Mengenal Ritual Nadran di Karangsong Indramayu, Asal-usul hingga Filosofi di Dalamnya

Penulis: Handhika Rahman
Editor: taufik ismail
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

NADRAN - Warga saat menghadiri Tradisi Nadran di Karangsong, Indramayu, Rabu (16/4/2025).

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman

TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Nelayan di Karangsong, Indramayu kembali menggelar tradisi Nadran atau pesta laut, Rabu (16/4/2025).

Tradisi pun berlangsung meriah, bahkan sampai menyedot perhatian warga dari luar Desa Karangsong dan luar Indramayu.

Pantauan Tribuncirebon.com, tidak hanya nelayan yang antusias mengikuti jalannya ritual Nadran.

Warga lainnya juga turut serta, mereka ikut menumpang di kapal-kapal nelayan untuk konvoi ke tengah laut melarung kepala kerbau.

Adapun maksud dan tujuan tradisi Nadran ini adalah sebagai bentuk rasa syukur nelayan atas hasil tangkapan mereka selama melaut.

“Ramai, kegiatannya banyak, sampai berhari-hari. Puncaknya hari ini pelarungan ke laut,” ujar Wahid Hasyim (55) warga desa setempat yang ikut melarung kepala kerbau dalam acara Nadran di Karangsong Indramayu kepada Tribuncirebon.com.

Proses panjang diketahui dipersiapkan nelayan untuk melaksanakan tradisi ini. 

Mulai dari menyiapkan sesajen yang berisikan kepala kerbau, buah-buahan, minuman serta makanan ringan, dan lain sebagainya. Semua sesajen itu disimpan dalam replika kapal kecil yang disebut meron.

Selain itu ada pula beragam kegiatan lainnya untuk menyemarakkan Nadran agar lebih meriah. Seperti turnamen sepakbola, akrobat genjring, khitanan massal, hingga sandiwara.

Tak heran, jika Nadran menjadi tradisi yang paling dinanti masyarakat, apalagi pelaksanaannya digelar setiap 2 tahun sekali.

“Nadran memang tradisi yang dinanti-nanti warga,” ujar dia.

Sejak pukul 06.00 WIB, warga diketahui sudah mulai terlihat berdatangan memadati Koperasi Perikanan Laut (KPL) Mina Sumitra di Karangsong.

Orang dewasa hingga anak-anak, semuanya antusias ikut tradisi Nadran.

Banyaknya warga yang datang, petugas kepolisian bahkan memberlakukan pengaturan arus lalu lintas.

Jalan Pantai Song sampai ke Muara Karangsong pun ditutup sementara selama kegiatan berlangsung.

Acara sendiri baru dimulai pukul 07.30 WIB, Nadran ini turut dihadiri oleh pemerintah daerah.

Wakil Bupati Indramayu, Syaefudin hadir membuka acara tradisi masyarakat nelayan tersebut.

Sebelum pelarungan, turut ditampilkan pula tari-tarian dan kidung untuk menambah kesakralan ritual, lalu dilanjut dengan pembacaan doa. Bau kemenyan pun turut tercium dalam acara tersebut.

Acara dilanjut dengan diaraknya Pejabat Pemda Indramayu dan pengurus KPL Mina Sumitra naik kereta kencana menuju muara Karangsong.

Setelah itu baru masuk acara inti pelarungan kepala kerbau ke tengah laut diiringi konvoi kapal-kapal nelayan.

“Tradisi ini tentu harus terus kita lestarikan,” ujar Wakil Bupati Indramayu, Syaefudin.

Pemerhati Budaya Indramayu, Nang Sadewo menjelaskan, Nadran menjadi ritual sakral bagi masyarakat nelayan untuk mengungkapkan rasa syukur mereka.

Acara puncaknya adalah pelarungan kepala kerbau ke tengah laut sejauh sekitar 2 kilometer. Upacara seperti ruwatan hingga doa bersama juga dilakukan dengan khidmat.

Menurutnya kegiatan tangkap ikan di Karangsong sudah ada sejak zaman dahulu. 

Dalam catatannya, koperasi sudah berdiri sejak tahun 1917 silam. Adapun tradisi Nadran di Karangsong mulai dipusatkan kisaran tahun 1970-an.

“Ini sebenarnya menyimbolkan rasa syukur nelayan,” ujar dia.

Nang Sadewo menjelaskan, Nadran juga memiliki filosofi dan makna yang sangat mendalam. 

Kepala kerbau yang dilarung diketahui melambangkan bahwa nelayan harus membuang keburukan sifat kerbau yaitu kebodohan.

Selain itu, kerbau juga menjadi simbol kekuatan, sehingga nelayan harus mengambil sifat baik kerbau yang pekerja keras dan dapat diandalkan.

“Sehingga nelayan Indramayu harus berpikir maju, cerdas, dan berwawasan untuk menyongsong masa depan,” ujar dia.

Sejak berdirinya KPL Mina Sumitra, pelabuhan Karangsong Indramayu secara perlahan berubah menjadi pusat perikanan besar.

Indramayu bahkan menjadi tulang punggung produksi ikan tangkap terbesar di Jawa Barat.

Pemerintah Kabupaten Indramayu mencatat produksi perikanan mencapai 523 ribu ton sepanjang tahun 2024.

Realisasi ini menjadikan Kabupaten Indramayu  sebagai daerah dengan kontribusi terbesar pada sektor tersebut di Jabar.

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Kabupaten Indramayu Edi Umaedi mengatakan, Indramayu memberikan kontribusi sebesar 32,70 persen terhadap total produksi perikanan Jabar yang mencapai 1,6 juta ton.

Edi merinci, dari sektor perikanan tangkap, Indramayu berkontribusi sebesar 178 ribu ton, sedangkan dari sektor perikanan budidaya, Indramayu menyumbang sekitar 344 ribu ton.

Edi menyebut keberhasilan ini merupakan hasil kerja keras berbagai pihak, mulai dari pelaku usaha perikanan, nelayan, hingga pemangku kepentingan.

Semua pihak, kata dia, terus berkolaborasi dengan pemerintah daerah untuk memajukan sektor perikanan di Indramayu.

“Hasil ini merupakan kerja keras seluruh pihak terkait. Kolaborasi yang erat dengan Pemkab Indramayu menjadi kunci utama dalam pencapaian ini,” ujar dia.

Baca juga: Menilik Tradisi Nadran di Desa Dadap Indramayu, Ungkapan Rasa Syukur Nelayan

Berita Terkini