GEMPA Guncang Pangandaran pada Selasa Pagi Tadi, Begini Penjelasan BMKG

Setelah waktu sahur, Selasa (5/4/2022) pagi ini Kabupaten Pangandaran, Jawa barat, diguncang gempa bumi berkekuatan 4,2 magnitudo.

Editor: dedy herdiana
Tribunjabar.id/Padna
Ilustrasi: Pantai Barat Pangandaran, Rabu (5/1/2022) sore. 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id Pangandaran, Padna

TRIBUNCIREBON.COM, PANGANDARAN - Setelah waktu sahur, Selasa (5/4/2022) pagi ini Kabupaten Pangandaran, Jawa barat, diguncang gempa bumi berkekuatan 4,2 magnitudo.

Hal tersebut, disampaikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) wilayah 2 Tanggerang.

Bahwa, gempa berkekuatan 4, 2 yang mengguncang Pangandaran terjadi pada pukul 04:51:49 WIB.

Ilustrasi Gempa
Ilustrasi Gempa (shutterstock)

Dengan lokasi koordinat 9.37 Lintang Selatan - 107.16 Bintang Timur atau 237 kilometer barat baya Kabupaten Pangandaran.

BMKG juga menyampaikan, gempa bumi yang berkekuatan 4, 2 terjadi di kedalaman 20 kilometer. 

 

Daftar daerah di Jabar Berpotensi Diterjang Tsunami 9-23 Meter, Jika Terjadi Gempa M 8,7

Sejumlah daerah di Jawa Barat berpotensi terjadi tsunami besar.

Daerah-daerah tersebut berada di pesisir selatan Jawa Barat.

Memanjang dari mulai Kabupaten Sukabumi hingga ke Kabupaten Pangandaran.

Pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Bandung membuat skenario potensi tsunami akibat subduksi selatan Jawa di wilayah Jawa Barat.

Ilustrasi tsunami
Ilustrasi tsunami (NET)

Bukan tanpa sebab. Ini sebagai upaya migitasi ketika bencana terjadi.

Apalagi jika terjadi gempa bermagnitudo 8,7 di selatan Jawa Barat. Angka tersebut merupakan worts case atau kemungkinan terburuk gempa terjadi.

BMKG menjelaskan Jawa Barat merupakan provinsi di Indonesia yang berhadapan langsung dengan zona subduksi selatan Jawa, baik subduksi Selat Sunda maupun subduksi Jawa Barat.

Hal ini tentunya berimplikasi pada ancaman tsunami yang berpotensi terjadi akibat kejadian gempa bumi yang bersumber dari zona subduksi tersebut.

 Sebagai bentuk upaya mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami, BMKG Stasiun Geofisika Bandung pun telah melakukan pemodelan bahaya tsunami dalam bentuk Peta Bahaya Tsunami di Lima Kabupaten di Wilayah Jawa Barat yang memiliki pesisir selatan.

Terdapat dua skenario gempa bumi yang digunakan dalam pemodelan, yaitu gempa bumi dengan magnitudo M 8,7 di Zona Subduksi Selat Sunda (untuk Kabupaten Sukabumi dan Cianjur) dan gempa bumi dengan magnitudo M 8,7 di Zona Subduksi Jawa Barat-Tengah (untuk Kabupaten Garut, Tasikmalaya, dan Pangandaran). 

Skenario gempa bumi di zona megathrust didasarkan pada segmentasi dan magnitudo maksimum Subduksi Indonesia yang bersumber dari Buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017 (Pusgen, 2017). 

Pertama, peta bahaya tsunami pun menampilkan estimasi luasan daerah rendaman tsunami (inundasi) dan
waktu tiba gelombang tsunami di Pantai Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi.

Berdasarkan permodelan tsunami yang telah dilakukan, didapatkan hasil estimasi tinggi tsunami maksimum 18 meter dan estimasi waktu tiba gelombang tsunami 18 menit.

Kemudian di Pantai Sindangbarang, Desa Sagaranten, Kabupaten Cianjur, berdasarkan pemodelan tsunami yang telah dilakukan, didapatkan estimasi tinggi tsunami maksimum 9 meter dan estimasi waktu tiba gelombang tsunami 10-15 menit.

Peta bahaya tsunami kemudian menampilkan estimasi luasan daerah rendaman tsunami dan waktu tiba gelombang tsunami di wilayah Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut.

Berdasarkan pemodelan tsunami yang telah dilakukan, didapatkan hasil estimasi tinggi tsunami maksimum 19 meter dan estimasi waktu tiba gelombang tsunami 10-15 menit

Peta bahaya tsunami kemudian menampilkan estimasi luasan daerah rendaman tsunami dan waktu tiba gelombang tsunami di Pantai Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya.

Berdasarkan pemodelan tsunami yang telah dilakukan, didapatkan estimasi tinggi tsunami maksimum 23 meter dan estimasi waktu tiba gelombang tsunami 15 menit.

Sedangkan, Peta Bahaya Tsunami di Desa Pangandaran dan Desa Pananjung, Kabupaten Pangandaran didapatkan hasil estimasi tinggi tsunami maksimum 15 meter dan estimasi waktu tiba gelombang tsunami 36 menit.

Koordinator Data dan Informasi BMKG Bandung, Virga Librian, mengatakan informasi ini dipaparkan Sandy Nur Eko Wibowo dari Stasiun Geofisika Bandung dalam kegiatan Peringatan Hari Meteorologi Dunia ke-72.

"Beliau memaparkan presentasi tentang potensi tsunami akibat megathrust di selatan Jawa Barat, dengan skenario terburuk (worst case scenario) yaitu kekuatan gempa Magnitudo 8.7 berdasarkan buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017 dari Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen)," katanya saat dihubungi, Selasa (22/3/2022).

Kemudian BMKG Bandung membuat pemodelan tsunami dan hasilnya seperti yang dipaparkan pada kegiatan tersebut.

Diharapkan pemaparan tersebut dapat meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat akan bencana Geo-Hidrometeorologi sebagai upaya mitigasi demi mewujudkan Jawa Barat tangguh.

"BMKG sendiri sudah beberapa kali membahas mengenai potensi terjadinya tsunami akibat megathrust baik di Selat Sunda, Selatan Banten dan Selatan Jawa Barat, tujuannya agar masyarakat lebih sadar dan siap siaga serta pemda maupun stakeholder agar mempunyai kebijakan maupun rencana-rencana yang lebih terarah sebagai upaya mitigasi," katanya.

Sebelumnya, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat, Dani Ramdan, mengatakan masyarakat yang tinggal di 120 desa di sepanjang pantai selatan Jawa Barat sudah memiliki budaya tangguh bencana dalam menghadapi potensi gempa megathrust dan tsunami.

Informasi mengenai potensi tsunami di selatan Jawa Barat, katanya, memang sudah lama diketahui masyarakat selatan Jawa Barat.

Bahkan beberapa di antaranya sudah mengalami sendiri tsunami tersebut sehingga terbentuk budaya kewaspadaan yang tinggi terhadap bencana secara alami.

"Informasi mengenai tsunami sudah lama dan laten untuk Jabar Selatan. Secara alamiahnya ada potensi megathurst pertemuan dua lempeng benua. Secara alamiah masyarakat juga sudah siap. Begitu ada guncangan, keluar rumah, menunggu info sesaat, yang lebih jauh, kalau ada potensi tsunami, mereka sudah tahu harus lari ke mana," kata Dani.

BPBD Jabar pun, ujarnya, telah melakukan mitigasi bencana baik gempa maupun tsunami yang diprediksi berpotensi terjadi di selatan Jawa Barat.

Mulai dari penyiapan alat deteksi gempa dan tsunami bersama BMKG, sosialisasi dan pelatihan simulasi evakuasi, sampai meningkatkan kearifan lokal mitigasi bencana.

Dani mengatakan kondisi geografis, demografis, dan aktivitas di sepanjang pantai selatan Jabar memang tidak bisa disamakan.

Ada yang menjadi pusat pariwisata seperti Pangandaran, pusat nelayan, permukiman, sampai pelabuhan. Karenanya, cara evakuasi pun ada perbedaannya jika terjadi gempa atau tsunami.

"Kawasan dengan populasi yang besar ada di Pangandaran dan Pelabuhanratu. Tapi secara menyeluruh, setiap tahun BPBD biasanya melakukan ekspedisi Desa Tangguh Bencana Jabar Selatan. Kami berikan sosialisasi dan simulasi ke berbagai lapisan masyarakat," katanya.

Terdapat 120 desa sepanjang pantai selatan Jabar, dari mulai Pangandaran sampai Sukabumi. Semuanya sudah menjadi Desa Tangguh Bencana.

Masing-masing desa, katanya, sudah memiliki prosedur evakuasi bencana masing-masing, sesuai dengan kondisi setempat.

"Pesan utamanya, kita siap dengan kondisi ini sehingga masyarakat tidak usah khawatir dengan berkunjung ke Jabar Selatan. Kita sudah susun semua sesuatunya. Tsunami sendiri tidak ada predisksi waktunya. Kalau mau menunda-nunda berwisata ke selatan Jabar juga untuk apa. Adanya riset tsunami ini adalah untuk meningkatkan kewaspadaan," katanya.

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id 

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved