Ubah Laku
Kisah Kaum Ibu Rancakalong di Masa Pandemi, Olah Pekarangan Jadi Sayuran Siap Jual
Sayuran lain seperti pakcoy, bawang daun, cabai, mentimun, kangkung, dan terong turut membuat meriah koleksi tanaman sayuran ibu-ibu
Laporan Kontributor TribunJabar.id, Kiki Andriana.
TRIBUNCIREBON.COM, SUMEDANG - Warna hijau segar selada keriting akan memanjakan siapapun yang datang ke Dusun Pasir, Desa Rancakalong, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang.
Kaum ibu di kampung itu nyaris semuanya memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam sayuran.
Sayuran lain seperti pakcoy, bawang daun, cabai, mentimun, kangkung, dan terong turut membuat meriah koleksi tanaman sayuran ibu-ibu yang notabene tergabung di dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Hanjuang Bungur itu.
Di depan-depan rumah di Dusun Pasir, dipastikan selalu ada rak susun yang terbuat dari bambu untuk menyimpan polibag-polibag tempat sayuran ditanam.
Sebelum tahun 2019, di Dusun Pasir, Desa Rancakalong, ibu-ibu memang tidak banyak kegiatan, apalagi kegiatan produktif. Sampai Sekolah Tinggi Ilmu Hayati Institut Teknologi Bandung (STIH ITB) melalui Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat (LPPM) ITB, datang mengembangkan potensi terpendam kaum ibu di Dusun Pasir.
Baca juga: Kisah Inspiratif Siti Nurfadillah Gadis Tunarungu yang Miliki Bakat Melukis, Juara Tingkat Provinsi
Baca juga: Kisah Pak Sarnadi yang Setia Jualan Jajanan Legendaris Rumbah Mie Srodot di Indramayu
Sekarang, sayuran yang ditanam oleh mereka bukan hanya sangat cukup untuk konsumsi setiap hari, terutama bagi 42 orang anggota KWT Hanjuang Bungur, tetapi juga sudah memadai untuk dijual.
"Kami sudah menjual untuk ke luar kampung itu, bahkan penjualan ke daerah Lembang, sudah lima kali," kata Yuyum Nurjamilah (60), penggerak KWT Hanjuang Bungur, Minggu (29/8/2021) di Rancakalong.
Selain menanam sayuran, kaum ibu di KWT juga memelihara ikan nila merah di kolam ikan seluas 5x10 meter. Ikan-ikan itu untuk konsumsi sendiri dengan tujuan menambah gizi masyarakat demi terhindar dari penyakit stunting.
Pun, KWT Hanjuang Bungur yang intensif dibina dan diberi stimulan dana oleh LPPM ITB ini, memelihara ayam elba. Ayam petelur yang sangat produktif, sekaligus juga sebagai ayam hias karena warna-warni bulunya yang cantik mengkilap.
"Kami juga dibina ITB untuk mengolah ubi yang tidak terjual jika harga sedang murah untuk menjadi ubi keremes dan dodol ubi," kata Yuyum.
Mia Rosmiyati, Dosen STIH ITB sekaligus Ketua Program Pengabdian Pada Masyarakat Rancakalong mengatakan fokus program diarahkan untuk pengingkatan Kapasitas KWT, melalui pekarangan.
"Ada beberapa KWT yang mati suri, kami hidupkan lagi kegiatannya. Semua anggota diberi ilmu, diberi dukungan, akses, sarana dan prasarana, kami di Rancakalong ini membina 5 kelompok wanita tani," kata Mia di tempat yang sama.
Mia mengatakan keterlibatan LPPM ITB untuk terjun langsung ke masyarakat menambah kesan mendalam bagi masyarakat sendiri. Sebabnya, LPPM selalu menghadirkan sesuatu yang baru sebagai hasil riset yang dilakukan terus menerus di ranah akademis.
"Tentu saja riset terus dilakukan dan hasilnya langsung disebarkan ke masyarakat sebagai bentuk pembinaan itu. Misalnya, KWT mengeluhkan ubi yang terbengkalai, kami riset agar ubi itu bertambah nilai jualnya, kemudian hasil risetnya kami ajarkan ke KWT, begitu pula untuk potensi-potensi olahan lainnya," kata Mia.