Dapur MBG Harjamukti Cirebon Dituding Cemari Drainase Warga, Ini Jawaban Pengelola

Romy Arief Hidajat menjelaskan mengenai tudingan warga dapur MBG mencemari drainase.

Penulis: Eki Yulianto | Editor: taufik ismail
Tribuncirebon.com/Eki Yulianto
DAPUR MBG - Potret Dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) Harjamukti Cirebon. 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON - Pengelola Dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) Harjamukti akhirnya buka suara terkait tuduhan pencemaran lingkungan yang dikeluhkan warga RW 12 Kelurahan Larangan, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon.

Ketua Yayasan Pasarean Buyut Kilayaman, Romy Arief Hidajat menegaskan, bahwa permasalahan bau dan aliran air ke drainase warga bukan sepenuhnya berasal dari dapur MBG.

Menurutnya, hal itu dipicu sumbatan lama yang terbawa saat perbaikan jalur air.

“Ya kami (pengelola MBG Harjamukti) memberikan klarifikasi. Intinya, kami tidak menutup mata atas keluhan warga."

"Memang sempat ada bau karena sedimen lama keangkat saat kami benahi saluran, tapi itu bukan murni dari limbah kami,” ujar Romy saat memberikan keterangan resmi, Senin (29/9/2025).

Ia menjelaskan, dapur MBG Harjamukti sejak awal beroperasi sudah menggunakan sistem pengelolaan limbah dengan saringan dan pembersihan rutin setiap hari.

“Yang dikeluarkan dari kita itu air, karena makanan sudah dipisahkan ke sampah dan peralatan dibersihkan dengan water heater agar lemaknya terurai."

"Jadi setiap hari ada petugas yang mengangkat saringan, tidak boleh mengendap sesuai aturan BGN,” ucapnya.

Romy mengakui sempat ada kendala pada hari-hari pertama operasional saat volume produksi meningkat.

Hal itu menyebabkan aliran air meluber ke belakang rumah warga.

"Awalnya aliran air diarahkan ke Jalan Rajawali Raya, tapi karena saluran di sana mampet dan jadi banjir, akhirnya lari ke belakang."

"Itu juga sudah kami bersihkan sampai ke depan,” jelas dia.

Terkait izin dan komunikasi dengan warga, Romy menegaskan pihaknya tidak abai.

Ia mengklaim sudah menyampaikan rencana pendirian dapur MBG kepada lurah dan RT setempat.

“Saya warga sini sejak tahun 1979, jadi tidak mungkin bikin dapur MBG tanpa kontribusi ke masyarakat."

"Hanya memang juknis dari BGN di awal belum mewajibkan izin lingkungan RT/RW, baru sekarang ada penyesuaian termasuk kerja sama dengan DLH,” katanya.

Romy menambahkan, pihaknya siap melakukan perbaikan agar dapur MBG tidak lagi menimbulkan ketidaknyamanan bagi warga.

“Kami mohon pengertian, kami tidak tinggal diam."

"Kalau ada yang perlu diperbaiki, pasti kami benahi sesuai aturan BGN."

"Soal limbah itu ada, tapi bisa dicek sekarang aliran airnya, jernih, bahkan masih ada jentik dan ikan,” ujarnya.

Sekadar diketahui, puluhan warga RW 12 Kelurahan Larangan, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon melakukan protes terkait dugaan pencemaran lingkungan oleh dapur MBG Harjamukti.

Ketua RW 12 Larangan, Nazar, mengatakan sejak hari kedua operasional pada Agustus 2025, warga sudah mencium bau menyengat dari saluran drainase. 

"Awalnya hanya di wilayah SPPG, tapi kemudian menyebar sampai RT 01 hingga RT 05. Limbah yang keluar warnanya putih dan berbau tajam,” ujarnya. 

Selain pencemaran drainase, warga juga memprotes penumpukan sampah di fasilitas umum.

Mereka memberi tenggat waktu dua minggu kepada pengelola untuk memperbaiki kondisi tersebut.

Korwil BGN Kota Cirebon, Ashar Saputra, sebelumnya juga mengakui adanya kendala dalam sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dapur MBG Harjamukti.

Kapasitas IPAL dinilai belum mencukupi untuk produksi ribuan porsi makanan setiap hari.

Baca juga: Baru 26 dari 75 SPPG Punya Sertifikat Laik Sehat, Dinkes Cirebon Minta Segera Menyusul

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved