GEMPA Guncang Pangandaran pada Selasa Pagi Tadi, Begini Penjelasan BMKG

Setelah waktu sahur, Selasa (5/4/2022) pagi ini Kabupaten Pangandaran, Jawa barat, diguncang gempa bumi berkekuatan 4,2 magnitudo.

Editor: dedy herdiana
Tribunjabar.id/Padna
Ilustrasi: Pantai Barat Pangandaran, Rabu (5/1/2022) sore. 

Diharapkan pemaparan tersebut dapat meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat akan bencana Geo-Hidrometeorologi sebagai upaya mitigasi demi mewujudkan Jawa Barat tangguh.

"BMKG sendiri sudah beberapa kali membahas mengenai potensi terjadinya tsunami akibat megathrust baik di Selat Sunda, Selatan Banten dan Selatan Jawa Barat, tujuannya agar masyarakat lebih sadar dan siap siaga serta pemda maupun stakeholder agar mempunyai kebijakan maupun rencana-rencana yang lebih terarah sebagai upaya mitigasi," katanya.

Sebelumnya, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat, Dani Ramdan, mengatakan masyarakat yang tinggal di 120 desa di sepanjang pantai selatan Jawa Barat sudah memiliki budaya tangguh bencana dalam menghadapi potensi gempa megathrust dan tsunami.

Informasi mengenai potensi tsunami di selatan Jawa Barat, katanya, memang sudah lama diketahui masyarakat selatan Jawa Barat.

Bahkan beberapa di antaranya sudah mengalami sendiri tsunami tersebut sehingga terbentuk budaya kewaspadaan yang tinggi terhadap bencana secara alami.

"Informasi mengenai tsunami sudah lama dan laten untuk Jabar Selatan. Secara alamiahnya ada potensi megathurst pertemuan dua lempeng benua. Secara alamiah masyarakat juga sudah siap. Begitu ada guncangan, keluar rumah, menunggu info sesaat, yang lebih jauh, kalau ada potensi tsunami, mereka sudah tahu harus lari ke mana," kata Dani.

BPBD Jabar pun, ujarnya, telah melakukan mitigasi bencana baik gempa maupun tsunami yang diprediksi berpotensi terjadi di selatan Jawa Barat.

Mulai dari penyiapan alat deteksi gempa dan tsunami bersama BMKG, sosialisasi dan pelatihan simulasi evakuasi, sampai meningkatkan kearifan lokal mitigasi bencana.

Dani mengatakan kondisi geografis, demografis, dan aktivitas di sepanjang pantai selatan Jabar memang tidak bisa disamakan.

Ada yang menjadi pusat pariwisata seperti Pangandaran, pusat nelayan, permukiman, sampai pelabuhan. Karenanya, cara evakuasi pun ada perbedaannya jika terjadi gempa atau tsunami.

"Kawasan dengan populasi yang besar ada di Pangandaran dan Pelabuhanratu. Tapi secara menyeluruh, setiap tahun BPBD biasanya melakukan ekspedisi Desa Tangguh Bencana Jabar Selatan. Kami berikan sosialisasi dan simulasi ke berbagai lapisan masyarakat," katanya.

Terdapat 120 desa sepanjang pantai selatan Jabar, dari mulai Pangandaran sampai Sukabumi. Semuanya sudah menjadi Desa Tangguh Bencana.

Masing-masing desa, katanya, sudah memiliki prosedur evakuasi bencana masing-masing, sesuai dengan kondisi setempat.

"Pesan utamanya, kita siap dengan kondisi ini sehingga masyarakat tidak usah khawatir dengan berkunjung ke Jabar Selatan. Kita sudah susun semua sesuatunya. Tsunami sendiri tidak ada predisksi waktunya. Kalau mau menunda-nunda berwisata ke selatan Jabar juga untuk apa. Adanya riset tsunami ini adalah untuk meningkatkan kewaspadaan," katanya.

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id 

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved