Khutbah Jumat

Ceramah Khutbah Jumat Besok Berjudul Raih Surga dengan Ahlak Mulia

Adapun beberapa syarat berlaku dalam pelaksanaan salat Jumat, di antaranya adalah melangsungkan Khutbah sebagai rukun dalam salat Jumat.

Istimewa
Syahrul Faidzin saat berbicara di depan jemaah. 

Rabi itu bernama Zaid bin Sa'yah, atau lebih populer dengan panggilan Zaid bin Sa'nah. Ia pernah membaca di sebuah kitab kuno bahwa Nabi akhir zaman salah satu cirinya adalah perlakuan seburuk apa pun terhadapnya tidak akan menambahkan kepadanya kecuali sikap santun dan sabar. Zaid kemudian ingin menguji apakah sifat itu ada pada diri Muhammad. Ia lalu memberi utang Nabi dengan utang yang disepakati temponya. Tiga hari sebelum jatuh tempo, Zaid mendatangi Nabi untuk menagih utang dengan kata-kata kasar yang memancing kemarahan Umar bin Khattab. Umar yang kala itu berada di dekat Nabi hampir saja mencelakai Zaid dan membunuhnya. Rasulullah dengan sabar dan santun spontan mencegah apa yang ingin dilakukan oleh Umar. Melihat hal itu, Zaid langsung mengucapkan dua kalimat syahadat dan masuk Islam. Masyaallah! Demikianlah yang terjadi jika seorang pendakwah berakhlak mulia. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah teladan yang sempurna bagi siapa pun yang ingin terjun berdakwah di tengah-tengah masyarakat.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Akhlak yang mulia juga ditunjukkan oleh salah seorang cicit Baginda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Imam Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhum yang berjuluk as-Sajjad Zainal 'Abidin. Suatu ketika beliau berwudhu dengan dibantu oleh salah seorang budak perempuannya. Sang budak memegang sebuah teko (cerek) yang berisi air dan dituangkan sedikit demi sedikit untuk diambil Imam Zainal Abidin dan dibasuhkan ke anggota-anggota wudhu. Tiba-tiba teko itu lepas dari genggaman sang budak dan jatuh mengenai kepala Imam Zainal Abidin. Seketika kepala beliau luka dan mengucurkan darah. Budak perempuan itu gemetar badannya dan sangat takut. Lantas sang budak berkata: wahai tuanku,

وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ

"(Orang-orang yang bertakwa adalah) mereka yang mampu menahan amarah"

Sang Imam berkata: "Aku telah menahan amarahku"

Budak itu melanjutkan potongan ayat berikutnya:

وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ

"(Orang-orang yang bertakwa juga adalah) mereka yang memaafkan kesalahan orang lain"

Imam Zainal Abidin berkata: "Aku telah memaafkanmu, silakan pergi, engkau sekarang aku merdekakan karena Allah ta'ala."

Hadirin rahimakumullah,

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


مَنْ كَظَمَ غَيْظًا، وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنفِذَهُ، دَعَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلَائقِ يَوْمَ القِيَامَةِ، حَتَّى يُخيِّرَهُ مِنْ أَيِّ الحُورِ شَاءَ (رواه أبو داود والترمذي وقال حديث حسن)

Maknanya: "Siapa yang menahan amarah padahal ia mampu melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari kiamat hingga ia dipersilakan memilih bidadari mana yang ia kehendaki" (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi, dan ia berkata: Ini hadits hasan)

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Sumber: Tribun Cirebon
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved