Sejarah

KESAKSIAN Ajudan Soekarno soal Supersemar, Kekuasaan Sang Proklamator Makin Lemah, Soeharto Berjaya

Seiring dengan hilangnya kekuasaan yang dulunya dimiliki, kehidupan Sukarno atau Bung Karno pun mulai berubah secara drastis.

Penulis: Fauzie Pradita Abbas | Editor: Fauzie Pradita Abbas
Istimewa
Ir Soekarno 

Salah satu upacara kenegaraan yang disaksikan Sidarto, adalah proses penyerahan kekuasaan eksekutif dari Soekarno kepada Soeharto pada 20 Februari 1967.

Secara de facto dan de jure, sejak saat itu, kekuasaan berpindah dari Soekarno ke Soeharto.

Tak hanya tak mendapatkan uang dari negara, semua fasilitas kenegaraan untuk Soekarno juga dibatasi.

Bahkan, untuk sekadar pemeriksaan kesehatan pun, fasilitas untuk Soekarno dibatasi.

Hingga akhirnya, Soekarno dikenai tahanan rumah dan dibatasi aktivitasnya termasuk untuk bertemu keluarga.

Saat kondisi kesehatan Soekarno yang semakin menurun, Sidarto ditarik dari posisinya sebagai ajudan Soekarno oleh Polri Pada 23 Maret 1968.

Kala itu, dokter disebut lebih dibutuhkan ketimbang ajudan.

Dilansir TribunJabar.id dari Historia.id, sejarawan Bob Hering dalam Soekarno Arsitek Bangsa mengatakan, untuk membesuk Soekarno, keluarga dan kerabat saja kesulitan.

“Bahkan, keluarga dan kerabatnya pun sulit menemui Bung Karno. Untuk membesuk Bung Karno, mereka harus mendapat izin lebih dulu dari otoritas yang berwenang,” katanya.

Tak hanya itu, Gubernur DKI Jakarta dua periode (1966-1977), Ali Sadikin juga pernah menengok Soekarno di Wisma Yaso.

Dia mengungkapkan, bahwa keadaan tempat tinggal itu kotor, kotor sekali.

"Kebunnya tidak diurus. Di dalam ruangan di rumah itu debu di mana-mana. Padahal Bung Karno sangat menyukai kebersihan, sangat tidak senang dengan kekotoran. Jangankan pada kekotoran yang begitu tampak dan bertumpuk, debu sedikit pun tidak beliau senangi. Beliau sangat teliti, mencintai keindahan dan kebersihan.”

“Saya menjadi amat sedih. Pikiran saya, kok, mengapa tega-teganya orang terhadap beliau, sampai beliau –pemimpin bangsa itu– diperlakukan seperti itu. Saya yakin, beliau pasti menderita. Apakah itu disengaja? Masa’ ada yang sengaja berbuat begitu?” kata Ali dalam Membenahi Jakarta Menjadi Kota yang Manusiawi karya Ramadhan KH.

Pada 21 Juni 1970, Soekarno akhirnya meninggal dunia.

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved