News Feature
Melihat Daya Beli Kerajinan Rotan Sintesis Warga Binaan Lapas Majalengka, Diburu Para Pejabat
Warga yang mayoritas ibu-ibu dari keluarga warga binaan itu tampak memperhatikan secara detail kerajinan yang dibuat oleh tangan para warga binaan.
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Machmud Mubarok
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA - Suasana halaman Kantor Lapas Kelas II B Majalengka mendadak ramai pada Selasa (19/4/2022).
Bukan karena ada peristiwa mencengangkan, keramaian itu datang dari antusias warga untuk melihat bahkan membeli barang kerajinan rotan sintetis yang dijajakan di halaman kantor tersebut.
Warga yang mayoritas ibu-ibu dari keluarga warga binaan itu tampak memperhatikan secara detail kerajinan yang dibuat oleh tangan para warga binaan.
Baca juga: Rentan Tertular Virus, 79 Warga Binaan di Lapas Majalengka Divaksin Booster Karena Ini
Baca juga: MANTAP, Warga Binaan Lapas Kuningan Bisa Bikin Kursi Rotan Berkualitas, Hasilnya Diekspor ke Eropa
Para ibu-ibu itu memang digiring oleh petugas lapas untuk melihat dan membeli kerajinan yang tentunya dihargai standar.
Di tengah-tengah ibu-ibu juga terdapat beberapa pejabat yang sibuk melihat barang seperti keranjang sampah dari rotan sintetis itu.
Beberapa di antaranya terlihat menawar bahkan ada juga yang langsung membayar tanpa debat.
Ya, kegiatan itu bertujuan untuk mendorong eksistensi kerajinan yang diproduksi oleh para warga binaan Lapas Majalengka.
Pihak lapas terus memberdayakan warga binaannya.
Hal itu demi mengasah keterampilan guna membentuk keahlian keterampilan khusus.
Sebagai hasil dari sebuah proses, barang kerajinan itu dijual ke masyarakat, sehingga bisa memberikan penghasilan tambahan ditengah melaksanakan hukuman di ruang tahanan.
Kepala Lapas Majalengka, Suparman mengatakan, hasil produk manufaktur ini sengaja dikerjakan di dalam Lapas untuk memberdayakan keterampilan para narapidana yang memiliki keahlian khusus.
"Bagi warga binaan yang memiliki keterampilan khusus kita salurkan ke produksi manufaktur rotan sintetis. Meski berjalan baru sebulan ini di masa pandemi, banyak pejabat yang sudah membeli hasil produk mereka," ujar Suparman kepada Tribun, Selasa (19/4/2022).
Menurutnya, hasil penjualan produk warga binaan ini diperuntukkan bagi mereka untuk bekal tambahan selama menjalani masa tahanannya.
Keranjang sampah, wadah pensil, vas bunga dari rotan sintetis warga binaan ini pun mampu dikerjakan selama satu bulan atau sesuai pesanan para konsumen.
"Harganya bervariasi mulai Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu, bergantung jenis barangnya dan ukuran," ucapnya.
Selain pesanan dari pejabat, ada juga dari perkantoran dan perseorangan yang ingin membeli produk manufaktur warga binaan.
Kata Suparman, pihaknya juga sering melakukan pemasaran produksi warga binaan itu dengan menjajakannya di halaman Kantor Lapas Majalengka.
"Pada kesempatan ini, dalam rangka memperingati Hari Bhakti Pemasyarakatan ke-58, kami melakukan giat One Day, One Day Prison's Product, di mana bertujuan untuk memperkenalkan serta memasarkan produk hasil karya warga binaan," jelas dia.
Masih kata Suparman, kerajinan rotan sintetis ini dilakukan oleh dua warga binaan.
Keduanya dianggap memiliki ahli mengolah limbah rotan menjadi sebuah karya Senin bernilai ekonomis.
Tak hanya dua warga binaan, penghuni tahanan lapas lainnya juga bereksperimen dengan membuat kerajinan anyaman rotan menjadi kursi atau meja.
"Di kami banyak yang memiliki keahlian usaha, kalau kerajinan rotan sintetis ini dilakukan oleh 2 warga binaan, tapi di kami ada 29 warga binaan lainnya menganyam rotan sintetis menjadi kursi atau meja," katanya.
Dari hasil penjualan pada hari ini, Suparman menyebut sudah mendapatkan keuntungan sekitar Rp 1 juta rupiah.
Keuntungan itu langsung dirasakan oleh warga binaan itu sendiri, di mana setiap barang yang terjual mendapatkan keuntungan bersih sekitar Rp 20 ribu.
"Alhamdulillah, pada hari pertama kami jajakan kepada masyarakat di halaman kantor, sudah terjual 10 barang. Keuntungan sekitar Rp 1 juta. Keuntungan itu kita potong untuk modal dan warga binaan dapat Rp 20 ribu bersih," ujar Suparman.
Dengan kegiatan seperti ini, Suparman berharap warga binaan saat keluar dari lapas akan memiliki penghasilan sendiri.
Bahkan, tak menutup kemungkinan mereka pun akan mampu membuka lapangan kerja bagi warga lainnya di sekitar tempat tinggalnya nanti.
"Kami berharap dengan penyaluran bakat dan keterampilan mereka selama di dalam Lapas, akan memberikan penghasilan saat mereka menyelesaikan masa tahanan," katanya.