Bencana Alam

Tiga Rumah di Darmaraja Sumedang Diterjang Longsor, Warga Terpaksa Mengungsi ke Rumah Kerabat

Tidak ada korban jiwa akibat peristiwa tanah longsor yang menimpa kawasan tersebut. Namun, ketiga rumah itu jebol pada bagian dinding

Editor: Machmud Mubarok
Istimewa
Sebanyak tiga unit rumah di Dusun Munjul RT 1/1, Desa Sukamenak, Kecamatan Darmaraja, Kabuputen Sumedang, rusak akibat diterjang longsor, Kamis (19/3/2021) sore. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNCIREBON.COM, SUMEDANG - Sebanyak tiga unit rumah di Dusun Munjul RT 1/1, Desa Sukamenak, Kecamatan Darmaraja, Kabuputen Sumedang, rusak akibat diterjang longsor, Kamis (19/3/2021) sore.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumedang longsor tebing tersebut menimpa rumah milik warga yang bernama Eman, Yayat, dan Jaja.

Tidak ada korban jiwa akibat peristiwa tanah longsor yang menimpa kawasan tersebut. Namun, ketiga rumah itu jebol pada bagian dinding hingga material longsor masuk ke dalam rumah.

"Longsor menimpa tiga rumah ketika kawasan tersebut diguyur hujan deras," ujar Sekretaris BPBD Kabupaten Sumedang Iwan saat dihubungi.

Baca juga: Isi Surat Al Kahfi Dilengkapi Tulisan Latin dan Terjemahannya, Baca Setiap Hari Malam & Hari Jumat

Baca juga: Kisah Mistis Abah Sarji Usia 102 Tahun, Tiap Malam Lihat Arwah Gentayangan Keluar dari Kuburan

Baca juga: AC Milan Tanggung Malu di Kandang Sendiri, Takluk 0-1 dari MU, Gagal Lolos ke Perempat Final

Iwan mengatakan, ketiga rumah yang dihuni tiga kepala keluarga tersebut mengalami rusak berat dan pihaknya saat itu juga langsung melakukan assesment dan pendataan kerugian materi.

"Kami dari BPBD, TNI, Polri masih melakukan asesmen dan pendataan kerugian akibat insiden ini," ucapnya.

Sementara untuk warga yang rumahnya mengalami kerusakan akibat kejadian longsor ini, langsung mengungsi ke rumah kerabatnya masing-masing.

"Warga yang rumahnya rusak berat mengungsi di rumah sanak saudara yang dinilai aman dari longsor," kata Iwan. 

500 Desa Terancam Bencana

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemprov Jabar mengidentifikasi terdapat 500 desa di Jawa Barat masuk ke dalam kategori potensi bencana hidrometeorologis tinggi atau kawasan dengan kerawanan tinggi bencana.

"Semuanya ada tersebar di hampir seluruh kota kabupaten. Paling banyak di Garut, Tasikmalaya, Sukabumi, dan Bogor, karena disesuaikan dengan jumlah wilayah kecamatan dan desanya, paling banyak di sana," ujar Kepala Pelaksana Harian BPBD Jabar Dani Ramdani saat dihubungi, Kamis (4/2).

Bagian timur Jabar, katanya, yang paling rawan adalah di Kabupaten Cirebon, Kuningan, Majalengka, dan Indramayu. Sedangkan di bagian utara adalah Kabupaten Subang, Karawang, dan Bekasi.

Istana Negara Cueki Surat AHY ke Jokowi Soal Kudeta di Demokrat, Pratikno: Presiden Tak Akan Jawab

Tim Sinetron Ikatan Cinta Didenda Rp 20 Juta, Amanda Manopo & Arya Saloka Minta Ini Pada Fansnya

"Desa dengan potensi tinggi bencana itu dari 5.000-an desa di Jabar, ada 500-an yang masuk kategori rawan bencana tinggi," ujar Dani.

Untuk mengantisipasi dampak bencana tersebut, BPBD Jabar pun bergerak untuk membuat desa tangguh bencana.

Hingga akhir Januari lalu, sedikitnya 250 desa telah dibekali konsep dan peralatan untuk menghadapi bencana.

"Kita bangun baru 250-an desa tangguh bencana, setengahnya. Kita buat percepatan untuk 250 desa yang lain dengan program fast track, kalau standar Destana BNPB itu ada 16 indikator, nah untuk kondisi saat ini minimal ada tiga indikator dulu, ada satgas, ada peralatan yang stand by dan anggaran yang tersedia.

Dengan itu ada indikator yang keempat yaitu indikator pelatihan bagi masyarakat paling tidak tokoh dan relawan pemuda," katanya.

Indikator lainnya, katanya, harus membuat peta rawan bencana di level desa, harus membuat jalur evakuasi, dan rambu evakuasi harus membuat tempat evakuasi.

"Kalau desa tangguh bencana reguler selengkap itu sekarang tiga indikator (satgas, peralatan dan anggaran). Kalau ada anggaran apapun bisa dilakukan. Anggaran bencana itu yang biasanya tidak tersedia. Makanya beberapa bupati membuat perbup, terkait anggaran untuk bencana dalam APBDes," ujar Dani.

Mitigasi sederhana, ujarnya, bisa dilakukan di tingkat desa, salah satunya dengan memeriksa saluran air untuk memastikan tidak ada yang tersumbat atau memeriksa keretakan pada tebing yang berpotensi longsor.

Demi Amankan Jabatan, Permintaan Maaf James Kojongian kepada Michaela Dinilai Psikolog Tak Tulus

Bacalah Tiga Jenis Surah Ini Saat Anda Salat Tahajud, Sering Dibaca Juga oleh Rasulullah SAW

Dani menekankan teori periode golden time untuk meminimalisasi terjadinya korban jiwa, periode yang dimaksud ialah nol sampai tiga puluh menit terjadinya bencana.

Sebanyak 34 persen faktor keselamatan dari bencana bersumber dari kesiapsiagaan individu yang dibentuk oleh pengetahuan dan kemampuan yang bersangkutan dalam melakukan evakuasi.

Faktor lainnya diberikan oleh pertolongan orang-orang terdekat, yakni anggota keluarga yang memiliki kemampuan dan rencana kontijensi yang dilatihkan jika terjadi bencana. Faktor ini menyumbang 31 persen.

Lalu 17 persen dari pertolongan komunitas baik RT, RW atau lingkungan setempat.

"Peran BPBD, Tim SAR dan petugas lainnya hanya menyumbang 1,8 persen saja, karena pada saat golden time mereka tidak berada persis di tempat bencana. Dengan demikian kesiapsiagaan individu, keluarga dan komunitas mutlak diperlukan dalam membangun masyarakat yang berbudaya tangguh bencana," tuturnya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved