Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Siapa sangka kecintaannya terhadap hewan ternak menjadikan Munif (43) menjadi salah satu bos hewan kurban di Kabupaten Indramayu.
Sejumlah pejabat di Kabupaten Indramayu bahkan menjadi langganannya setiap tahun. Mulai dari pejabat Polres Indramayu, bos-bos pengusaha, hingga instansi pemerintah daerah lainnya.
Munif sendiri membuka lapak hewan kurban di Jalan Cimanuk Timur, Dayung Indramayu.
Terhitung sudah lebih dari 10 tahun ia menjalani bisnis tersebut, disamping itu ia juga membuka bisnis sebagai penjual daging sapi di pasar.
Baca juga: Sapi Kurban Jumbo Berbobot 850 Kg Lebih Milik Munif di Indramayu, Langsung Dibeli Bos Travel Umrah
Munif menceritakan, niat awal menjadi peternak hingga berjualan hewan kurban berawal dari tuntutan memenuhi kebutuhan pasar untuk pasokan daging sapi.
“Dulu kadang susah nyari-nyari daging, sampai nyari ke daerah Cikamurang, luar daerah, dan lain-lain,” ujar dia kepada Tribuncirebon.com, Rabu (5/6/2024).
Bisnis jualan daging sapi milik Munif, secara bertahap terus berkembang. Ia kemudian memutuskan untuk mencoba beternak dan memotong hewan sendiri dengan harapan tidak perlu susah lagi mencari pasokan daging.
Di sela-sela perkembangan tersebut, Munif mengaku banyak belajar secara otodidak, ia sering berkunjung ke berbagai peternak untuk menyerap ilmu yang bisa ia terapkan dalam bisnisnya.
Seperti cara mendapatkan hewan, belajar perkembangan harga pasar, hingga perawatan hewan ternak yang baik dan benar.
Munif tidak menyebut secara pasti berapa keuntungan yang bisa ia dapatnya, namun kata Munif, pundi-pundi rupiah yang dihasilkan cukup lumayan.
“Ya alhamdulillah, yang penting bisa tertutup semua kebutuhan,” ujar dia.
Munif mengakui, dalam menjalani bisnis sebagai peternak bukan tanpa kendala. Apalagi, modal yang dibutuhkan pun tidak sedikit.
Mulai dari perawatannya yang harus dilakukan dengan maksimal hingga menghasilkan hewan ternak yang berbobot besar dan sehat, serta yang paling utama adalah bagaimana caranya untuk memuaskan konsumen agar bisa menjadi langganan tetap.
“Jadi gak bisa kita asal jual dan yang penting laku,” ucap dia.
Munif menceritakan, dalam menjalani bisnis sebagai peternak tidak selalu untung. Kadang pula ia harus mengalami rugi, terutama ketika ada sapi yang sakit.
Penyakit pada sapi ini biasanya menular kepada sapi lainnya, contohnya saat merebaknya saat kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) beberapa tahun terakhir ini.
Untuk menyiasati kerugian yang jauh lebih besar, sapi yang sakit terpaksa harus dipotong sebelum penyakitnya bertambah parah.
“Ya yang pasti rugi, dari satu ekor bisa rugi Rp 5 juta, Rp 6 juta karena bukan harga wajar potongan,” ujar dia.
“Tapi namanya usaha, jualan hewan kurban juga itung-itung ibadah,” lanjut Munif.