Desa Bunigeulis Dikenal Sebagai 'Kampung Bilik' di Kuningan, Namun Kini Perajinnya Semakin Berkurang
ini bentuk inisiatif anak sebagai generasi penerus dalam menjaga kelestarian daerah sebagai kampung pembuat bilik
Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Machmud Mubarok
"Jenis bambunya itu seperti bambu tali, bambu surat dan bambu Bitung. Namun mayoritas pembuat bilik di sini, menggunakan dari bahan bambu surat, " kata dia.
Dalam pembuatan bilik, kata Sodik saat ditemani istrinya mengatakan, selama empat hari usai mengerjakan satu lembar bilik ini, diharga sebesar Rp 100 ribu.
"Harga seratus ribu itu, kalau dibeli warga sekitar dan datang kerumah," katanya.
Namun harga akan berubah, kata dia, jika hasil karyanya itu dijual di kawasan pasar tradisional. "Harga bisa naik, karena ada beban biaya tambahan lagi," katanya.
Sodik mengatakan, cara pembuatan bilik ini sama dilakukan perajin anyaman wadah untuk keperluan rumah tangga. "Seperti nyiru (tabsi, red). Namun untuk pembuatan bilik itu memerlukan bahan dan tempat luas," katanya.
Proses pembuatannya, mulai dari penebangan pohon yang terpilih sesuai kebutuhan daripada pembuatan nanti. "Kemudian dipotong-potong sesuai ukuran dan dilakukan perautan, sehingga bambu siap dianyam," katanya.
Untuk perkakas saat dibutuhkan, kata dia, tentu harus sedia golok, geragaji, pisau raut dan palu. "Karena saat pembuatan itu harus benar-benar rapat. Nah, kebutuhan untuk itu didukung alat lain atau palu untuk memukulnya," ujarnya.
TONTON VIDEO DI SINI
(*)