Masuki Musim Penghujan, Kampung Mati di Majalengka Kembali Masuk Daftar Rawan Pergerakan Tanah

Saat itu, masih ada sekitar 20 KK yang memaksa memilih tinggal Blok Tarikolot, karena alasan dekat dengan lahan pertaniannya.

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Mumu Mujahidin
Tribuncirebon.com/Eki Yulianto
Blok Tarikolot, Desa Sidamukti, Kecamatan/Kabupaten Majalengka yang sudah ditinggal oleh para pemilik rumahnya. Kini kesan kumuh dan angker menghinggapi Kampung yang terdapat 30 rumah itu, Sabtu (30/1/2021). 

"Sejak longsor besar kami berinisiatif merelokasi ini program pemerintah desa dan Pemkab Majalengka," ucapnya.

10 tahun kemudian, atau tepatnya 2016, sambung dia, bencana pergerakan tanah skala besar kembali terjadi.

Saat itu, masih ada sekitar 20 KK yang memaksa memilih tinggal Blok Tarikolot, karena alasan dekat dengan lahan pertaniannya.

Namun, lambat lain, para warga itu akhirnya menerima untuk direlokasi.

Baca juga: Cerita Karmidi Memilih Tinggal di Kampung Mati Majalengka, Terlanjur Cinta Kampung Mendiang Istri

"Waktu bencana besar tahun 2016 masih ada 20 KK memilih tinggal tapi saat itu bencana besar akhirnya warga berhasil dibujuk untuk relokasi. Sekarang tersisa delapan KK tinggal itu juga kadang tidak menginap," jelas dia.

Disinggung terkait banyaknya warga yang meninggalkan tempat tinggalnya itu, Karwan menambahkan, bahwa wilayah tersebut masuk ke dalam zona merah bencana.

Hal itu diperkuat dengan adanya data hasil penelitian badan geologi Kementerian ESDM.

"Data badan geologi setiap 20 tahun sekali ada pergerakan tanah atau longsor. Bahkan tiap detik tanah tersebut juga bergeser kecil,"

"Cirinya kalau musim hujan tidak ada air mengalir atau keluar ke tanah berarti khawatir akan terjadi longsor besar kalau keluar air mengalir berarti longsor kecil," katanya.

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved