ALHAMDULILLAH, Dua Ekor Ajag Pemangsa Hewan Ternak di Kuningan Berhasil Ditembak, Ini Penampakannya

pemerintah sudah menginstruksikan kepada lapisan masyarakat untuk melaksanakan pengawasan lingkungan dengan menjalankan Siskamling.

Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Machmud Mubarok
Istimewa
Dua ekor ajag alias anjing liar yang selama ini memangsa hewan ternak milik warga Kuningan berhasil dimatikan. 

Laporan Kontributor Kuningan, Ahmad Ripai

TRIBUNCIREBON.COM, KUNINGAN - Bupati Kuningan H Acep Purnama menerima laporan bahwa dua ekor ajag alias anjing hutan yang selama ini memangsa hewan ternak di daerah Cibingbin, Kuningan, berhasil ditembak. 

Ia pun memastikan bahwa pemangsa kambing dan anak sapi itu adalah ajag.

 "Kami terima laporan sudah ada dua ekor ajag mati ditembak," kata Acep disela wawancara live oleh stasiun televisi swasta nasional di ruang kantor bupati setempat, Rabu (23/12/2020).

Baca juga: Rizieq Shihab Jadi Tersangka Kasus Kerumunan di Megamendung Bogor

Baca juga: Kendaraan Besar dari Jakarta Dialihkan ke Jalur Arteri, Masuk Lagi di GT Palimanan Tol Cipali

Baca juga: Sekolah Tatap Muka Mau Dimulai Januari 2021? Tunggu Dulu, Baca Penjelasan Dokter Kamil Ini

Menurut Acep, masyarakat tak perlu resah dengan kejadian serangan hewan ternak milik warga.

"Karena untuk penyebab kematian hewan ternak kambing, ini sudah diketahui hewan buasnya," katanya.

Dari kejadian ini, kata Acep, pemerintah sudah menginstruksikan kepada lapisan masyarakat untuk melaksanakan pengawasan lingkungan dengan menjalankan Siskamling.

"Siskamling adalah salah satu cara mengurangi serangan dan gangguan lingkungan, termasuk ajag atau anjing liar tersebut," kata Acep.

Disamping itu, lanjut Acep, dalam beberapa waktu ke depan akan dilakukan penyisiran untuk melakukan perburuan.

"Kami sudah koordinasi sebelumnya dengan Perbakin dan besok tanggal 27 Desember, Kapolres akan pimpin langsung perburuan hewan buas tersebut," katanya.

Mengenai korban sekaligus peternak mandiri, kata Acep, ini sudah menjadi catatan. "Kami sudah rangkum data kambing yang mati diserang ajag dan pemiliknya," katanya.

Menindaklanjuti program bantuan, kata Acep lagi, mudah-mudahan ini bisa segera direalisasikan.

"Bulan Januari 2021 tahun depan, peternak bisa mendapat bantuan langsung," ujarnya. 

Dua Pekan 71 Ekor Ternak

Selama dua pekan terakhir, sudah ada 71 ekor kambing yang mati secara misterius yang diduga dimangsa Ajag, sejenis angjing hutan.

Kejadian luar biasa ini berlangsung di Kecamatan Cibingbin, Kuningan, Jawa Barat.

Tokoh Pemuda Kuningan Timur sekaligus putra daerah Cibingbin, Aris Bobi mengungkapkan, dari 71 ekor hewan ternak mati, satu ekor di antaranya adalah anak sapi, dan sisanya yaitu 70 ekor adalah kambing.

Menyinggung soal kerugian yang menimpa sejumlah pemilik hewan ternak di tiga desa tersebut.

“Kerugian ini ditaksir sebesar Rp140 juta an,” ujar Aris.

Menurut Aris, hitungan kasar itu muncul, jika satu ekor kambing dijual dengan harga Rp 2 juta dan harga anak sapi di bawah Rp 5 juta.

“Maka total kerugian yang disebut di atas tadi,” ujarnya.

Kejadian luar biasa ini, kata dia, tentu sangat memprihatinkan warga yang menjadi korban.

“Hewan ternak mati akibat serangan hewan buas tersebut,” ujarnya.

Aris berharap, warga korban dari kalangan peternak kambing dan sapi mendapat  pengurangan beban dan perhatian dari pemerintah,” ujarnya.

Pasalnya, masih kata dia, biar bagaimana pun itu hewan ternak mati merupakan salah satu penghasilan untuk memenuhui hajat hidup.

Diberitakan sebelumnya, petugas kepolisian sektor setempat merespons keresahan warga di Kecamatan Cibingbin atas serangan ajag di kawasan hutan perbatasan Jawa Barat – Jawa Tengah.

“Kami bersiap lakukan sterilisasi kawasan hutan yang diketahui sebagai sarang ajag,” ungkap Kapolsek Cibingbin, Iptu Asep Alamsah saat memberikan keterangan kepada wartawan, Senin (21/12/2020).

Langkah sterilisasi kawasan hutan yang di jadikan sarang ajag tersebut.

“Kami bareng Muspika dan sejumlah anggota polisi serta dibantu warga.

Senantiasa pihaknya menyampaikan kepada warga yang biasa pergi ke hutan atau bertani, untuk setop sementara beraktivitas di kawasan perburuan.

Tindakan sterilisasi kawasan hutan tersebut, kata dia, semata untuk dilakukan perburuan dari kawan – kawan Perbakin.

“Hingga kini kami masih koordinasi dengan mereka (Perbakin, red) untuk kapan bisa bertindak cepat perburuan hama satwa liar tersebut,” katanya.

Pasalnya, masih kata Asep, jika ancaman serangan ajag ini dibiarkan terlalu lama. “Khawatir akan menambah jumlah kematian hewan ternak kambing milik warga,” katanya.

Sebab diketahuinya, bahwa ajag yang bebas liar hingga masuk kandang kambing milik warga.

“Dugaan kuat lapar dan perlu diketahui bahwa cara ajag ini berbeda dengan hewan penerkam lainnya.

“Kalau ajag untuk santap mangsa itu menunggu hewan buruan sebelumnya itu mengalami buruk dan strategi ini untuk memudahkan makan ajag lapar tersebut,” katanya.

Menyinggung soal pelaksanaan penjagaan melalui Siskamling (Sistem Keamanan Lingkungan, red).

“Dirasa kurang efektif dan warga masih keukueh mengaggap bahwa kematian kambing itu masih misterius.

Padahal sudah beberapa kali, kami berikan penjelasan bahwa pemangsa kambing itu adalah ajag,” ujarnya.

Disisi lain, kata dia, untuk pelaksanaan Siskamling ini belum kompak dilakukan warga. “Mungkin ini cenderung kembali terhadap pribadi warga,” ujarnya. 

Pastikan Ajag

Kapolsek Cibingbin Iptu Asep Alamsah memastikan bahwa hewan buas yang menyerang kambing milik warga di sejumlah desa Kecamatan Cibingbin itu ajag alias anjing liar.

"Saat malam pemilik kambing ada yang memergoki dan sempat melakukan pemukulan ke anjing liar tersebut," kata Asep saat dihubungi melalui ponselnya, Sabtu (19/12/2020).

Menurut Asep, warga yang melihat ajag itu sempat memukul bagian muka anjing liar liar tersebut.

"Sewaktu pagi  sempat dilakukan pengejaran oleh anggota polisi lengkap bawa senjata," katanya.

Baca juga: MAKIN Panas! Kisruh Rizky Febian-Putri Delina Versus Ayah Tiri, Harusnya Pak Teddy Bekerja

Baca juga: CANTIKNYA Karen Nijsen, Ngetop karena Umbar Kemesraan dengan Gading Marten, Bukan Orang Sembarangan

Baca juga: Pantas Saja Tagihan Listrik Bengkak, Pasti Anda Sering Banget Melakukan Hal Ini Tanpa Sadar ya?

Sebab, kata Asep, menurut pengakuan warga  yang melapor ke petugas polisi soosok ajag ini sangat galak dan sempat melakukan penyerangan pada warga.

Terlebih anjing liar alias ajag yang memilik postur lebih kecil dari anjing kampung tidak hanya satu. "Terhitung ada sebanyak 10 ekor," katanya.

Diketahui pada umumnya, kata Asep, ajag merupakan anjing liar yang aktif berkoloni saat mencari mangsa.

"Sebab, ketika kambing warga yang diterkam dihisap darah, sejumlah ajag lain berdatangan dan melalukan hisapan darah," katanya.

Kebiasaan ajag, kata Asep, hewan liar dan busa ini memilili keahlian melompat. "Karena melihat dari sejumlah kandang kambing yang menjadi titik serang ajag, ini bentuknya panggung," ujarnya.

Diketahui sebelumnya, sebanyak 7 ekor kambing mati misterius kembali terjadi di Kecamatan Cibingbin. Masing - masing pemilik kambing mati itu diantaranya milik Sarka sekaligus warga Dusun 3 Cikamuning, RT 02 RW 06, Desa Cipondok sebanyak 5 ekor.

Menyusul sebanyak dua ekor kambing berukuran besar juga mati, diketahui milik Komar, Warga Dusun Dua RT 002 RW 005, Desa Ciangir, Kecamatan Cibingbin.

"Kambing mati diketahui sewaktu pagi," ungkap Aris Bobi tokoh pemuda setempat, Sabtu (19/12/2020).

Menurutnya, kasus ini tidak jauh beda dengan tragedi kematian kambing misterius beberapa waktu lalu. "Iya tujuh ekor kambing mati itu masih utuh tubuhnya alias masih lengkap bangkainya," ujarnya.

Sekadar informasi, seekor kambing yang memiliki bekas gigitan hewan buas misterius terjadi di Kecamatan Cibingbin, dibeli oleh Tim Idenfikasi dari BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) dan Labvet Laboratorium Subang Kementerian Peternakan.

“Pembelian kambing itu dalam kondisi lemas, untuk dijadikan uji lab dan pemeriksaan pada beberapa organ kambing tersebut,” ungkap dokter hewan Kuningan, yakni Rofiq sekaligus Kasi Keswan dan Kesmavet Dinas Peternakan Kuningan saat dihubungi Tribuncirebon.com, Jum’at (18/12/2020).

Harga kambing sebesar Rp 1 juta, kata Rofiq, kini berada di tangan tim Identifikasi dan pembelian itu baru hari kemarin.

“Sekarang kambing ada di tangan tim identifikasi,” katanya.

Menyinggung soal tindakan,kata dokter hewan ini mengemuka bahwa kebutuhan itu dilakukan untuk menggali keterangan.

“Sebab kasus kambing mati misterius di Kecamatan Cibingbin, bukan pertama kali ini saja.
Melainkan kejadian sama pun berlangsung sejak lima tahun dan sepuluh tahun lalu, ini peristiwa bisa dikatakan periodik di lingkungan warga Cibingbin,” ungkapnya.

Penggalian keterangan, kata dia, tentu memiliki latar belakang kuat dalam mengungkap kasus kematian kambing misterius tersebut.
“Iya dari sekian banyaknya kambing mati, itu kondisi tubuh atau dagingnya masih utuh,” ujarnya.

Kemudian hendak dilakukan pemeriksaan, kata dia, apakah nanti ditemukan virus rabies atau penyakit paparan pada hewan mematikan atau apa?

“Hingga kini tindakan pemeriksaan yang sebelumnya mengambil kepala kambing mati untuk di jadikan sampel, itu belum ada hasilnya.

Juga dengan kambing pembelian kemarin pun sama belum dilakukan pemeriksaan,” katanya.

Diduga Ajag

Riwayat kematian kambing misterius yang terjadi di Kecamatan Cibingbin, Kuningan terus dilakukan tim pemeriksaan dan identifikasi pemerintah.

“Kita sudah dua kali ke lokasi dan melakukan perekaman terhadap sejumlah tempat di lingkungan kandang kambing tersebut,” kata Kasi Keswan dan Kesmavet, yakni drh Rofiq mewakil Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan, Jum’at (18/12/2020).

Rofiq mengemuka bahwa tindakan ke lokasi kandang itu banyak ditemukan keterangan sebagai bahan peneliatian lebih lanjut.

“Iya kami ke lokasi bareng Tim dari BKSDA dan Petugas Balai Laborotirum dari Subang.
Kesimpulan sementara sepakat menyebutkan bahwa kematian kambing itu diduga akibat hewan sejenis anjing liar alias ajag,” ungkapnya.

Sebab, masih kata Rofiq, selain ditemukan sejumlah jejak kaki binatang sejenis anjing liar atau ajag. “Tim pun melakukan pemeriksaan dan menggali keterangan dari warga dan pemilik hewan ternak tersebut,” kata Rofiq lagi.

Dia menyebutkan, rekaman jejak kaki hewan dengan ukuran sekitar 2-3 senti meter. “Mengerecut bahwa serangan mematikan hewan ternak warga itu benar serupa ajag,” katanya.

Namun, kata Rofiq, pihaknya terus melakukan penggalian dalam pengungkapan kasus kematian kambing misterius tersebut.

“Sebab, perlu diketahui bahwa kebiasaan ajag itu merupakan hewan bergerombal dan ketika menerkam mangsa, otomatis tidak meninggalkan begitu saja.

Nah, yang pertanyaan itu kenapa bangkai kambing masih utuh?” ujarnya.

Sosok ajag, kata Rofiq, itu memiliki tubuh lebih kecil dari anjing dewasa pada umumnya. “Kemudian mereka melakukan serangan selalu bergerombol,” ujarnya.

Jumlah kematian kambing oleh hewan buas misterius di Kecamatan Cibingbin, kini bertambah menjadi 47 ekor.
Hal itu setelah sebelumnya terjadi di Desa Cipondok terdaat 24 ekor kambing mati dan disusul dengan 15 ekor kambing mati di Desa Sukaharja dan 8 ekornya lagi terjadi di Desa Ciangir.

“Iya di desa kami ada delapan ekor kambing mati dengan kejadian sama di Desa Cipondok,” ungkap Kepala Desa Ciangir Rahmat saat dikonfirmasi, Senin (14/12/2020).

Menurut Rahmat orang nomor satu di desa itu mengaku bahwa kejadian seperti ini.

“Pernah terjadi di beberapa tahun sebelumnya. Cuma bedanya dengan titik serangan terjadi kambing itu sendiri,” ujar Rahmat.

Mengenai serangan yang dilakukan hewan buas, kata Rahmat, dirinya tidak mengetahui persis itu binatang apa.

“Sebab ada beberapa warga bilang, bahwa hewan itu mirip Kucing lueweung, anjing leuweung kaya gitu,” katanya.

Dahulu kematian menimpa hewan ternak warga, kata dia, ini sama persis pada tubuh kambing yang terlihat satu titik terluka.

“Iya dulu lukanya itu persis dari anus dan sekarang kambing mati itu melihatkan luka bekas sedotan darah hewan buas tersebut,” katanya.

Hal serupa dikatakan Kepala Desa Sukaharja, yakni Cecep Rohadi mengatakan, bahwa serangan hewan buas itu menimbulkan kematian sebanyak 15 ekor kambing.

“Peristiwa itu terjadi di Dusun Tiga desa kami dan ini sama seperti kambing-kambing yang mati di Dusun Tiga, Desa Cipondok. Tidak ada bagian tubuh yang hilang bahkan nyaris tanpa luka,” ujar Kepala Desa tadi.

Dari 15 ekor kambing itu, sembilan diantaranya ditemukan mati di dalam kandang. Sementara enam ekor lainnya masih hidup namun dalam kondisi sekarat.

“Dalam laporan diterima desa, belasan kambing mati terjadi di hari Minggu (13/12/2020) pagi, saat pemilik akan memberi makan kambing,” katanya.

Sembilan ekor kambing sudah tergeletak mati itu kondisinya penuh luka gigitan. “Namun tidak ada satupun bagian tubuh kambing yang hilang dimakan alias tubuh kambing mati utuh,” katanya.

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved