Konflik Afghanistan

Diam-diam Pemerintahan Baru Afghanistan Berdiri di Pengasingan oleh Pejabat yang Kabur dari Taliban

Para bekas pejabat Pemerintah Afghanistan yang kabur dari Taliban akhirnya membentuk Pemerintah Afghanistan di pengasingan.

Editor: Mumu Mujahidin
(Sumber: AP Photo)
Wakil Presiden Afghanistan, Amrullah Saleh. 

TRIBUNCIREBON.COM - Pemerintah Afghanistan yang baru telah dibentuk di pengasingan.

Para bekas pejabat Pemerintah Afghanistan yang kabur dari Taliban akhirnya membentuk Pemerintah Afghanistan di pengasingan.

Mantan Wakil Presiden Afghanistan, Amrullah Saleh, yang sebelumnya berperan sebagai presiden sementara kini diangkat sebagai Presiden Afghanistan.

Pemerintah ini disebut sebagai pemerintah yang sah, ketimbang Pemerintahan Afghanistan yang dipimpin Taliban.

Dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Kedutaan Besar Afghanistan di Swiss, menegaskan Republik Islam Afghanistan merupakan satu-satunya pemerintah yang dilegitimasi di negara itu.

Hal itu disebabkan karena mereka dipilih berdasarkan suara rakyat, dan tak ada pemerintahan lain yang bisa menggantikan pemerintah yang sudah dilegitimasi.

“Setelah kaburnya Ashraf Ghani dan kekalahannya di politik Afghanistan, wakil presidennya (Amrullah Saleh) akan memimpin negara ini,” bunyi pernyataan tersebut dikutip dari Times of India, Rabu (29/9/2021).

Pernyataan tersebut juga mengungkapkan Afghanistan telah diduduki oleh pihak dari faktor eksternal.

Selain itu, berdasarkan tanggung jawab sejarah dari pemerintahan Afghanistan, setelah konsultasi dengan para sesepuh negara, maka diputuskan untuk mengumumkan adanya pemerintahan dalam pengasingan.

Pada pernyataan itu, tiga kekuatan di pemerintah seperti eksekutif, yudikatif dan legislatif akan segera diaktifkan.

Baca juga: Taliban Eksekusi Mati Pimpinan ISIS-K Dalang Pengeboman Bandara Kabul Abu Omar Khorasani di Penjara

Mereka juga mengungkapkan dukungannya kepada kelompok Anti-Taliban Panjshir yang dipimpin oleh Ahmad Masoud.

Pemerintahan dalam pengasingan juga menegaskan bahwa Kedutaan Besar dan Konsulat di Afghanistan akan tetap berfungsi normal.

Pernyataan itu ditulis dan dikeluarkan oleh para pemimpin pemerintahan sebelumnya, pemimpin politik dan politisi lainnya.

Namun, nama mereka tak disebutkan.

Pernyataan ini keluar tak lama setelah Taliban menegaskan akan mengadopsi konstitusi yang diratifikasi 57 tahun lalu dalam memimpin Afghanistan, Selasa (28/9/2021).

Baca juga: Puncak Kekuasaan Taliban di Afghanistan Diprediksi akan Berakhir, Ini Kesalahan Fatal yang Dibuatnya

Masa Taliban

 Masa kejayaan Taliban di Afghanistan diprediksa tidak akan berumur panjang.

Taliban disebutkan banyak melakukan kesalahan-kesalahan besar yang akan mengancurkan kelompoknya sendiri.

Setelah 20 tahun, Taliban mendapatkan kembali kendali atas Kabul pada 15 Agustus dan menjadi otoritas tertinggi Afghanistan.

Kini, Taliban tengah berada di puncak kekuasaan namun Arwin Rahi, mantan penasihat gubernur Parwan di Afghanistan, mengatakan bahwa bulan-bulan manis Taliban ini akan segera berakhir.

Melansir National Interest, Arwin menyebutkan beberapa kesalahan Taliban yang bisa mematikan langkahnya sendiri.

Kesalahan pertama Taliban adalah membebaskan semua tahanan.

Seandainya Taliban hanya membebaskan anggota mereka sendiri, itu akan dibenarkan dalam konteks konflik.

Namun, pembebasan ribuan penjahat dan teroris profesional oleh Taliban, seperti pemimpin Negara Islam Provinsi Khorasan (ISKP) Omar Farooqi dan anggota ISKP lainnya, tidak dapat dibenarkan dengan alasan apa pun.

Sekarang sejumlah besar teroris keras yang merupakan ancaman keamanan utama bebas.

Ada keraguan apakah Taliban memiliki kapasitas, atau keinginan, untuk menangkap kembali mereka.

Baca juga: Tanpa Bantuan Pemerintah AS, Inilah Kisah Pelarian Mengerikan Mahasiswa Kedokteran dari Afghanistan

Kesalahan kedua Taliban adalah menyerang provinsi Panjshir alih-alih mencoba bernegosiasi

Meskipun Taliban telah menyatakan kemenangan di Panjshir, perayaan mereka terlalu dini.

Front Perlawanan Nasional (NRF) pimpinan Ahmad Massoud, yang berasal dari Panjshir dan mengetahui medan dengan baik, masih memegang wilayah pegunungan itu.

Jika NRF terus bertahan melawan Taliban, perlawanan terhadap Taliban kemungkinan akan menyebar ke bagian lain Afghanistan

Kesalahan ketiga Taliban adalah mengizinkan Jenderal Faiz Hameed, direktur jenderal Inter-Services Intelligence (DG-ISI) Pakistan, untuk tampil di depan umum di Kabul.

Sebelumnya, rakyat Afghanistan telah lama curiga kerja sama antara Taliban dan Pakistan.

Apa pun tujuan dan motif di balik kunjungan Hamid sebenarnya, Taliban akan membutuhkan waktu (atau mungkin lama) untuk pulih dari pukulan ini.

Kesalahan keempat dan paling serius Taliban adalah membuat kabinet yang homogen.

Baca juga: Kisah Pilu Masyarakat Afghanistan Melawan Kelaparan di Bawah Pemerintahan Taliban

Kabinet mereka terdiri suku Pashtun, yang diperkirakan berjumlah 40 persen—45 persen dari populasi Afghanistan, terdiri lebih dari 90 persen penunjukan kabinet.

Tidak ada wanita, tidak ada Syiah, dan tidak ada Hazara di kabinet. 

Mengingat rekam jejak Taliban dalam berbohong dan melanggar janji mereka, ada sedikit harapan bahwa mereka akan menepati janji kali ini.

Selain menjadi mono-etnis dan Pashtun-sentris, kabinet Taliban sepenuhnya didominasi oleh apa yang disebut mullah semi-melek huruf.

Sebagian besar anggota kabinet tidak memiliki pendidikan tinggi, profesional, atau kejuruan, apalagi pendidikan yang relevan dengan portofolio mereka.

Bahkan kredensial agama mereka tampak meragukan karena kebanyakan tidak berbicara bahasa Arab.

Selain itu, keinginan untuk mendapatkan lebih banyak hak dan partisipasi dalam masyarakat yang dimiliki oleh anak muda Afghanistan, terutama perempuan, tidak dapat diabaikan.

Taliban dapat menggunakan kekerasan untuk menindas perbedaan pendapat untuk saat ini, tetapi penindasan di Afghanistan sering menjadi bumerang dengan konsekuensi bencana bagi penindas.

Baca juga: Wanita Ditembak Mati Taliban Setelah Demo di Kabul Afghanistan, Anak Korban: Kapan Ibu Bangun?

Berita lain terkait Taliban di Afghanistan

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved