Soal Kematian Ratusan Burung Pipit di Cirebon Secara Misterius, Ini Kata BBKSDA Terkait Flu Burung
BBKSDA Jawa Barat, Ade Kurniadi Karim, belum ada indikasi kematian burung pipit itu akibat virus flu burung.
Penulis: Ahmad Imam Baehaqi | Editor: Mumu Mujahidin
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Ahmad Imam Baehaqi
TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON - Ratusan burung Pipit ditemukan mati di Balai Kota Cirebon, Jalan Siliwangi, Kota Cirebon, pada Selasa (14/9/2021).
Bangkai burung Pipit itu berserakan di dekat pepohonan di halaman depan hingga belakang balai kota.
Petugas Polisi Hutan Resor KSDA XXII Cirebon Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Ade Kurniadi Karim, belum ada indikasi kematian burung pipit itu akibat virus flu burung.
Sebab, menurut dia, flu burung biasanya tidak menyerang satu jenis burung, tetapi spesies unggas lainnya juga.
"Dalam peristiwa kemarin hanya burung pipit yang ditemukan mati," kata Ade Kurniadi Karim saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (15/9/2021).
Baca juga: BBKSDA Jabar Ungkap Kemungkinan Lain dalam Kematian Ratusan Burung Pipit di Balai Kota Cirebon

Ia mengatakan, hingga kini belum ada laporan kematian spesies unggas seperti ayam maupun bebek di kawasan sekitar Balai Kota Cirebon.
Selain itu, kasus kematian ratusan burung Pipit juga hanya terjadi di satu titik dan tidak menyebar ke lokasi lainnya di wilayah Kota Udang.
Bahkan, ratusan burung Pipit yang ditemukan mati di Balai Kota Cirebon juga diduga berasal dari koloni yang sama.
"Jadi, dari hasil pengamatan awal belum ditemukan adanya indikasi ke sana (flu burung)," ujar Ade Kurniadi Karim.
Namun, pihaknya tetap harus menunggu hasil penelitian sampel burung Pipit tersebut dari Balai Veteriner Subang.
Ia mengaku telah diisntruksikan untuk mencari tahu penyebab kematian ratusan burung Pipit di Balai Kota Cirebon.
"Kami juga akan berkoordinasi dengan sejumlah pihak, dari mulai DPPKP Kota Cirebon, Balai Veteriner Subang, dan lainnya," kata Ade Kurniadi Karim.
Baca juga: MISTERIUS Ratusan Burung Pipit Mati Mendadak di Halaman Balai Kota Cirebon, Ini Kesaksian ASN
BBKSDA Jabar Tunggu Hasil Uji Sampel
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat menunggu hasil uji sampel untuk menyelidiki penyebab lematian ratusan burung pipit di Balai Kota Cirebon.
Petugas Polisi Hutan Resor KSDA XXII Cirebon BBKSDA Jawa Barat, Ade Kurniadi Karim, mengatakan, hasil uji sampel dibutuhkan untuk mencari tahu penyebab pastinya.
Karenanya, pihaknya tidak bisa menyimpulkan begitu saja tanpa adanya pembuktian ilmiah dari fenomena tersebut.
"Setelah sampelnya dicek laboraturium baru bisa disimpulkan penyebabnya," kata Ade Kurniadi Karim saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (15/9/2021).
Baca juga: Penyebab Ratusan Burung Pipit Mati Secara Misterius di Balai Kota Cirebon Diduga Faktor Cuaca
Baca juga: HEBOH Ratusan Burung Pipit Mati di Kota Cirebon Sampel Air Liur Diambil untuk Mengetahui Penyebabnya
Ia mengatakan, dari hasil uji laboraturium tersebut dapat diketahui apa yang menyebabkan ratusan burung pipit mati.
Misalnya, pengaruh cuaca, perubahan iklim, mengonsumsi tanaman yang mengandung pestisida, ataupun akibat virus.
"Kami enggak bisa menyampaikan atau menyimpulkan dulu sebelum hasil uji lab keluar," ujar Ade Kurniadi Karim.
Namun, Ade menyampaikan telah mendapat instruksi untuk mencari tahu penyebab kematian burung pipit di Balai Kota Cirebon.
Sebab, hingga kini belum diketahui secara pasti penyebab matinya ratusan burung pipit secara mendadak tersebut.
"Kami juga akan berkoordinasi dengan instansi terkait, yakni DPPKP Kota Cirebon, Balai Veteriner Subang, dan lainnya," kata Ade Kurniadi Karim.
Diberitakan sebelumnya, ratusan burung pipit mati secara misterius di Balai Kota Cirebon, Jalan Siliwangi, Kota Cirebon, pada Selasa (14/9/2021).
Bangkai burung pipit tersebut berserakan di sekitar pepohonan yang berada di halaman depan hingga belakang Balai Kota Cirebon.
Petugas Dinas Pangan, Pertanian, Kelautan, dan Perikanan (DPPKP) Kota Cirebon juga telah mengambil sampel untuk diuji menggunakan alat PCR di Balai Veteriner Subang.