Ramadan 1442 H

Bulan Ramadan Tinggal 38 Hari Lagi, Ini Jadwal Puasa Menurut Muhammadiyah, Jangan Lupa Puasa Qadha

berdasarkan perhitungan hisab Muhammadiyah telah menetapkan awal puasa Ramadhan 2021 atau 1442 Hijriah

Editor: Machmud Mubarok
Freepick
Ilustrasi bulan Ramadan 

TRIBUNCIREBON.COM - Umat muslim di seluruh dunia tengah menunggu datangnya bulan suci Ramadhan 1442 Hijriah.

Berdasarkan penanggalan kalender masehi Ramadhan 1442 Hijriah jatuh pada tanggal 13 April 2021.

Dan berdasarkan perhitungan hisab Muhammadiyah telah menetapkan awal puasa Ramadhan 2021 atau 1442 Hijriah

Metode yang dipakai oleh organisasi besar Islam di Tanah Air itu adalah hisab wujud al-hilal.

Yakni untuk menetapkan awal bulan baru yang menegaskan bahwa bulan Qamariah baru dimulai apabila telah terpenuhinya 3 parameter.

Baca juga: INI Doa-doa Pendek Menyambut Ramadhan 2021 Seperti yang Dicontohkan Rasulullah SAW

Baca juga: Puasa Qadha Ramadhan Hukumnya Wajib, Berikut Bacaan Niat Puasa Qadha untuk Bayar Utang Puasa

Ada pun 3 parameter tersebut yakni telah terjadi konjungsi atau ijtimak, ijtimak itu terjadi sebelum matahari terbenam, dan pada saat matahari terbenam bulan berada di atas ufuk.

Penetapan 1 Ramadhan 2021 diumumkan Pimpinan Pusat Muhammadiyah di dalam maklumat Nomor 01/MLM/I.0/E/2021 yang dirilis pada Rabu (10/2/2021).

Maklumat tersebut berisi tentang penetapan hasil hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1442 Hijriah.

Berdasarkan isi Maklumat yang dirilis laman resmi PP Muhammadiyah, tanggal 1 Ramadhan 1442 Hijriah jatuh pada Selasa Wage, 13 April 2021.

Dengan begitu, sesuai keputusan Muhammadiyah, ibadah Puasa Ramadhan akan mulai dijalankan pada 13 April mendatang.

"Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan ini mengumumkan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1442 Hijriah berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah," bunyi Maklumat itu.

Metode yang digunakan Muhammadiyah ini merupakan bagian peradaban Islam yang disebut ilmu haiah (astronomi) atau yang sering juga disebut dengan ilmu falak.

Yakni pengkajian tentang posisi-posisi geometris benda-benda langit untuk menentukan penjadwalan waktu di muka bumi ini.

Berdasarkan ijtimak, jelang Ramadan 1442 H terjadi pada hari Senin Pon, 12 April 2021 M pukul 09:33:59 WIB.

Pada saat itu, tinggi bulan waktu terbenam Matahari di Yogyakarta ( f = -07° 48¢ (LS) dan l = 110° 21¢ BT ) = +03° 44¢ 38² (hilal sudah wujud), dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat terbenam Matahari itu Bulan berada di atas ufuk.

Kemudian penetapan 1 Syawal alias berakhirnya bulan Ramadhan atau masuk Hari Raya Lebaran, jatuh pada hari Kamis Wage, 13 Mei 2021.

Hal ini berdasarkan perhitungan ijtimak jelang Syawal 1442 H terjadi pada Rabu Pon, 12 Mei 2021 M pukul 02:03:02 WIB.

Tinggi Bulan pada saat terbenam Matahari di Yogyakarta ( f = -07° 48¢ (LS) dan l = 110° 21¢ BT ) = +05° 30¢ 58² (hilal sudah wujud), dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat terbenam Matahari itu Bulan berada di atas ufuk.

Kemudian, untuk ijtimak jelang Zulhijah 1442 H, terjadi pada Sabtu Pahing, 10 Juli 2021 M pukul 08:19:35 WIB.

Tinggi Bulan pada saat terbenam Matahari di Yogyakarta ( f = -07° 48¢ (LS) dan l = 110° 21¢ BT ) = +03° 09¢ 18² (hilal sudah wujud), dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat terbenam Matahari itu Bulan berada di atas ufuk.

Jadi, 1 Zulhijah 1442 H jatuh pada hari Ahad Pon, 11 Juli 2021 M.

Baca juga: Nathalie Holscher Dituding Selingkuh dengan Manajer Sule, Panji Komara, Ini Reaksi Sule dan Istrinya

Baca juga: LOKER Besar-besaran Maret 2021, Mayora Butuh Lulusan SMK, D3, dan S1, Ada 6 Posisi, Cek Disini

Berdasarkan hasil hisab yang dilakukan PP Muhammadiyah tersebut, maka disimpulkan bahwa :

  • 1 Ramadhan 1442 Hijriah jatuh pada hari Selasa Wage, 13 April 2021
  • 1 Syawal 1442 Hijriah (Idul Fitri) jatuh pada hari Kamis Wage, 13 Mei 2021
  • 1 Zulhijah 1442 Hijriah jatuh pada hari Ahad Pon, 11 Juli 2021
  • Hari Arafah (9 Zulhijah 1442 H) jatuh pada hari Senin Legi, 19 Juli 2021
  • Idul Adha (10 Zulhijah 1442 H) jatuh pada hari Selasa Pahing, 20 Juli 2021

Dalam siaran resminya, PP Muhammadiyah menerangkan bahwa metode hisab juga dipakai Muhammadiyah dalam perhitungan waktu gerhana untuk melaksanakan sholat gerhana, serta penetapan arah kiblat sholat.

"Penetapan waktu dan arah itu dilakukan dengan perhitungan terhadap posisi-posisi geometris benda-benda langit, khususnya matahari, bulan, dan bumi yang digunakan untuk menentukan waktu-waktu di muka bumi dan arah," demikian keterangan PP Muhammadiyah.

Puasa Qadha

Masih punya utang puasa Ramadan tahun lalu? Kuy ( yuk) segera puasa qadha Ramadhan. Bulan Ramadhan 1442 H tinggal 41 hari lagi, lho. 

Melaksanakan puasa qadha adalah wajib bagi mereka yang meninggalkan atau berhalangan puasa saat Ramadan tahun lalu.

Lalu apakah puasa qadha boleh dilakukan bersamaan dengan puasa Senin Kamis yang merupakan puasa sunnah?

Baca juga: INI Jadwal Puasa 1 Ramadhan 1442 Hijriah Menurut Perhitungan Hisab Muhammadiyah

Baca juga: Apa Itu Puasa Ramadan? Ini Definisinya Menurut Alquran, Dalil Pelaksanaannya dan Pahala Masuk Surga

Jika boleh, lalu bagaimana bacaan niatnya? Apakah disatukan atau menjadi dua kalin niat?

Ustadz Abdul Somad dalam ceramahnya mengatakan, jika puasa qadha dilaksanakan pada hari Senin ataupun Kamis, maka otomatis mendapat puasa Senin Kamis dan qadha.

Lalu bagaimana bacaan niat puasa Qadha sekaligus puasa Senin Kamis ?

Menurut UAS, cukup berniat untuk puasa Qadha saja.

Jika puasa Qadha dilaksanakan di hari Senin ataupun Kamis, maka otomatis mendapat puasa Senin Kamis dan Qadha.

"Cukup satu niat saja, niat puasa Qadha," kata UAS.

Baca juga: Tak Sembarangan Orang Boleh Ganti Puasa Ramadan Dengan Fidyah, Ini Tata Cara dan Ketentuannya

Baca juga: Golongan Orang yang Boleh Ganti Puasa Ramadan Dengan Fidyah, Ini Tata Cara dan Ketentuannya

Berikut ini adalah bacaan niat puasa Qadha atau bayar utang puasa Ramadhan

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.

Artinya: Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.

Berikut ini adalah bacaan niat puasa Senin Kamis:

Bacaan Niat Puasa Senin

نَوَيْتُ   صَوْمَ     يَوْمَ  اْلاِثْنَيْنِ   سُنَّةً   للهِ   تَعَالَى

Nawaitu Shouma Yaumal Istnaini Sunnatal Lillahi Ta'ala.

Artinya : Saya niat puasa hari Senin, sunnah karena Allah ta’ala.

Bacaan Niat Puasa Kamis

نَوَيْتُ   صَوْمَ    يَوْمَ   الْخَمِيْسِ   سُنَّةً   للهِ    تَعَالَى

Nawaitu Shouma Yaumal Khomiisi Sunnatal Lillahi Ta'ala

Terjemahannya: Saya niat puasa hari Kamis, sunnah karena Allah ta’ala.

Baca juga: Bacaan Dzikir Sehari-hari dan Setelah Sholat, Perbanyaklah Membacanya Menjelang Ramadan 1442 H

Doa Buka Puasa

Bacaan doa buka puasa, ada dua yang tertera dalam Hadits.

Doa buka puasa ini bisa dibaca saat berbuka puasa, tak hanya puasa Senin Kamis dan puasa Qadha

Berikut ini adalah bacaan doa buka puasa:

اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ

"Allaahummalakasumtu wabika amantu wa'aa rizkika aftortu birohmatika yaa arhamarra himiin"

Terjemahannya: "Ya Allah karena-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku berserah dan dengan rezeki-Mu aku berbuka (puasa) dengan rahmat-Mu Ya Allah Tuhan Maha Pengasih"

Bisa juga membaca doa berikut ini:

ذَهَبَ الظَّمَـأُ، وابْــتَلَّتِ العُرُوقُ، وثَــبَتَ الأَجْرُ إِن شَاءَ اللهُ

Dzahabaz zhama'u wabtallatil 'uruqu wa tsabatal ajru, insyaallah.

Terjemahannya: "Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala telah tetap, insya Allah."

Dalam Islam melaksanakan puasa Ayyamul Bidh memiliki keutamaan luar biasa.

Sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ

“Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: 1- berpuasa tiga hari setiap bulannya, 2- mengerjakan shalat Dhuha, 3- mengerjakan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari no. 1178).

Selain itu hadist riwayat dari Bukhari menerangkan hal serupa.

صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ

“Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun.” (HR. Bukhari no. 1979).

Lebih jelasnya pelaksanaan puasa Ayyamul Bidh disampaikan Abu Dzar.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda padanya,

يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ

“Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah).” (HR. Tirmidzi no. 761 dan An Nasai no. 2425. Abu ‘Isa Tirmidzi mengatakan bahwa haditsnya hasan).

Arti Puasa Qadha

Semua orang pasti sudah sering mendengar apa itu puasa qadha, tapi bagi ingin lebih paham lagi simak berikut arti, dan bagaimana tata cara melakukan puasa qadha.

Berikut arti puasa qadha adalah puasa yang dilakukan sebagai pengganti puasa wajib, puasa Ramadan yang terpaksa ditinggalkan atau terpaksa tidak puasa pada saat bulan Ramadhan.

ILUSTRASI - Anak menunggu waktu berbuka puasa.
ILUSTRASI - Anak menunggu waktu berbuka puasa. (Tribunjabar.id/Gani Kurniawan)

Seperti diketahui puasa Ramadan hukumnya wajib, dan boleh ditinggalkan karena sakit, sedang dalam perjalanan atau musafir maupun saat haid, namun harus diganti pada hari lain selain hari yang diharamkan di luar bulan Ramadan.

Hal itu di antaranya dijelaskan dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 183, 184, dan 185, berikut ini:

- Quran Surat Al-Baqarah Ayat 183

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba 'alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba 'alallażīna ming qablikum la'allakum tattaqụn

Terjemah Arti: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

- Quran Surat Al-Baqarah Ayat 184

أَيَّامًا مَّعْدُودَٰتٍ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى ٱلَّذِينَ يُطِيقُونَهُۥ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُۥ ۚ وَأَن تَصُومُوا۟ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

Arab-Latin: Ayyāmam ma'dụdāt, fa mang kāna mingkum marīḍan au 'alā safarin fa 'iddatum min ayyāmin ukhar, wa 'alallażīna yuṭīqụnahụ fidyatun ṭa'āmu miskīn, fa man taṭawwa'a khairan fa huwa khairul lah, wa an taṣụmụ khairul lakum ing kuntum ta'lamụn

Terjemah Arti: (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Tafsir Quran Surat

- Quran Surat Al-Baqarah Ayat 185

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا۟ ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Arab-Latin: Syahru ramaḍānallażī unzila fīhil-qur`ānu hudal lin-nāsi wa bayyinātim minal-hudā wal-furqān, fa man syahida mingkumusy-syahra falyaṣum-h, wa mang kāna marīḍan au 'alā safarin fa 'iddatum min ayyāmin ukhar, yurīdullāhu bikumul-yusra wa lā yurīdu bikumul-'usra wa litukmilul-'iddata wa litukabbirullāha 'alā mā hadākum wa la'allakum tasykurụn

Terjemah Arti: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved