Ma'asyiral muslimin rahimakumullah
Perlu kita pahami bersama, maksiat itu bukan hanya bentuk pengingkaran atas nikmat Allah SWT, tetapi juga sebuah pengkhianatan terhadap amanah yang diberikan-Nya. Lebih dari itu, maksiat membawa dampak buruk, tidak hanya bagi pelakunya, tetapi juga bagi masyarakat di sekitarnya.
Salah satu akibat paling buruk dari membiarkan kemaksiatan adalah berkurangnya rezeki. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْعَبْدَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ
Artinya, "Sesungguhnya seorang hamba itu terhalang rezekinya karena dosa yang diperbuatnya." (HR. Ahmad Dalam Musnadnya)
Berkurangnya rezeki ini tidak hanya dalam bentuk materi seperti uang atau jabatan, tetapi juga dalam bentuk keberkahan. Harta hasil dari maksiat, meskipun terlihat banyak, tidak akan diberkahi Allah. Pelaku maksiat biasanya hidup tidak tenang, hatinya selalu gelisah, penuh keraguan, dan bahkan tidak mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Lebih parahnya lagi, orang yang terus-menerus bermaksiat atau membiarkan kemaksiatan di sekitarnya, lama-kelamaan hatinya akan terbiasa dengan maksiat. Dia akan menganggap maksiat itu sebagai hal yang wajar. Ketika ini terjadi, tanpa sadar dia pun bisa terjerumus lebih dalam ke dalam dosa-dosa lainnya.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Semoga penjelasan ini menjadi pengingat bagi kita semua. Mari kita bersungguh-sungguh menjalankan ketakwaan kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala bentuk larangan. Dan semoga kita senantiasa dilindungi dari keterlibatan dalam kemaksiatan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Aamiin.
Baca berita Tribuncirebon.com lainnya di GoogleNews