Rusia Serang Ukraina

Begini Jawaban Menlu Rusia Saat Ditanya Soal Kemungkinan Perang Nuklir Akibat Konflik dengan Ukraina

Rusia dan Amerika Serikat memiliki persenjataan hulu ledak nuklir terbesar setelah Perang Dingin yang membagi dunia selama sebagian besar abad ke-20.

Editor: dedy herdiana
defenceviews.com
Pada hari pertama perang Rusia-Ukraina, tentara Rusia meluncurkan total 160 rudal balistik taktis dan rudal jelajah, menghancurkan 83 target tentara Ukraina. 

TRIBUNCIREBON.COM - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov tidak yakin bahwa konflik Ukraina akan berubah menjadi perang nuklir.

Saat ini, ekonomi Rusia dilanda krisis terparah sejak jatuhnya Uni Soviet pada 1991, setelah Barat menjatuhkan sanksi besar-besaran.

Ditanya soal kemungkinan perang nuklir, Menlu Rusia Lavrov tidak yakin akan terjadi meski ada kebuntuan dengan pihak Barat.

"Saya tidak ingin mempercayainya, dan saya tidak mempercayainya," ujar Lavrov kepada pers saat melakukan kunjungan ke Turki, Kamis (10/3/2022), dilaporkan Reuters. 

Menlu yang menjabat sejak 2004 ini justru menyebut wacana perang nuklir ini digaungkan Barat.

"Tentu saja itu membuat kita khawatir ketika Barat, seperti Freud, terus kembali dan kembali ke topik ini," kata Lavrov setelah pembicaraan di Antalya dengan mitranya dari Ukraina Dmytro Kuleba.

Rusia dan Amerika Serikat memiliki persenjataan hulu ledak nuklir terbesar setelah Perang Dingin yang membagi dunia selama sebagian besar abad ke-20.

Perang Dingin secara tidak langsung mengadu dua kekuatan besar dunia, yakni Barat dan Uni Soviet serta sekutunya.

Pada 27 Februari, Putin menyiagakan pasukan nuklirnya setelah dijatuhi sanksi dari Barat dan sebagai balasan pernyataan agresif NATO.

Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya meluncurkan invasi yang ia sebut 'operasi militer khusus' ke Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu.

Misi ini dipicu keamanan Rusia terancam oleh AS yang memperluas keanggotaan NATO hingga perbatasan Rusia.

Kini Barat menjatuhkan sejumlah sanksi yang melumpuhkan Moskow sebagai buntut dari invasinya.

Menghadapi kondisi ini, Lavrov menegaskan bahwa Moskow berpaling dari Barat dan akan mengatasi konsekuensi ekonomi.

"Kami akan keluar dari krisis ini dengan psikologi dan hati nurani yang direvitalisasi: Kami tidak akan memiliki ilusi bahwa Barat dapat menjadi mitra yang dapat diandalkan," kata Lavrov.

"Kami akan melakukan segalanya untuk memastikan bahwa kami tidak pernah lagi bergantung pada Barat di bidang kehidupan kami yang memiliki arti penting bagi rakyat kami," tambahnya.

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved