena selawat ini yang menjadi sebab umat manusia mendapatkan syafaat di Yaumul Hisab," kata Arimbi Nurtina.

Baca juga: Menguak Misteri Buaya Putih di Keraton Kasepuhan Cirebon, Muncul di Foto saat Dicetak?

Arimbi menyampaikan, dari istilah-istilah tersebut dapat disimpulkan bahwa panjang jimat ialah iring-iringan nasi jimat yang diletakkan di atas piring panjang.

Karenanya, malam panjang jimat itu merupakan penghormatan terhadap nur Muhammad yang juga menjadi sebab diciptakannya dunia dan alam semesta.

Bahkan, iring-iringan panjang jimat juga mempunyai arti tersendiri yang jika dirunut dari barisan depan hingga belakang maka menggambarkan prosesi kelahiran Nabi Muhammad Saw.

Juru Bicara Keraton Kanoman, Ratu Raja Arimbi Nurtina.
Juru Bicara Keraton Kanoman, Ratu Raja Arimbi Nurtina. (Tribuncirebon.com/Ahmad Imam Baehaqi)

"Terangnya cahaya Islam bagi alam semesta ini dikarenakan kelahiran Nabi Muhammad Saw," ujar Arimbi Nurtina.

Halaman
12
Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved