Bukan Cuma Kekeringan Biasa: Ribuan Hektare Sawah di Cirebon Timur Kondisinya Merana, Ini Sebabnya

Penulis: Eki Yulianto
Editor: taufik ismail
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TERANCAM KEKERINGAN - Potret kondisi sawah di wilayah Desa Gebang Ilir, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon yang kondisinya kering dan nyaris mati, sehingga mengancamnya gagal panen.

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON - Ribuan hektare sawah di wilayah timur Kabupaten Cirebon terancam gagal panen.

Bukan sekadar kekeringan biasa, aliran irigasi dari hulu yang menjadi sumber utama air terganggu akibat longsor yang merusak saluran utama.

Kondisi ini membuat para petani di tujuh kecamatan resah. 

Suplai air yang menjadi andalan mengairi lahan pertanian nyaris terputus total. 

Tercatat sekitar 4.500 hektare sawah terdampak, tersebar di Kecamatan Waled, Ciledug, Pabuaran, Babakan, Pabedilan, Gebang, dan Losari.

Salah satu wilayah terdampak paling parah adalah Desa Gebang Ilir, Kecamatan Gebang. 

Letaknya yang berada di bagian hilir irigasi membuat desa ini sangat bergantung pada aliran air dari hulu.

Kuwu Gebang Ilir, Subandi, mengatakan sekitar 97 hektare lahan pertanian di desanya kini berada dalam kondisi kritis.

Ia khawatir jika kondisi ini terus berlangsung, petani akan mengalami kerugian besar.

"Suplai air sangat berkurang. Kalau terus seperti ini, sawah tidak bisa ditanami secara optimal. Ini bisa berujung pada gagal panen," ujar Subandi, Kamis (1/5/2025).

Subandi menambahkan, kekeringan semacam ini sebenarnya bukan hal baru.

Namun tahun ini dampaknya lebih parah karena kerusakan saluran irigasi belum juga diperbaiki.

Hal senada disampaikan Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Gebang Ilir, Wasrun. Menurutnya, kekeringan mulai dirasakan dua pekan terakhir.

Berkurangnya aliran air membuat para petani terpaksa menunda masa tanam.

"Kalau dalam empat hari ke depan lahan tidak mendapat pasokan air, petani terpaksa menunda masa tanam hingga satu bulan."

"Ini sangat berisiko karena akan berdampak pada hasil panen dan biaya produksi," ucap Wasrun.

Ia menilai kondisi ini menjadi alarm bagi pemerintah agar menyiapkan solusi jangka panjang bagi wilayah pertanian di hilir.

Salah satu usulan yang diajukannya adalah pembangunan sumur dalam sebagai sumber air alternatif saat irigasi terganggu atau di musim kemarau.

"Kami di sini sering tidak mendapat pasokan air saat debitnya berkurang, karena posisi desa paling ujung, air dari hulu sudah habis duluan."

"Makanya kami butuh sumur dalam untuk bantu pengairan," ujar dia.

Kekeringan ini juga dinilai bisa memicu krisis ekonomi skala desa. 

Sebab, mayoritas warga di Desa Gebang Ilir menggantungkan hidup dari sektor pertanian.

Jika gagal panen terjadi, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh petani, tapi juga oleh keluarga mereka dan roda ekonomi desa secara menyeluruh.

Baca juga: DKP3 Kabupaten Majalengka Siapkan Bantuan Benih untuk Petani Terdampak Kekeringan

Berita Terkini