Laporan Kontributor Kuningan, Ahmad Ripai
TRIBUNCIREBON.COM, KUNINGAN - Kue Cimplo, salah satu panganan khas yang mudah ditemukan di daerah Kuningan. Kue Cimplo ini sering dikaitkan dengan acara keagamaan dalam tahun Hijriyah dan terjadi di Bulan Safar seperti sekarang.
Nining Nurnaninhsih (39), warga Desa / Kecamatan Cilimus, kepada TribunCirebon.com, menerangkan, kudapan Kue Cimplo ini sangat banyak ditemukan saat berlangsungnya pengharapan doa bersama di Bulan Safar yang terjadi di setiap tempat ibadah atau lokasi tertentu di lingkungan masyarakat.
Seperti yang terjadi dan sering dikenal dengan acara sakral Rabu Wekasan atau Pamungkas yang berlangsung tadi pagi musala Munawaroh desa setempat.
"Kalau di kampung kami, Rabu Wekasan itu sudah menjadi rutinitas tahunan dalam melaksanakan kegiatan sosial keagamaan.
Baca juga: Tradisi Rebo Wekasan di Keraton Kanoman Cirebon Digelar Tak Lagi Terbatas, Ratusan Warga Antusias
Dalam kegiatan ini, Kue Cimplo tersedia sebagai pelengkap panganan saat usai menjalankan doa bersama," kata Nining saat berbincang tadi, Rabu (21/9/2022).
Nining mengatakan, soal Rabu Wekasan ini memiliki banyak sejarah dan cerita tokoh masyarakat terdahulu.
Terutama sebagai bentuk penolakan terhadap hal yang tidak diinginkan terjadi di lingkungan termasuk penyakit masyarakat yang dianggap bisa mengancam kesehatan warga sekitar.
"Pelaksanaan kegiatan ini, sebanarnya bentuk ibadah bareng warga untuk berlindung dari hal keburukan atau penyakit masyarakat yang membahayakan.
Seingat saya, ramainya pelaksanaan Rabu Wekasan ini berbarengan terjadi wabah serangan penyakit yang mengancam kesehatan masyarakat," kayanya.
Serangan penyakit berdasarkan cerita tokoh masyarakat, kata Nining, bahwa terjadi suatu penyakit itu dapat disembuhkan dengam cara makanan Kue Cimplo lengkap dengan cairan gula sebagai toping dalam panganan tersebut.
"Ya, kalau mengingat sejarah lama. Adanya ritual Rabu Wekasan kenapa harus ada Kue Cimplo, begini. Dulu muncul penyakit membahayakan terhadap kesehatan masyarakat dan salah satu makanan itu ternyata dianggap bisa menyembuhkan penyakit.
Nah, kalau gak salah namanya itu penyakit kuning dan cara pengobatannya itu dianjurkan makan yang manis- manis gitu sih," katanya.
Bahan Baku Kue Cimplo
Kudapan lokal terkenal dengan toping cairan manis yang terbuat dari adukan air gula dan serutan kelapa, ini terbuat dari tepung beras dan tape singkong yang dibuat melalui banyak tahapan.
"Untuk bahan baku itu tepung, tape singkong yang dibuatkan adonan. Nah, dalam proses siap saji. Kue Cimplo ada yang dihasilkan dengan cara dikukus atau di panggang seperti saat membuat kue Serabi," katanya.
Nining mengatakan, proses pembuatan Kue Cimplo ini harus memiliki hitungan tepat untuk menakar saat membuat adonan atau campurannya.
"Kalau saya buat, takaran itu tidak memiliki hitungan pasti. Tapi kirata ( kira - kira rata) dan selalu mencicipi rasa saat membuat adonan. Pokoknya, dalam membuat kue apapun itu harus tenang dan sabar, dan lebih bagus punya rumus takarannya sendiri," katanya.
Rabu Wekasan
Pelaksanaan Rabu Wekasan ini melibatkan banyak warga lingkungan sekitar. Kemudian dalam kegiatan keagamaan itu tidak lepas dari doa bersama dan sebelumnya dilakukan pelaksanaan solat sunah.
"Kalau doa bersama itu ada, dan tidak lupa kebiasaan dalam acara Rabu Wekasan. Kami suka melaksanakan sAlat sunah pada umumnya. Tadi, kami sAlat sunah Dhuha, Salat Sunah Hajat dan Salat Sunah Bulan Safar," katanya.
Pelaksanaan ibadah tadi, kata Nining mengemuka bahwa ini sebagai bentuk pencegahan terhadap penurunan keimanan dalam menyakinkan terhadap agama Islam.
"Kami lakukan ibadah untuk mempertebal iman dan keyakinan saja. Terbukti dengan ibadah bareng, itu nilai sosial lingkungan sangat terasa dan satu sama lain bisa menikmati hidangan tersaji usai ibadah tadi," ujarnya. (*)