Maulid Nabi

Malam Panjang Jimat di Kasepuhan Cirebon, Pusaka Wali Sanga dan Doa Menggema Hingga Dini Hari

Tradisi Panjang Jimat juga digelar di Keraton Kasepuhan Cirebon malam tadi.

Penulis: Eki Yulianto | Editor: taufik ismail
Tribuncirebon.com/Eki Yulianto
PANJANG JIMAT - Ribuan warga dari berbagai daerah memadati kompleks Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jumat (5/9/2025). Sejak siang hari, keramaian perlahan kian padat, menanti momen sakral yang ditunggu-tunggu, yakni ritual panjang jimat, perayaan agung Maulid Nabi Muhammad SAW. 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON - Malam itu, di bawah langit cerah yang sesekali disapu angin, ribuan warga dari berbagai daerah memadati kompleks Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jumat (5/9/2025).

Sejak siang hari, keramaian perlahan kian padat, menanti momen sakral yang ditunggu-tunggu, yakni ritual panjang jimat, perayaan agung Maulid Nabi Muhammad SAW.

Deretan pedagang memenuhi jalanan, menawarkan jajanan dan pernak-pernik khas Cirebon, menambah semarak suasana.

Namun menjelang malam, atmosfer berubah. 

Lampu lentera dan lilin menyala, menciptakan nuansa mistis sekaligus megah.

Sekitar pukul 20.30 WIB, dari dalam Bangsal Prabayaksa, iring-iringan abdi dalem mulai keluar dengan langkah khidmat.

Mereka membawa payung dan piring panjang jimat, dipimpin langsung oleh Patih Anom, Pangeran Raja Mohammad Nusantara.

Piring-piring berbalut kain putih itu berisi aneka makanan penuh simbol berkah.

Di saat bersamaan, pusaka peninggalan Wali Sanga, seperti tombak dan piring bersejarah ikut dikeluarkan. 

Kehadiran benda pusaka tersebut seolah menyatukan masa lalu dan masa kini dalam tradisi yang diwariskan turun-temurun.

“Panjang jimat, atau yang juga disebut Pelal Ageng, adalah wujud syukur tak terhingga kepada Sang Pencipta."

"Tradisi ini cara kita merayakan nikmat yang diberikan Allah SWT, sekaligus pengingat agar kita menghidupkan kembali semangat iman,” ujar Patih Anom, Jumat (5/9/2025). 

Ia menegaskan, panjang jimat bukan hanya sebatas ritual tahunan.

“Ini adalah simbol keyakinan kita yang harus dipelihara sepanjang masa."

"Harapan kami, tradisi agung ini tidak punah dan tetap hidup di hati masyarakat Cirebon, menjadi kebanggaan bersama,” ucapnya, penuh haru.

Tak hanya warga lokal, ribuan orang juga datang dari berbagai daerah.

Salah satunya Rianto (37), warga Subang, yang setiap tahun rela menempuh perjalanan jauh demi hadir di acara ini.

“Setiap tahun saya datang ke sini, berharap mendapatkan berkah dari makanan yang dibagikan pihak keraton."

"Itu berkah yang luar biasa, bukan hanya soal rezeki, tapi juga ketenangan batin dan keselamatan,” ujar Rianto, sambil menunggu giliran menerima hidangan panjang jimat.

Hingga dini hari, pembacaan kitab barzanji terus bergema dari Langgar Alit, mengiringi doa-doa yang menggantung di udara malam.

Tradisi panjang jimat di Keraton Kasepuhan bukan sekadar perayaan Maulid Nabi.

Lebih dari itu, ia adalah perjalanan spiritual yang merangkai masa lalu, masa kini dan masa depan masyarakat Cirebon dengan tali keimanan yang tak terputus.

Baca juga: Mengenal Tradisi Ritual Panjang Jimat di Keraton Kanoman Cirebon Saat Maulid, Dimulai Tahun 1470

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved