Di tengah kesedihan itu, Umi merasa sedikit lega karena anak-anaknya mendapatkan perhatian dari banyak pihak, termasuk bantuan trauma healing dari kepolisian.
"Alhamdulillahnya, kemarin saya dapat beberapa bantuan dan anak dapat hiburan trauma healing gitu dari kepolisian."
"Alhamdulillah membantu banget, bahagia banget lihat anak-anak ceria lagi. Jadi kemarin saya juga agak tenang," ucap Umi.
Umi juga menceritakan bahwa suaminya, Sarwa, warga Kenanga, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon sudah lebih dari sembilan tahun bekerja sebagai kuli batu di tambang rakyat Gunung Kuda.
Pada Jumat (30/5/2025) pagi, ia masih sempat berpamitan sebelum berangkat kerja sekitar pukul 07.00 WIB.
Tak disangka, itulah pertemuan terakhir Umi dengan sang suami.
“Adapun waktu suami saya berangkat, nggak ada firasat apa-apa. Cuma ayah tuh diam saja, bilang juga cuma ke anaknya. 'Ayah kerja ya, De,' gitu."
"Nggak kayak biasanya. Mukanya tuh diam saja, murung gitu, dari malam Jumat juga begitu,” ujar Umi saat diwawancarai di acara trauma healing yang digelar Polresta Cirebon, baru-baru ini.
Peristiwa longsor itu terjadi sekitar pukul 10.00 WIB di lokasi pertambangan.
Umi mengetahui kabar duka tersebut dari teman kerja suaminya yang datang langsung ke rumah.
Ia pun sempat ingin menyusul ke lokasi, namun niatnya ditahan oleh keluarga.
“Waktu tahu suami saya tertimbun longsor, tahu dari teman. Teman suami saya tuh ke sini. Tapi saya minta ke lokasi tuh nggak dibolehin."
"Terus ada ponakan, saya minta tolong buat cek ke sana."
"Katanya harus sabar, di sana juga nggak boleh masuk ke area tambang, khawatir saya pingsan juga,” ucapnya, lirih.
Meski hati terus gelisah, Umi akhirnya bertahan menanti di rumah.