Puluhan Warga Berebut Air Bekas Ritual Siraman Panjang Keraton Kasepuhan Cirebon
Puluhan warga tampak berebut air bekas ritual Siraman Panjang di Keraton Kasepuhan Cirebon
Penulis: Ahmad Imam Baehaqi | Editor: Mutiara Suci Erlanti
Ritual itu merupakan pencucian piring pusaka peninggalan Wali Sanga yang akan digunakan pada puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat, mengatakan, tradisi siraman panjang dilaksanakan setahun sekali, yakni setiap 5 Rabiul Awal dalam kalender Islam.
"Jadi sebelum digunakan seluruh benda pusaka ini dicuci bersih dulu," ujar PRA Arief Natadiningrat saat ditemui usai Siraman Panjang di Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Senin (4/11/2019).
Ia mengatakan, tradisi Siraman Panjang juga mempunyai makna tersendiri terutama dalam ajaran Islam.
Saat hendak beribadah umat Islam diwajibkan menyucikan bandannya dari hadas besar dan hadas kecil.
Selain itu, menurut Arief, hampir semua makhluk hidup berunsur air karena 80 persen tubunya mengandung cairan.
"Pada hakekatnya, kita semua diwajibkan bersuci sebelum memulai aktivitas," kata Arief Natadiningrat.
Karenanya, ia berpesan agar masyarakat tidak lupa untuk membersihkan diri setiap akan beraktivitas.
Seperti halnya piring pusaka yang dicuci dalam tradisi siraman panjang karena akan digunakan pada ritual Panjang Jimat.
Menurut dia, benda pusaka yang dicuci dalam ritual itu jumlahnya mencapai lebih dari 50 buah.
"Di antaranya, sembilan piring besar peninggalan Wali Sanga, 40 piring kecil, dua gelas, dan dua guci besar," ujar Arief Natadiningrat.
Nantinya, benda-benda pusaka itu digunakan untuk tempat makanan yang akan dibagikan ke abdi dalem dan warga pada puncak peringatan maulid nabi.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW atau ritual Panjang Jimat di Keraton Kasepuhan sendiri digelar pada Sabtu (9/11/2019).