Pandemi Covid-19, Guru di Majalengka Ini Sulap Batok Kelapa Jadi Kerajinan Unik Berupa Wayang Corona

Maya Berlin (50), pria paruh baya asal Desa Jatipamor, Kecamatan Panyingkiran yang bisa membuat boneka atau wayang yang berbahan dasar dari batok kela

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Machmud Mubarok
TribunCirebon.com/Eki Yulianto
Kerajinan Wayang Corona yang dibuat oleh Maya Berlin, guru asal Desa Jatipamor, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka. 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA - Ternyata tidak semua sampah harus dibuang. Bagi sebagian orang, sampah adalah berkah karena dapat diolah menjadi berbagai bentuk kerajinan unik dan jika terus dikembangkan bisa bernilai ekonomis.

Itulah yang berhasil dibuktikan seorang pria di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat

Di tangannya, sampah berupa batok atau tempurung kelapa diolah menjadi barang unik dan bernilai tinggi.

Di Indonesia, pohon kelapa tumbuh dengan subur di tepian pantai.

Tanaman yang banyak manfaat ini seringkali mendatangkan banyak rezeki bagi mereka yang mau mengasah kreativitas untuk mengolahnya.

Baca juga: VIDEO - Tempat Wisata Terdampak Covid-19, Achoy Bikin Kerajinan Miniatur Kolam Air Terjun

Baca juga: UNIK, Lansia di Indramayu Ini Sulap Kain Bekas Jadi Kerajinan Pot Bunga Cantik

Dari akar pohon hingga bagian batok kelapanya semua bisa dikreasikan menjadi benda-benda menarik bernilai ekonomi dan seni yang tinggi.

Adalah Maya Berlin (50), pria paruh baya asal Desa Jatipamor, Kecamatan Panyingkiran yang bisa membuat boneka atau wayang yang berbahan dasar dari batok kelapa.

Ada cerita unik awal mula pria yang berprofesi sebagai pengajar di SMPN 1 Majalengka ini mengawali pembuatan kerajinan dari bahan batok tersebut.

Berlin yang sudah beberapa bulan ini tak bisa mengajar di sekolah akibat pemberlakuan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara daring sering membeli air kelapa muda untuk menjaga tubuhnya dari serangan virus Corona.

Namun, ia acap kali menyayangkan bahwa hanya bisa meminum air kelapa tanpa memanfaatkan batok kelapa yang telah terkelupas tersebut.

"Jadi menjelang PPKM Darurat, ketika saya beli es kelapa muda, ternyata nggak boleh minum di situ kan, harus dibawa. Makanya kelapa ini saya bawa ke rumah. Setelah saya belah kelapa ini kan jadi seperti ini. makanya saya pikir limbahnya itu saya jadikan apa, gitu," ujar Berlin saat ditemui di sanggar rumahnya, Sabtu (17/7/2021).

Lambat laun, ia terpikirkan untuk memanfaatkan batok kelapa tersebut untuk dijadikan kerajinan boneka atau wayang.

Dengan kekreatifannya, ia pun berhasil membuat wayang berbagai wujud seram untuk dipajang di sanggarnya.

"Makanya kenapa tidak, ah saya buatkan aja wayang, gitu. Figurnya menyeramkan, gitu," ucapnya.

Alasan membuat wayang dengan figur seram, sambung dia, untuk menyelaraskan dengan situasi kini pandemi Covid-19.

Ya, Berlin mengibaratkan wayang tersebut merupakan sebuah virus yang menakutkan.

Ia berharap, siapa pun yang melihat wayang Corona ini agar menjaga jarak, jangan sampai terkena dampak buruk jika terlalu dekat.

"Nah, kalau Corona kan dicegahnya dengan imun yang kuat. Jadi saya sama-sama kan saja. Yang intinya, jika kita tidak menerapkan protokol kesehatan, pasti akan terinfeksi. Saya juga suka menyebutnya Wayang Corona," jelas dia.

Berlin mengungkapkan, meski ia berprofesi sebagai PNS, tak memungkiri bahwa pandemi Covid-19 terlebih di masa PPKM Darurat ini berdampak juga untuk dirinya.

Terutama, terdampak dari segi aktivitas yang biasa ia lakukan sebelum pandemi menyerang.

"Pasti terdampak juga, saya guru seni budaya, harus mengajar secara tatap muka, susah kalau daring, karena kita seringnya belajar praktik," katanya.

Sementara dalam pembuatan boneka atau wayang Corona, ia hanya perlu membutuhkan 1 setengah batok kelapa.

Selain itu, ranting bambu, benang dan aksesoris pakaian yang sudah disesuaikan.

Cara membuatnya, setengah batok kelapa yang dalam keadaan basah diukir dengan membuat dua buah mata, hidung, maupun mulut.

Cara mengukirnya pun cukup sederhana, dengan hanya membayangkan sosok seram yang langsung diaplikasikan ke batok kelapa tersebut.

Setelah itu, batok kelapa yang sudah menyerupai wajah diberi rambut dari serabut kelapa dengan menggunakan lem.

Sedangkan bahan batok lainnya, digunakan untuk membuat badan.

Batok berbentuk badan diberi aksesori pakaian dan dua buah tangan yang terbuat dari bambu.

Setelah sudah berbentuk sebuah wayang, langkah selanjutnya wayang tersebut dijemur di bawah sinar matahari.

"Kalau dari bikin kepala dan badan hanya butuh waktu 5 menit. Yang lama itu menjemurnya, karena butuh waktu 2 minggu. Bergantung cuaca juga. Kalau mengukir wajah juga sebentar," ujarnya.

Berlin mengaku, sebelum membuat kerajinan dari batok kelapa, ia sudah mencoba membuat kerajinan dari berbahan dasar sampah lainnya.

Seperti, dari botol plastik, jerami, botol jerijen dan lain sebagainya.

"Saya sering mementaskan kerajinan-kerajinan itu di depan anak-anak (murid). Tentunya dengan bahasa yang mudah dipahami dan mengambil tema pembelajaran. Rencana, jika KBM tatap muka kembali digelar, saya juga akan mensosialisasikan bahaya virus Corona dengan wayang Corona ini," ucap Berlin. (*)

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved