Virus Corona
Hasil Penelitian Vaksin Covaxin Disebut Ampuh Melawan Varian Delta Plus, Ini Penjelasannya
Covaxin yang digunakan untuk imunisasi massal di India, menunjukkan perlindungan 65,2 persen terhadap varian Delta dalam uji klinis fase 3
TRIBUNCIREBON.COM - Vaksin Covaxin (BBV152) efektif melawan varian Delta Plus (AY.1).
Hal itu menurut sebuah studi oleh Dewan Medis dan Penelitian India (ICMR), India Today melaporkan.
"Studi ICMR menunjukkan vaksin Covaxin efektif pada varian Delta, Delta AY.1 dan B.1.617.3," kata badan riset kesehatan dalam sebuah cuitan.
Munculnya varian SARS-CoV-2 Variant B.1.617.2 (Delta) baru-baru ini dengan penularannya yang tinggi telah menyebabkan gelombang kedua di India.
Covaxin yang digunakan untuk imunisasi massal di India, menunjukkan perlindungan 65,2 persen terhadap varian Delta dalam uji klinis fase 3 double-blind, acak, multisenter.
Selanjutnya, Delta telah bermutasi lebih lanjut menjadi Delta AY.1, AY.2, dan AY.3.
Varian AY.1 pertama kali terdeteksi di India pada April 2021 dan kemudian dilaporkan dari 20 negara lain juga, kata studi tersebut.
"Hasil penelitian mengungkapkan Covaxin menetralkan varian Delta, Delta AY.1 dan B.1.617.3 secara efektif," kata ICMR.
Studi ini telah dipublikasikan di biorxiv, server pra-cetak, namun belum ditinjau oleh rekan sejawat.
Sebelumnya pada 3 Juli lalu, Covaxin menunjukkan efektivitas 77,8 persen terhadap Covid-19 bergejala dan 65,2 persen perlindungan terhadap varian Delta B.1.617.2, kata Bharat Biotech saat menyimpulkan analisis akhir kemanjuran Covaxin dari uji coba Fase-3.
Baca juga: Muncul Varian Baru Lagi Delta Plus Covid-19 Disebut Lebih Mematikan, Ini Gejala & Cara Mengobatinya
Gejala dan Cara Mengobati
Muncul lagi varian Delta Plus Covid-19, simak gejala hingga cara mengobatinya.
Varian terbaru dari Covid-19, yakni varian Delta Plus telah diidentifikasi di lebih dari 10 negara, salah satunya Indonesia.
Tingkat penularan varian Delta Plus kemungkinan mirip dengan varian Delta.
Dikutip dari MedicalNewsToday, varian Delta Plus dikenal sebagai garis keturunan B.1.617.2, yang diidentifikasi di India pada Desember 2020.
Varian Delta Plus adalah turunan dari varian Delta.
Baca juga: Covid-19 Varian Delta Sudah Bermutasi Lagi Menjadi Delta Plus, Para Pakar Pun Merasa Khawatir
Risiko Varian Delta Plus
"Untuk saat ini, varian ini tampaknya tidak umum, saat ini hanya menyumbang sebagian kecil dari urutan Delta," bunyi keterangan WHO kepada Reuters.
“Delta dan varian lain yang menjadi perhatian tetap menjadi risiko kesehatan masyarakat yang lebih tinggi, karena mereka telah menunjukkan peningkatan penularan,” tambah WHO.
Menurut INSACOG, varian Delta Plus menunjukkan risiko:
- Peningkatan transmisibilitas
- Ikatan yang lebih kuat dengan reseptor sel paru-paru
- Potensi pengurangan respons antibodi monoklonal.
Baca juga: Foto-foto Hasil Rontgen Paru-paru Pasien Covid-19 yang Sudah Vaksin dan Belum Viral, Ini Kata Dokter
Gejala Varian Delta Plus
Ahli virologi terkemuka di India telah menyatakan bahwa infeksi Delta Plus telah menunjukkan gejala baik dari varian Delta induk maupun varian Beta mitra.
Gejala utama dari varian Delta Plus seperti yang tercantum adalah batuk, diare, demam, nyeri dada, sesak napas, sakit kepala, ruam kulit, perubahan warna jari tangan dan kaki.
Gejala seperti sakit perut, mual, dan kehilangan nafsu makan juga dikaitkan dengan varian Delta Plus.
Pengobatan Varian Delta Plus
Dikutip dari mpnrc.org, umumnya dokter menggunakan antibiotik untuk pengobatan varian Delta Plus.
Tetapi tidak ada informasi yang jelas tentang hal itu.
Satu-satunya cara untuk mencegahnya adalah dengan melakukan vaksinasi sesegera mungkin.
Disebutkan pula, tidak ada pengobatan yang bekerja melawan varian ini dan vaksin tidak sepenuhnya bisa memberantas varian ini.
Akan tetapi, kemungkinan sakit setelah divaksin sangat kecil.
Baca juga: Jangan Minum Obat Pereda Nyeri Setelah Disuntik Vaksin Covid-19 Jika Tak Mendesak, Ini Kata Dokter
Perbedaan Varian Delta dengan Delta Plus
Dikutip dari dnaindia.com, yang membuat varian Delta Plus menjadi perhatian global adalah bahwa varian tersebut menunjukkan mutasi yang diperoleh dari strain Delta, yang pertama kali ditemukan di India, dan strain Beta, yang ditemukan di Afrika Selatan.
Mutasi baru dari strain B.1.617.2 atau varian Delta, seperti yang disebutkan oleh WHO, telah ditemukan memiliki dua mutasi bergradasi L452R dan P871R.
Menurut Dr Raman R Gangakhedkar, mantan kepala ilmuwan epidemiologi dan penyakit menular di ICMR, kedua mutasi ini menambah efisiensi transmisi yang lebih tinggi sehingga varian dapat menyebar dengan cepat dari satu orang ke orang lain atau dapat masuk ke dalam sel jauh lebih efisien dibandingkan dengan strain lain yang ada.
Selanjutnya, varian Delta Plus, juga dikenal sebagai AY.1, telah memperoleh mutasi K417N dari varian Beta.
Varian Beta dikenal untuk mengurangi kemanjuran vaksin terhadapnya, dibandingkan dengan varian Alpha dan Delta.
Varian Delta Plus dilaporkan menyebar hampir 60 persen lebih cepat daripada varian Delta.
Baca juga: Perbedaan Gejala Influenza dan Covid-19 Dijelaskan Lengkap Dokter Tirta: Waspadai Hari Keempat
(Tribunnews.com/Yurika)