Korban PHK Tak Sesuai Aturan, Buruh Perempuan PT BCKL Gugat Perusahaan Rp 28 Miliar, Ini Putusannya
Putusan dibacakan hakim, Rabu (19/5) di PHI, Jalan PhH Mustofa, sementara ratusan buruh berunjuk rasa di PN Bandung, Jalan LLRE Martadinata Bandung
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha
TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG - Majelis hakim Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) pada Pengadilan Negeri Klas IA Khusus Bandung tidak dapat menerima gugatan perselisihan hubungan massal (PHK) yang diajukan 286 buruh PT Binacitra Kharisma Lestari (BCKL).
Putusan dibacakan hakim pada Rabu (19/5/2021) di PHI, Jalan PhH Mustofa, sementara ratusan buruh berunjuk rasa di PN Bandung, Jalan LLRE Martadinata Kota Bandung.
Putusan tidak dapat diterima itu artinya gugatan yang diajukan buruh tidak bisa dilanjutkan ke pembuktian karena terganjal persyaratan formil atau administrasi.
Gugatan ini berawal saat 286 buruh perusahaan itu dirumahkan pada awal 2020 karena alasan ekonomi di masa pandemi Covid-19.
Baca juga: Pertama Kali, Demo Buruh Jabar Teriakan Soal Solidaritas Palestina yang Terus Dibombardir Israel
Baca juga: Terungkap Identitas Asli Terduga Teroris di Subang, Dia Korban PHK, lalu Berbisnis Barang Bekas
"Kami di PHK tahun lalu tapi tanpa dibayar pesangon," ucap Imas (40), buruh PT. BCKL, di PN Bandung, Rabu (19/5/2021).
Selama Maret 2020, Imas dan 286 karyawan lainnya tidak bekerja.
Sudah dua kali Lebaran keduanya tidak mendapat upah bahkan tunjangan hari raya.
Saat di PHK, dia dan kawan-kawannya hanya mendapat uang kadeudeuh sebesar Rp 9 juta hingga Rp 32 juta.
"Kami di PHK, tuntutannya agar supaya kami mendapat hak kami sesuai aturan, pesangon hingga uang penghargaan masa kerja," ucap Imas.
Baca juga: Dampak Larangan Mudik 2021, Jumlah Pemohon SKCK Alami Penurunan Hingga 40 Persen dari Tahun Lalu
Baca juga: Foto Satu Keluarga Mudik Jalan Kaki dari Gombong ke Soreang Bandung, Nekat karena Suami di PHK
Pantauan Tribunjabar.id, buruh yang berunjukrasa mayoritas perempuan.
Mereka sudah bekerja puluhan tahun di pabrik yang memproduksi pakaian itu.
Selain itu, sebagian dari mereka juga jadi tulang punggung keluarga.
Suaminya rata-rata pedagang, ojeg online hingga serabutan.
"Selama dua tahun pandemi kami kesusahan karena pemasukan jadi terbatas," ucap Sri (46), buruh PT BCKL.