Konsep Wisata Berbasis Lingkungan, Kang Dedi Mulyadi: Budaya Kearifan Lokal Akan Terjaga
usaha wisata di sejumlah daerah yang berbasis alam dan lingkungan harus menjadi corong dalam melestarikan budaya sekaligus menjaga kearifan lokal.
Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Machmud Mubarok
Laporan Kontributor Kuningan Ahmad Ripai
TRIBUNCIREBON.COM, KUNINGAN - Banyak pergerakan usaha wisata di sejumlah daerah yang berbasis alam dan lingkungan sekitar. Tentu harus menjadi corong dalam melestarikan budaya sekaligus menjaga kearifan lokal.
Demikian hal itu dikatakan Dedi Mulyadi, anggota DPR RI dalam Rembug Daerah dan Dialog Budaya yang digelar Bidang Kebudayaan Disdikbud Kabupaten Kuningan, Jum'at (12/8/2022).
Tokoh budaya Sunda yang akran disapa Kang Dedi Mulyadi ini mengatakan, pengembangan usaha dalam sektor wisata tidak melulu mengikuti perkembangan zaman, tanpa merhatikan keindahan dan kearifan lokal.
"Usaha wisata itu baiknya, jangan menjadi tindak perusakan lingkungan untuk meningkatkan pendapatan daerah dari pariwisata. Yang perlu adalah hanya branding kearifan lokal yang harus ditingkatkan, tidak perlu merusak lingkungan, seperti ngeruk pasir atau bukit, ataupun nebang gunung habis," ungkap Dedi.
Baca juga: Wisata Cirebon: Jalan-jalan di Kota Tua Cirebon Jangan Lupa Berswafoto di Gedung BAT yang Ikonik
Contoh wisata kuliner yang menjadi perhatian dalam pengembangan usaha, misal Sate Maranggi yang kini cukup terkenal hingga mancanegara dengan omzet fantastis.
"Nah, usaha pengembangan seperti ini patut dicontoh. Maksudnya, tetap menjaga kearifan lokal dan usaha kuliner ini bisa mengikuti kemajuan zaman juga," katanya.
Kekuatan pengembangan usaha, kata Dedi mengklaim bahwa branding itu merupakan bagian sekaligus satuan modal usaha sendiri.
"Nah, terkadang untuk branding itu sulit dipertahankan dan tidak banyak pengusaha memprioritaskan pada sektor branding. Bangsa kita ini selalu kalah dalam branding termasuk kurang begitu semangat memperkenalkan pariwisata lokal ke dunia," katanya.
Alasan pengembangan usaha itu harus mempertahankan ciri khas kearifan lokal. Ini merupakan branding sekaligus sebagai daya tarik yang bisa jadi potensi pariwisata di daerah.
"Ketika branding itu kuat, otomatis pengunjung akan datang dan jangan malah ikut-ikutan yang lain, ada yang bikin kolam renang semuanya bikin, bikin Waterboom semuanya bikin. Kita harus pertahankan jati diri budaya daerah," ujarnya..
Dedi menyebut lokasi pariwisata yang diburu oleh wisatawan berduit adalah yang mempertahankan tradisi, seperti di daerah Ubud yang ada di Provinsi Bali.
"Standar dunia saat ini adalah kembali ke alam. Nah, harusnya kita sadar dengan kearifan lokal dalam meningkatkan kualitas hidup. Ketika ekonomi berjalan stabil itu kemandirian berwirausaha akan mengikuti juga," katanya.
Contoh lain, kata Dedi soal budaya dan tradisi yang dipertahankan ini akan dikenal dunia karena kekhasannya. Sedangkan dampak mendatangkan wisatawan itu adalah bonus yang didapat nanti.
"Apa saja yang harus dipertahankan budayanya? Dari arsitektur seperti bangunan rumah, terus dari segi makanan, pakaian, kesenian dan musik ini harus sesuai peradaban lokal," katanya.