Masuki Musim Penghujan, Kampung Mati di Majalengka Kembali Masuk Daftar Rawan Pergerakan Tanah

Saat itu, masih ada sekitar 20 KK yang memaksa memilih tinggal Blok Tarikolot, karena alasan dekat dengan lahan pertaniannya.

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Mumu Mujahidin
Tribuncirebon.com/Eki Yulianto
Blok Tarikolot, Desa Sidamukti, Kecamatan/Kabupaten Majalengka yang sudah ditinggal oleh para pemilik rumahnya. Kini kesan kumuh dan angker menghinggapi Kampung yang terdapat 30 rumah itu, Sabtu (30/1/2021). 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA - Memasuki musim penghujan, warga yang tinggal di titik rawan longsor diimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaannya.

Berdasarkan data BPBD Majalengka, dari 26 kecamatan yang ada, terdapat beberapa titik potensi pergerakan tanah.

Kasi Kedaruratan BPBD Majalengka, Rezza Permana mengatakan, salah satu daerah yang rawan pergerakan tanah adalah kampung Tarikolot di Desa Sidamukti, Kecamatan/Kabupaten Majalengka.

Kampung tersebut pernah terjadi bencana dahsyat yang menyebabkan banyaknya warga mengungsi.

"Ya benar, Kampung Tarikolot tersebut masuk daerah rawan pergerakan tanah," ujar Rezza saat dikonfirmasi Tribun, Jumat (26/11/2021).

Blok Tarikolot, Desa Sidamukti, Kecamatan/Kabupaten Majalengka yang sudah ditinggal oleh para pemilik rumahnya. Kini kesan kumuh dan angker menghinggapi Kampung yang terdapat 30 rumah itu.
Blok Tarikolot, Desa Sidamukti, Kecamatan/Kabupaten Majalengka yang sudah ditinggal oleh para pemilik rumahnya. Kini kesan kumuh dan angker menghinggapi Kampung yang terdapat 30 rumah itu. (TribunCirebon.com/Eki Yulianto)

Seperti diketahui, kisah pilu pernah terjadi di Kampung Tarikolot yang akhir-akhir ini lebih dikenal dengan sebutan 'kampung mati'.

Sebutan kampung mati sendiri disebabkan banyaknya warga yang mengungsi ke tempat yang lebih aman usai bencana pergerakan tanah pernah mengancam seluruh penduduk setempat.

Kepala Desa Sidamukti, Karwan mengatakan, kenangan bencana pergerakan tanah masih diingat beberapa tahun lalu.

Betapa tidak, bencana pergerakan tanah skala besar pernah merusak ratusan bangunan rumah.

"Bencana longsor besar menimpa permukiman di Blok Tarikolot Majalengka pada 2006 silam. Sejak saat itu, tercatat sebanyak 253 Kepala Keluarga (KK) di blok tersebut direlokasi ke Blok Buahlega oleh pemerintah setempat pada 2009 sampai 2010," ujar Karwan kepada Tribuncirebon.com, Selasa (2/2/2021).

Baca juga: Setelah Majalengka & Kuningan, Kini Viral Kampung Mati di Ponorogo, Ditinggal Warga Karena Mistis?

Karwan menjelaskan, ada 180 rumah yang rusak karena pergerakan tanah tersebut.

Tak sedikit pula rumah yang tertimbun reruntuhan.

Rata-rata kejadian longsor pada pukul 18.00 WIB sore.

Namun, tak ada korban jiwa setiap kali terjadi pergerakan tanah.

"Sejak longsor besar kami berinisiatif merelokasi ini program pemerintah desa dan Pemkab Majalengka," ucapnya.

10 tahun kemudian, atau tepatnya 2016, sambung dia, bencana pergerakan tanah skala besar kembali terjadi.

Saat itu, masih ada sekitar 20 KK yang memaksa memilih tinggal Blok Tarikolot, karena alasan dekat dengan lahan pertaniannya.

Namun, lambat lain, para warga itu akhirnya menerima untuk direlokasi.

Baca juga: Cerita Karmidi Memilih Tinggal di Kampung Mati Majalengka, Terlanjur Cinta Kampung Mendiang Istri

"Waktu bencana besar tahun 2016 masih ada 20 KK memilih tinggal tapi saat itu bencana besar akhirnya warga berhasil dibujuk untuk relokasi. Sekarang tersisa delapan KK tinggal itu juga kadang tidak menginap," jelas dia.

Disinggung terkait banyaknya warga yang meninggalkan tempat tinggalnya itu, Karwan menambahkan, bahwa wilayah tersebut masuk ke dalam zona merah bencana.

Hal itu diperkuat dengan adanya data hasil penelitian badan geologi Kementerian ESDM.

"Data badan geologi setiap 20 tahun sekali ada pergerakan tanah atau longsor. Bahkan tiap detik tanah tersebut juga bergeser kecil,"

"Cirinya kalau musim hujan tidak ada air mengalir atau keluar ke tanah berarti khawatir akan terjadi longsor besar kalau keluar air mengalir berarti longsor kecil," katanya.

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved