Sultan Arief juga terlihat mengelap piring yang telah dicuci itu sebelum kembali dibungkus menggunakan kain putih.
"Siraman panjang ini tradisi yang digelar setiap 5 Rabiul Awal dalam kalender islam," kata PRA Arief Natadiningrat saat ditemui usai ritual tersebut.
PRA Arief Natadiningrat mengatakan, piring-piring tersebut dicuci setahun sekali menjelang peringatan maulid nabi.
Seluruh benda pusaka yang dicuci itu merupakan peninggalan Sunan Gunung Jati dan telah berusia kira-kira 700 tahun.
Terdapat motif kaligrafi bahasa Arab pada piring dan guci yang dicuci dalam ritual Siraman Panjang itu.
"Ini tradisi dari ratusan tahun lalu dan sampai sekarang masih terus dijaga kelestariannya," ujar Arief Natadiningrat.
Menurut dia, benda pusaka yang dicuci dalam ritual itu jumlahnya mencapai lebih dari 50 buah.
Di antaranya, sembilan piring besar peninggalan Wali Sanga, 40 piring kecil, dua gelas, dan dua guci besar
Nantinya, benda-benda pusaka itu digunakan untuk tempat makanan yang akan dibagikan ke abdi dalem dan warga pada puncak peringatan maulid nabi.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW atau ritual Panjang Jimat di Keraton Kasepuhan sendiri digelar pada Sabtu (9/11/2019).
Makna Siraman Panjang
Keraton Kasepuhan menggelar ritual Siraman Panjang, Senin (4/11/2019).
Ritual itu merupakan pencucian piring pusaka peninggalan Wali Sanga yang akan digunakan pada puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat, mengatakan, tradisi siraman panjang dilaksanakan setahun sekali, yakni setiap 5 Rabiul Awal dalam kalender Islam.
"Jadi sebelum digunakan seluruh benda pusaka ini dicuci bersih dulu," ujar PRA Arief Natadiningrat saat ditemui usai Siraman Panjang di Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Senin (4/11/2019).