Nasib Pengusaha Penggilingan Beras Modal Kecil di Indramayu, Berburu Gabah Dengan Harga Tinggi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

GUNUNG KARUNG BERAS - Penampakan gunung karung beras di Gudang Bulog Tegalgirang Indramayu, Senin (9/6/2025). Pasar beras tengah menghadapi ketidakpastian saat ini. Gabah petani yang terbatas diperebutkan dan dibeli dengan harga tinggi.

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman

TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Pasar beras tengah menghadapi ketidakpastian saat ini. Gabah petani yang terbatas diperebutkan dan dibeli dengan harga tinggi.

Kondisi tersebut tampak di Kabupaten Indramayu. Saat ini baru beberapa wilayah saja yang sudah melakukan panen, misalnya di wilayah Kecamatan Pasekan, harga gabah petani dihargai Rp 8.500 per kilogram.

Di wilayah Kecamatan Kroya, harga gabah lebih mahal lagi dan ada yang menyentuh Rp 9.000 per kilogram. Selain karena masih terbatas, kualitas dari gabah juga menentukan harga.

Produsen beras yang memiliki modal kuat tidak masalah berburu gabah dan membelinya dengan harga tinggi. Mereka bahkan membayar di muka agar gabah tidak dijual ke produsen lain.

Baca juga: Bulog Cirebon Targetkan Salurkan 30 Ribu Ton Beras SPHP Hingga Akhir Tahun 2025


Tapi bagi produsen beras dengan modal kecil, mereka hanya bisa gigit jari dan memilih berhenti beroperasi sementara waktu.

“Kondisi seperti ini ya mau gak mau, tapi jujur ini berat pak karena kami juga dituntut agar harga beras tidak naik,” ujar Gusak Tilas Wangi, pemilik penggilingan beras di wilayah Kecamatan Karangampel kepada Tribuncirebon.com, Kamis (14/8/2025).

Gusak menilai, fenomena harga gabah saat ini bukan lagi mengalami kenaikan harga, tapi sudah berubah harga.

Ia menceritakan, harga gabah sudah merangkak naik sejak tahun 2023 lalu, kala itu harga paling tinggi paling mentok di kisaran harga Rp 7 ribu per kilogram.

Tapi sekarang harga itu terus merangkak naik dan tidak pernah turun.

“Makanya banyak teman-teman yang sekarang memilih tutup, dalam artian kita wait and see, jadi lihat dulu deh, terus juga panen belum merata,” ujar dia.

Dari rumor yang beredar diketahui juga ada yang menarik gabah dari petani, tapi tidak digiling melainkan stok beras itu disimpan sembari menunggu kebijakan baru.

Perilaku ini muncul seiring ketidakpastian pasar beras yang terjadi sekarang ini.

“Itu bagi yang punya modal besar, kalau kami yang modal kecil paling nanti nunggu panen raya di desa sendiri,” ujarnya.

Gusak menyampaikan, pemerintah harus bisa turun tangan menyikapi masalah ini karena kaitannya dengan harga beras nanti di pasaran.

Halaman
12

Berita Terkini