Tujuh Kambing Kembali Mati Misterius
Serangan Ajag Mengganas, Camat Cibingbin Bentuk Tim Antisipasi Ancaman Hewan Buas
kawasan itu merupakan hutan belantara yang diduga banyak memiliki hewan buas liar
Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Machmud Mubarok
Laporan Kontributor Kuningan, Ahmad Ripai
TRIBUNCIREBON.COM, KUNINGAN - Ancaman hewan buas yang mematikan puluhan ternak kambing milik warga di wilayah Kuningan timur membuat pemerintahan setempat bertindak.
"Kami segera lakukan rapat koordinasi dan segera bentuk tim antisipasi dari ancaman hewan buas tersebut," ungkap Plt Camat Cibingbin, Hj Imas Minarsih saat memberikan keterangan kepada tribuncirebon.com melalui sambungan selulernya, Sabtu (19/12/2020).
Menurut Imas, teritorial tiga desa masing - masing Desa Cipondok, Ciangir dan Desa Sukaharja ini merupakan kawasan perbatasan antara Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Baca juga: Penghasilan Rizky Febian Senilai Rp 5 Miliar Kini Tak Diketahui Rimbanya,Itu Ada Hak Iky dan Putri
Baca juga: MAKIN Panas! Kisruh Rizky Febian-Putri Delina Versus Ayah Tiri, Harusnya Pak Teddy Bekerja
Baca juga: VIDEO - Satuan Elite Denjaka Sukses Ringkus Kelompok Teroris yang Kuasai Pelabuhan Cirebon
Baca juga: CANTIKNYA Karen Nijsen, Ngetop karena Umbar Kemesraan dengan Gading Marten, Bukan Orang Sembarangan
"Iya kawasan itu merupakan hutan belantara yang diduga banyak memiliki hewan buas liar, " kata Imas lagi.
Diketahuinya, kawasan perbatasan itu masuk daerah di bagian Provinsi Jawa Tengah, persisnya daerah Bumiayu. "Sepertinya masih banyak hewan buas di hutan sana," ujarnya.
Kasus kematian kambing milik warga kini sudah persis diketahui penyebabnya. "Ini pun sudah mendapat perhatian dan pemgawasan dari bidang ternak dinas bersangkutan," katanya.
Rakor ini, kata dia, akan mengatur bagaimana tata cara melakukan penjagaan lingkungan. "Iya siskamling di daerah kami memamg sudah berjalan dan sekarang mendapat arahan dari petugas TNI - Polri," ujarnya.
Menurut Imas, pihaknya juga mengkhawatirkan keamanan warga yang melakukan Siskamling dari serangan hewan buas.
"Untuk hewan buas iya, dan saya sempat kordinasi ke Ibu Kabid Peternakan dengan hasil bahwa Ajag atau anjing liar itu bukan hewan di lindungi," katanya.
Artinya, sambung Imas, warga atau petugas saat berjaga di lingkungan masing - masing. "Ini bisa lakukan pembunuhan terhadap hewan buas tersebut, apabila kondisinya memang diserang oleh tersebut.
Namun, untuk boleh dan tidak boleh membunuh hewan buas itu, kami belum instruksikan," ungkapnya.
Bertambah 7 Kambing yang Mati
Kematian kambing secara misterius kembali terjadi di Kabupaten Kuningan. Kali ini sebanyak 7 ekor kambingyang mati misterius di Kecamatan Cibingbin.
Kondisinya persis seperti kematian kambing di Cipondok dan Ciangir sebelumnya, darahnya habis sementara tubuh masih utuh.
Pemilik kambing yang mati itu masing-masing Sarka, warga Dusun 3 Cikamuning, RT 02 RW 06, Desa Cipondok sebanyak 5 ekor.
Baca juga: Jenita Janet & Suami Suka Berfantasi Sebelum Wik Wik, Danu Sofwan Disuruh Jadi Dokter, Jenita Pasien
Baca juga: Sudahlah di Rumah Saja, Masuk ke Tempat Wisata di Bandung Wajib Rapid Test, Jalan pun Banyak Ditutup
Baca juga: Nasi Goreng Ini Viral Lho, Kalau Mau Beli Harus Mau Ngantre Paling Apes 2 Hari, Jadi Penasaran ya?
Menyusul sebanyak dua ekor kambing berukuran besar juga mati diketahui milik Komar, warga Dusun Dua RT 002 RW 005, Desa Ciangir, Kecamatan Cibingbin.
"Kambing mati diketahui sewaktu pagi," ungkap Aris Bobi, tokoh pemuda setempat, Sabtu (19/12/2020).
Menurut Aris, kasus ini tidak jauh beda dengan tragedi kematian kambing misterius beberapa waktu lalu.
"Iya tujuh ekor kambing mati itu masih utuh tubuhnya alias masih lengkap bangkainya," ujarnya.
Sekadar informasi, seekor kambing yang memiliki bekas gigitan hewan buas misterius terjadi di Kecamatan Cibingbin, dibeli oleh Tim Idenfikasi dari BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) dan Labvet Laboratorium Subang Kementerian Peternakan.
“Pembelian kambing itu dalam kondisi lemas, untuk dijadikan uji lab dan pemeriksaan pada beberapa organ kambing tersebut,” ungkap dokter hewan Kuningan, yakni Rofiq sekaligus Kasi Keswan dan Kesmavet Dinas Peternakan Kuningan saat dihubungi Tribuncirebon.com, Jum’at (18/12/2020).
Harga kambing sebesar Rp 1 juta, kata Rofiq, kini berada di tangan tim Identifikasi dan pembelian itu baru hari kemarin.
“Sekarang kambing ada di tangan tim identifikasi,” katanya.
Menyinggung soal tindakan,kata dokter hewan ini mengemuka bahwa kebutuhan itu dilakukan untuk menggali keterangan.
“Sebab kasus kambing mati misterius di Kecamatan Cibingbin, bukan pertama kali ini saja.
Melainkan kejadian sama pun berlangsung sejak lima tahun dan sepuluh tahun lalu, ini peristiwa bisa dikatakan periodik di lingkungan warga Cibingbin,” ungkapnya.
Penggalian keterangan, kata dia, tentu memiliki latar belakang kuat dalam mengungkap kasus kematian kambing misterius tersebut.
“Iya dari sekian banyaknya kambing mati, itu kondisi tubuh atau dagingnya masih utuh,” ujarnya.
Kemudian hendak dilakukan pemeriksaan, kata dia, apakah nanti ditemukan virus rabies atau penyakit paparan pada hewan mematikan atau apa?
“Hingga kini tindakan pemeriksaan yang sebelumnya mengambil kepala kambing mati untuk di jadikan sampel, itu belum ada hasilnya.
Juga dengan kambing pembelian kemarin pun sama belum dilakukan pemeriksaan,” katanya.
Diduga Ajag
Riwayat kematian kambing misterius yang terjadi di Kecamatan Cibingbin, Kuningan terus dilakukan tim pemeriksaan dan identifikasi pemerintah.
“Kita sudah dua kali ke lokasi dan melakukan perekaman terhadap sejumlah tempat di lingkungan kandang kambing tersebut,” kata Kasi Keswan dan Kesmavet, yakni drh Rofiq mewakil Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan, Jum’at (18/12/2020).
Rofiq mengemuka bahwa tindakan ke lokasi kandang itu banyak ditemukan keterangan sebagai bahan peneliatian lebih lanjut.
“Iya kami ke lokasi bareng Tim dari BKSDA dan Petugas Balai Laborotirum dari Subang.
Kesimpulan sementara sepakat menyebutkan bahwa kematian kambing itu diduga akibat hewan sejenis anjing liar alias ajag,” ungkapnya.
Sebab, masih kata Rofiq, selain ditemukan sejumlah jejak kaki binatang sejenis anjing liar atau ajag. “Tim pun melakukan pemeriksaan dan menggali keterangan dari warga dan pemilik hewan ternak tersebut,” kata Rofiq lagi.
Dia menyebutkan, rekaman jejak kaki hewan dengan ukuran sekitar 2-3 senti meter. “Mengerecut bahwa serangan mematikan hewan ternak warga itu benar serupa ajag,” katanya.
Namun, kata Rofiq, pihaknya terus melakukan penggalian dalam pengungkapan kasus kematian kambing misterius tersebut.
“Sebab, perlu diketahui bahwa kebiasaan ajag itu merupakan hewan bergerombal dan ketika menerkam mangsa, otomatis tidak meninggalkan begitu saja.
Nah, yang pertanyaan itu kenapa bangkai kambing masih utuh?” ujarnya.
Sosok ajag, kata Rofiq, itu memiliki tubuh lebih kecil dari anjing dewasa pada umumnya. “Kemudian mereka melakukan serangan selalu bergerombol,” ujarnya.
Jumlah kematian kambing oleh hewan buas misterius di Kecamatan Cibingbin, kini bertambah menjadi 47 ekor.
Hal itu setelah sebelumnya terjadi di Desa Cipondok terdaat 24 ekor kambing mati dan disusul dengan 15 ekor kambing mati di Desa Sukaharja dan 8 ekornya lagi terjadi di Desa Ciangir.
“Iya di desa kami ada delapan ekor kambing mati dengan kejadian sama di Desa Cipondok,” ungkap Kepala Desa Ciangir Rahmat saat dikonfirmasi, Senin (14/12/2020).
Menurut Rahmat orang nomor satu di desa itu mengaku bahwa kejadian seperti ini.
“Pernah terjadi di beberapa tahun sebelumnya. Cuma bedanya dengan titik serangan terjadi kambing itu sendiri,” ujar Rahmat.
Mengenai serangan yang dilakukan hewan buas, kata Rahmat, dirinya tidak mengetahui persis itu binatang apa.
“Sebab ada beberapa warga bilang, bahwa hewan itu mirip Kucing lueweung, anjing leuweung kaya gitu,” katanya.
Dahulu kematian menimpa hewan ternak warga, kata dia, ini sama persis pada tubuh kambing yang terlihat satu titik terluka.
“Iya dulu lukanya itu persis dari anus dan sekarang kambing mati itu melihatkan luka bekas sedotan darah hewan buas tersebut,” katanya.
Hal serupa dikatakan Kepala Desa Sukaharja, yakni Cecep Rohadi mengatakan, bahwa serangan hewan buas itu menimbulkan kematian sebanyak 15 ekor kambing.
“Peristiwa itu terjadi di Dusun Tiga desa kami dan ini sama seperti kambing-kambing yang mati di Dusun Tiga, Desa Cipondok. Tidak ada bagian tubuh yang hilang bahkan nyaris tanpa luka,” ujar Kepala Desa tadi.
Dari 15 ekor kambing itu, sembilan diantaranya ditemukan mati di dalam kandang. Sementara enam ekor lainnya masih hidup namun dalam kondisi sekarat.
“Dalam laporan diterima desa, belasan kambing mati terjadi di hari Minggu (13/12/2020) pagi, saat pemilik akan memberi makan kambing,” katanya.
Sembilan ekor kambing sudah tergeletak mati itu kondisinya penuh luka gigitan. “Namun tidak ada satupun bagian tubuh kambing yang hilang dimakan alias tubuh kambing mati utuh,” katanya. (*)