Kesulitan Peroleh Sampel Positif Covid-19, Alat Rapid Test Buatan Jabar Akan Diuji di Jawa Timur

Saat pengujian sementara ini, Deteksi CePAD hanya bereaksi terhadap sampel virus penyebab Covid-19

Editor: Machmud Mubarok
Istimewa
Alat Rapid test buatan Jabar akan diuji juga di Jawa Timur. 

Yusuf mengatakan, pihaknya bersama mitra industri sedang melengkapi fasilitas assembly rapid test dan produksi sampai 5.000 kit pada Juni ini untuk keperluan validasi.

Setelah validasi menunjukkan hasil yang baik, pada Juli 2020, pihaknya akan memproduksi 10.000 kit, kemudian dilanjutkan 50.000 kit per bulan sesuai dengan kapasitas produksi mitra saat ini. Jika diperlukan lebih banyak, kata Yusuf, pihanya mengajak partisipasi berbagai pihak untuk meningkatkan kapasitas produksi tersebut.

"Cara kerja Rapid Test 2.0 ini, sampel swab dicampurkan ke larutan khusus, kemudian diteteskan ke alatnya. Sama dengan rapid test yang sekarang, 20 menit hasilnya keluar. Selain swab nasofaring, kami juga sedang mengembangkan sampling dari air liur," katanya.

Kepala Pusat Studi Infeksi Fakultas Kedokteran Unpad Bachti Alisjahbana mengatakan validasi bertujuan untuk meyakinkan atau menilai kualitas rapid test 2.0. Salah satunya membandingkan tingkat akurasi dengan metode teknik reaksi rantai polimerase (polymerase chain reaction/PCR) yang sudah terbukti baik.

"Kami ambil spesimen yang sama, swab juga, tapi kemudian pasien diperiksa PCR. Kami ambil spesimen 30 pasien yang Covid-19-nya positif PCR, dan 30 pasien yang Covid-19-nya negatif PCR. Spesimen yang sama, Kami periksakan dengan alat uji cepat Pak Yusuf dan kawan-kawan. Nanti, kita bisa lihat seberapa besar tingkat ketepatan atau kesamaannya," katanya.

Menurut Bachti, sejauh ini, validasi masih dalam tahap pengumpulan spesimen. Jika hasil validasi kurang memuaskan, maka akan ada evaluasi dan perbaikan. Setelah itu, validasi dilakukan kembali.

"Tapi, kalau sudah cukup oke, sesuai harapan kita, itu bisa langsung registrasi Depkes. Lalu, digunakan layanan-layanan kesehatan," katanya.

Kepala Dinas Kesehatan Jabar Berli Hamdani mengatakan jika telah divalidasi, Rapid Test 2.0 dapat digunakan untuk diagnosis ataupun penapisan karena akurasi setara PCR.

Tes masif dengan menggunakan Rapid Test 2.0 akan menemukan peta sebaran Covid-19 yang lebih komprehensif, dan mendeteksi virus lebih dini. Dengan begitu, sebaran Covid-19 dapat diputus dan angka kematian bisa dinolkan.

"Setelah produksi pertama ini dipergunakan dan bisa dievaluasi manfaat dan kendala-kendalanya (selama validasi). Sewaktu presentasi dari ITB-Unpad disampaikan rencana produksi masal di akhir bulan Juli 2020," kata Berli. (Sam)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved